Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SABTU, 21 Oktober 2023 seharusnya menjadi hari istimewa bagi seorang ayah di Kota Rafah, Palestina, bernama Ayman Abu Shamalah, 34. Sebab di hari itu kedua anaknya Adam, 3, dan Syam, 9, berulang tahun.
Namun itu semua berakhir tragis setelah kedua anaknya tewas dibom Israel, bersama ibu mereka, Dareen, 28.
“Tanggal 21 Oktober adalah hari ulang tahun Syam dan Adam dan itu menjadi hari kematian mereka. Ini akan menjadi hari yang sangat sulit bagi saya setiap tahunnya,” katanya sambil menangis tersedu-sedu, pada Senin (23/10).
Baca juga : Listrik Padam, Rumah Sakit Indonesia di Gaza Andalkan Cahaya Ponsel
Ayman sendiri lolos dari kematian dalam hitungan detik ketika serangan menghantam sebuah bangunan di Rafah di Jalur Gaza selatan yang berdekatan dengan Mesir.
"Saya sedang menuruni tangga ketika serangan itu terjadi. Jika saya turun 30 detik lebih awal, saya pasti sudah terbunuh bersama mereka," katanya.
Baca juga : Tanpa Dibius, Anak Gaza Jalani Operasi dengan Membaca Al-Quran
Pria berusia 34 tahun itu mengatakan keluarganya telah melarikan diri dari pemboman di Kota Gaza untuk berlindung bersama kerabatnya di Rafah.
Sabtu malam itu, Abu Shamalah naik ke atap untuk memeriksa apakah tangki air sudah terisi setelah mereka akhirnya mendapat kiriman 11 hari setelah persediaan dihentikan. Namun bangunan tempat mereka tinggal dihantam bom zionis Israel.
"Istri saya sedang mencuci pakaian di balkon ketika serangan terjadi dan ledakan itu menghempaskannya dari lantai tiga ke rumah tetangga di bawah," tutur Ayman.
Sang istri saat itu sedang hamil lagi dan hampir cukup bulan untuk melahirkan anak ketiga mereka, seorang gadis kecil yang mereka putuskan untuk diberi nama Mekah. Namun, kelahirannya berada pada situasi yang mencekam.
Setelah ledakan terjadi, Ayman bergegas turun ke bawah dan menemukan istrinya di lantai. Ia pikir istri dan bayinya akan mati setelah terjatuh, tapi ternyata tidak.
Tubuh istrinya begitu rusak akibat ledakan sehingga dia hanya mengenalinya dari celana yang dikenakannya.
"Saya menemukannya tergeletak di lantai tetapi dia masih hidup. Kata-kata terakhirnya kepadaku adalah: ‘Ayman, keluarkan Mekah dari perutku dan jagalah dia’,” bisik Dareen kepada suami tercinta, sebelum mengembuskan napas terakhirnya.
Di rumah sakit Abu Yousef al-Najjar tempat jenazahnya dibawa, dia memohon kepada dokter untuk menyelamatkan bayinya. "Aku bilang padanya itu permintaan terakhirnya."
Ayman Abu Shalamah menyaksikan perjuangan sang buah hatinya yang baru berusia dua hari di dalam inkubator. (Sumber : AFP/Mai Yaghi)
Para dokter berhasil mengeluarkan bayi tersebut melalui operasi caesar, dan bayi mungil tersebut segera dilarikan ke unit anak di rumah sakit Bulan Sabit Merah Emirates di Rafah.
"Bayi itu dalam kondisi sangat serius ketika dia dibawa ke sini dan segera dipasang ventilator," kepala darurat rumah sakit, Mohammad Salameh.
“Tetapi prognosis awalnya tidak bagus karena otaknya kekurangan oksigen antara saat kematian ibunya dan saat dia dilahirkan,” katanya.
"Kemungkinan besar dia akan menderita dampak permanen."
Di depan inkubator putri kecilnya yang baru berusia dua hari, Abu Shamalah menangis melihat label nama di inkubator berbunyi: "Bayi syahid Dareen Abu Shamalah" dengan tanggal lahir 21 Oktober -- tanggal yang sama dengan tanggal lahir kedua anaknya yang lain. Dan tanggal dimana mereka meninggal bersama ibu mereka.
Dalam kejadian itu, istri, dua anak dan empat kerabat Ayman lainnya di rumah itu meninggal dunia, syahid.
“Mereka memasukkan jenazah anak saya yang hancur ke dalam tas biru. Jenazah Syam terbakar total,” kata Abu Shamalah dengan suaranya yang terisak-isak.
Untuk diketahui, Israel memulai kampanye pemboman intensif di Gaza sebagai balasan kepada militan Hamas yang menyerbu perbatasan pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, kata para pejabat Israel.
Namun, belasan hari setelah tindakan Israel, Kementerian Kesehatan Gaza mengungkap lebih dari 5.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam pemboman Israel, di antaranya 2.000 anak-anak. (Z-4)
Aksi ini merupakan bagian dari program Global March yang didukung oleh negara-negara Maghrib seperti Tunisia, Algeria, Libya, dan Maroko.
PELAPOR khusus PBB meminta negara-negara memutus semua hubungan perdagangan dan keuangan dengan Israel. Pasalnya, hubungan itu disebutnya sebagai ekonomi genosida.
Mantan kontraktor keamanan GHF mengaku kepada BBC, ia menyaksikan rekan-rekannya menembaki warga Palestina.
Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, Francesca Albanese, menyebut serangan Israel di Jalur Gaza sebagai salah satu bentuk genosida paling brutal dalam sejarah modern
TURKI menolak keras seruan politisi Israel dan kabinet Negeri Zionis itu untuk menganeksasi Tepi Barat Palestina.
PELAPOR Khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Francesca Albanese, menghadapi pembatalan mendadak saat dijadwalkan menyampaikan pidato publik di Bern, Swiss.
Hamas menyatakan memberikan respon positif terhadap proposal gencatan senjata selama 60 hari dengan Israel di Gaza.
Dr Marwan Al-Sultan, dokter spesialis jantung ternama sekaligus Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, tewas dalam agresi Israel.
Dr Marwan Al-Sultan, seorang ahli jantung ternama sekaligus Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, tewas bersama istri dan anak-anaknya.
PEMERINTAH Indonesia dan berbagai organisasi relawan internasional mengecam keras serangan udara Israel yang menewaskan Dr Marwan Al-Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Eskalasi antara Iran dan Israel bukan hanya soal dua negara, tetapi juga cermin dari pembentukan ulang koalisi strategis di Timur Tengah dan perubahan tatanan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved