Iran Kecam Normalisasi Hubungan dengan Israel sebagai Tindakan Reaksioner

Wisnu Arto Subari
01/10/2023 20:30
Iran Kecam Normalisasi Hubungan dengan Israel sebagai Tindakan Reaksioner
Presiden Iran Ebrahim Raisi (tengah).(AFP.)

PRESIDEN Iran Ebrahim Raisi pada Minggu (1/10/2023) mengecam segala upaya negara-negara regional untuk menormalisasi hubungan dengan musuh bebuyutannya, Israel, sebagai tindakan yang reaksioner dan regresif.

Pernyataan tersebut muncul di tengah berlangsungnya perundingan yang ditengahi AS antara Israel dan Arab Saudi untuk menjalin hubungan formal. Amerika Serikat mengatakan pada Jumat bahwa kedua negara sedang bergerak menuju garis besar kesepakatan.

"Normalisasi hubungan dengan rezim Zionis ialah langkah reaksioner dan regresif yang dilakukan pemerintah mana pun di dunia Islam," kata Raisi dalam konferensi Islam internasional yang diadakan di Teheran.

Baca juga: Saudi dan Israel semakin Mesra, Iran Ingatkan tentang Palestina

Delegasi Israel diperkirakan tiba di Arab Saudi pada Minggu, beberapa hari setelah kunjungan resmi pertama menteri Israel ke kerajaan tersebut. Arab Saudi juga mengirim delegasi ke Tepi Barat yang diduduki pada Rabu untuk pertama kali dalam tiga dekade dalam upaya meyakinkan Palestina menjelang prospek kesepakatan tersebut.

Raisi pada Minggu lebih lanjut menyebut setiap upaya normalisasi sebagai keinginan asing sambil menyatakan bahwa menyerah dan berkompromi mengenai Israel tidak mungkin dilakukan. 

Baca juga: Apakah Hambatan yang masih Ada akan Gagalkan Perjanjian Saudi-Israel?

"Satu-satunya pilihan bagi semua pejuang di wilayah pendudukan dan dunia Islam ialah berjuang dan melawan musuh," katanya. Ia menegaskan kembali posisi Iran bahwa Jerusalem harus dibebaskan.

Pada 1967 Israel menduduki dan kemudian mencaplok Jerusalem timur yang dianggap oleh Palestina sebagai ibu kota masa depan negara yang mereka usulkan. Perjanjian antara Israel dan Arab Saudi akan mengikuti Perjanjian Abraham yang ditengahi AS yang membuat Israel menjalin hubungan diplomatik pada 2020 dengan tiga negara Arab.

Bulan lalu, di sela-sela Majelis Umum PBB, Raisi mengatakan, "Hubungan apa pun antara negara-negara kawasan dan rezim Zionis akan menjadi tikaman bagi Palestina."

Iran yang didominasi Syiah dan Arab Saudi yang mayoritas Sunni, dua kekuatan regional, melanjutkan kembali hubungan yang terputus sejak 2016, berdasarkan kesepakatan yang ditengahi Tiongkok yang diumumkan pada Maret. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya