Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
MENTERI Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di Korea Utara pada hari Rabu, (18/10), di tengah meningkatnya kekhawatiran Barat akan eratnya hubungan militer antara sekutu bersejarah tersebut.
Kunjungan dua hari utusan Rusia itu diperkirakan akan berfokus pada peletakan dasar untuk kunjungan Presiden Vladimir Putin, seperti disampaikan juru bicara Kremlin kepada kantor berita TASS sebelumnya.
Kunjungan ini dilakukan sehari setelah Moskow menepis tuduhan-tuduhan Amerika Serikat (AS) bahwa Korea Utara telah mulai memasok senjata kepada Rusia untuk perangnya di Ukraina.
Baca juga : Xi Jinping Tolak Konfrontasi Blok dan Paksaan Ekonomi
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bulan lalu berkunjung ke Rusia dan mengundang Putin untuk mengunjungi negaranya.
Baca juga : Kehadiran Putin di Beijing Perkuat Gelombang Anti-Barat
Pertemuan Kim dengan Putin memicu kekhawatiran Barat bahwa Pyongyang dapat memberikan senjata kepada Moskow untuk perang yang berkepanjangan di Ukraina.
Sementara uti, AS mengatakan pengiriman senjata telah berlangsung, Korea Utara mengirimkan lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia dalam beberapa minggu terakhir.
"Pyongyang meminta berbagai bantuan militer sebagai imbalannya, termasuk teknologi-teknologi canggih," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, kepada para wartawan.
Menurut grafik yang disediakan oleh Gedung Putih, sejumlah kontainer dikirim melalui laut dari Najin di Korea Utara, ke Dunay di Rusia, antara tanggal 1 September dan 1 Oktober.
Kontainer-kontainer itu kemudian dikirim dengan kereta api ke sebuah depot amunisi yang berjarak sekitar 290 kilometer (180 mil) dari perbatasan Ukraina.
Namun Kremlin menyebut bahwa Amerika Serikat tidak memiliki bukti bahwa senjata tersebut dikirim.
"Mereka melaporkan hal ini sepanjang waktu, tanpa memberikan bukti apa pun," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor-kantor berita Rusia ketika ditanya tentang pengiriman senjata yang dilaporkan.
Para analis yang berbasis di Washington, Beyond Parallel, pekan lalu secara terpisah merilis gambar satelit yang menunjukkan penumpukan lalu lintas kereta api yang belum pernah terjadi sebelumnya di sepanjang perbatasan Rusia dengan Korea Utara.
"Kesibukan aktivitas tersebut kemungkinan besar mengindikasikan pasokan senjata dan amunisi Korea Utara ke Rusia," kata kelompok itu dalam laporannya.
Meskipun Rusia telah meningkatkan produksi peluru tahun ini menjadi 2,5 juta butir, para analis mengatakan bahwa jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan di medan perang.
"Pasukan Moskow menembakkan sekitar 60.000 peluru per hari," menurut data Ukraina.
Korea Utara adalah produsen massal persenjataan konvensional dan diketahui memiliki stok besar bahan perang era Soviet, meskipun kondisinya tidak diketahui.
Selama perjalanannya ke timur jauh Rusia bulan lalu, Kim mengatakan bahwa ia akan menjadikan hubungan bilateral Korea Utara dengan Moskow sebagai prioritas utama negara tersebut.
Rusia dan Korea Utara sama-sama berada di bawah serangkaian sanksi internasional, yakni Moskow karena invasi ke Ukraina, dan Pyongyang karena uji coba senjata nuklir.
Pengetatan aliansi mereka terjadi ketika hubungan antara kedua Korea berada pada titik terendah dalam sejarah, di mana Korea Utara melakukan serangkaian uji coba senjata yang memecahkan rekor tahun ini dan baru-baru ini mengabadikan statusnya sebagai negara nuklir dalam konstitusinya.
Korea Selatan pada gilirannya telah bergerak untuk memperketat pengaturan keamanannya dengan sekutu lamanya AS, sambil memasuki pengaturan trilateral baru yang juga mencakup Jepang.
Baik Presiden AS Joe Biden maupun Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah menyatakan bahwa penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara akan berarti "akhir" dari rezim di Pyongyang.
"Sebuah pesawat pengebom B-52 milik Amerika Serikat yang mampu membawa senjata nuklir mendarat pada hari Selasa di Bandara Cheongju, sekitar 100 kilometer sebelah selatan Seoul," kantor berita Yonhap melaporkan.
Kedatangannya terjadi kurang dari seminggu setelah kapal induk USS Ronald Reagan berlabuh di kota pelabuhan selatan Busan, yang memicu kemarahan Pyongyang.
Meskipun pesawat B-52 sebelumnya telah mengambil bagian dalam latihan bersama di semenanjung itu, namun ini merupakan kali pertama pesawat tersebut mendarat di negara itu sejak setidaknya tahun 2000, ketika pencatatan rekor tersebut dimulai.
Pesawat pengebom itu melakukan terbang lintas di pameran pertahanan ADEX yang sangat besar di Korea Selatan sebelum mendarat di Cheongju.
Media Korea Selatan pada hari Rabu melaporkan pesawat pengebom itu diperkirakan akan mengambil bagian dalam latihan udara akhir pekan dan melibatkan pesawat-pesawat dari Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat. (AFP/Z-8)
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendukung tanpa syarat terhadap Rusia dalam perang di Ukraina.
RATUSAN pesawat nirawak dan rudal yang diluncurkan dari berbagai arah menghantam Ibu Kota Ukraina, Kyiv, pada Rabu (9/7) malam hingga kemarin.
Ukraina mengalami serangan udara terbesar sejak invasi 2022 dengan ratusan drone dan rudal diluncurkan Rusia.
Atlet-atlet Rusia memiliki kapasitas dan kualitas yang lumayan bagus.
Donald Trump mengatakan AS akan mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina.
Roman Starovoit, mantan Menteri Transportasi Rusia, ditemukan tewas setelah dipecat Presiden Putin.
KOREA Utara (Korut) menyatakan kecaman keras terhadap serangan udara yang dilancarkan Israel ke Iran, sehingga telah memicu konflik terbuka antar kedua negara sejak Jumat (13/6).
Pimpinan Korea Utara Kim Jong-un murka saat kapal perang Korea Utara hancur dalam peluncuran yang gagal.
Setidaknya enam laporan unit artileri Rusia yang ditinjau oleh Reuters mendokumentasikan penggunaan antara 50% dan 100% amunisi Korea Utara di Ukraina baru-baru ini tahun ini.
Kim Jong Un memimpin pengujian drone militer terbaru dan sistem perang elektronik di Korea Utara pada 25-26 Maret.
PEMIMPIN tertinggi Korea Utara Kim Jong-un meyakinkan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergey Shoigu bahwa Pyongyang, Korea Utara mendukung upaya militer dan kepentingan strategis Rusia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved