Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SERANGAN terhadap rumah sakit di Gaza, Palestina, yang menewaskan sedikitnya 200 orang telah menimbulkan gelombang kecaman di seluruh dunia Arab. Bahkan negara-negara sekutu menyalahkan Israel atas serangan tersebut, meskipun Israel membantahnya.
Kecaman tersebut bertepatan dengan unjuk rasa kemarahan di Libanon, Yordania, Libia, Yaman, Tunisia, Turki, Maroko, Iran, dan Tepi Barat yang diduduki Israel. Lebih banyak lagi demonstrasi yang direncanakan pada Rabu (18/10) menyusul seruan untuk Hari Kemarahan di seluruh wilayah.
Israel dan militan Palestina saling menyalahkan atas serangan terhadap rumah sakit pada Selasa malam. Tentara Israel mengatakan pada Rabu bahwa mereka memiliki bukti bahwa militanlah yang bertanggung jawab.
Baca juga: Dubes Iran Kecam Serangan Isreal terhadap RS di Gaza
Namun Uni Emirat Arab dan Bahrain, yang keduanya menjalin hubungan dengan Israel melalui Abraham Accords tahun 2020, mengutuk serangan Israel yang terjadi saat Israel mengepung Gaza. "Uni Emirat Arab mengutuk keras serangan Israel yang mengakibatkan kematian dan cederanya ratusan orang," kata kantor berita resmi UEA, WAM, pada Rabu pagi.
Kementerian Luar Negeri Bahrain, "Menyatakan kutukan dan kecaman keras Kerajaan Bahrain atas pengeboman Israel," kata Kantor Berita Bahrain.
Baca juga: Indonesia Hadiri Pertemuan Darurat OKI soal Palestina
Maroko, negara lain yang mengakui Israel pada 2020, juga menyalahkan Israel atas serangan tersebut. Begitu pula Mesir, yang menjadi negara Arab pertama yang menormalisasi hubungan pada 1979.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengutuk keras pengeboman Israel terhadap rumah sakit Ahli Arab yang menyebabkan kematian ratusan korban tak berdosa di antara warga Palestina di Gaza. Dia menyebut pengeboman yang disengaja itu merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional.
Baca juga: HRW: Kapan Negara-negara Barat akan Membuka Mata?
Arab Saudi, yang telah mengakhiri pembicaraan mengenai kemungkinan hubungan dengan Israel sejak kekerasan berkobar, menyebut ledakan tersebut sebagai kejahatan keji yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel.
Selama konferensi pers di Beirut pada Rabu, kelompok Islam Palestina Hamas menyerukan serangan terhadap pasukan Israel di Tepi Barat dan wilayah lain sebagai tanggapan terhadap serangan Israel terhadap rumah sakit.
Baca juga: Biden Dukung Pernyataan Israel tentang Pengeboman Rumah Sakit Gaza
"Kami menyerukan rakyat kami di Tepi Barat dan rakyat kami di Palestina untuk bangkit melawan musuh Zionis dan bentrok dengan pasukannya di semua kota, desa, dan kamp," kata pejabat Hamas Osama Hamdan kepada wartawan.
Hamdan menyerukan protes di seluruh wilayah pada Jumat dan Sabtu. Mereka menuntut pengusiran duta besar entitas Zionis di seluruh ibu kota Arab dan Islam.
Yordania mengatakan Israel, "Memikul tanggung jawab atas insiden serius ini." Qatar, yang memiliki hubungan dekat dengan Hamas, mengecam pembantaian brutal tersebut.
Organisasi Konferensi Islam, yang juga menyalahkan Israel, menyebutnya sebagai, "Kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan terorisme negara yang terorganisasi."
Sekretaris Jenderal Dewan Kerja Sama Teluk Jasem Mohamed Albudaiwi mengatakan hal itu merupakan bukti nyata pelanggaran serius yang dilakukan pasukan pendudukan Israel.
Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit pada Selasa meminta para pemimpin untuk, "Segera menghentikan tragedi ini."
"Pikiran jahat apa yang dengan sengaja membombardir rumah sakit dan penghuninya yang tidak berdaya?" tulisnya di X, sebelumnya Twitter.
Serangan itu terjadi di tengah gelombang serangan udara mematikan Israel di Gaza menyusul serangan kelompok militan Palestina Hamas yang menewaskan 1.400 orang.
Gerakan Hizbullah di Libanon yang didukung Iran menyerukan Hari Kemarahan terhadap Israel menyusul serangan itu ketika ratusan orang berunjuk rasa di kedutaan besar AS dan Prancis semalaman. Mereka bentrok dengan pasukan keamanan.
Protes lebih lanjut direncanakan pada Rabu. Libanon bergabung dengan negara-negara Arab lain yang mengumumkan hari berkabung nasional.
Di Tunisia, ribuan orang berkumpul di luar kedutaan Prancis menuntut pengusiran duta besar Prancis dan AS sebagai protes atas dukungan pemerintah mereka terhadap Israel.
Irak, yang juga menyalahkan pihak berwenang Israel, menuntut resolusi segera dan mendesak dari Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan serangan gencar Israel di Gaza. Ratusan orang melakukan protes di ibu kota Baghdad sambil mengibarkan bendera Palestina.
Aljazair mengutuk serangan itu sebagai, "Tindakan biadab," yang dilakukan oleh, "Pasukan pendudukan."
Pemerintah Libia yang berbasis di Tripoli, yang diakui secara internasional, menyebut serangan terhadap rumah sakit tersebut sebagai, "Kejahatan tercela," ketika beberapa ratus orang melakukan protes di Tripoli dan kota-kota Libia lain. (AFP/Z-2)
ISRAEL menyatakan akan membuka jalur udara bagi negara-negara asing yang ingin mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dalam beberapa hari ke depan.
MILITER Israel mengumumkan bahwa bantuan akan mulai dikirim melalui udara ke Gaza, atas permintaan dari negara tetangga, Yordania.
MILITER Israel mengumumkan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza akan dimulai pada Sabtu (26/7) malam.
Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut pengiriman bantuan melalui udara tidak akan membalikkan kelaparan yang semakin parah di Jalur Gaza.
UNRWA menyoroti sistem distribusi bantuan yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” (GHF), yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.
Sistem distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat ini lebih melayani kepentingan militer dan politik dibandingkan kebutuhan rakyat sipil.
SELAMA 21 bulan genosida di Jalur Gaza, Palestina, sekitar 70 persen infrastruktur hancur, menyisakan wilayah tersebut tertimbun jutaan ton puing dan tenggelam dalam gelap.
BAYI-BAYI yang tinggal tulang dan kulit akhirnya meninggal karena ibu mereka terlalu kelaparan untuk menghasilkan susu.
STAF medis Rumah Sakit Al-Shifa yang mengalami krisis bahan bakar di Jalur Gaza utara terpaksa merawat tiga hingga empat bayi baru lahir di dalam satu inkubator.
PBB menyampaikan laporan terbaru mengenai kondisi memprihatinkan di Jalur Gaza, Palestina. Berdasarkan data OCHA, hampir seluruh wilayah Gaza kini berada di bawah kendali militer Israel.
KEMENTERIAN Kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 95 warga sipil tewas akibat tembakan militer Israel dalam 24 jam terakhir saat sedang menunggu bantuan di lokasi distribusi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved