Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ALESSI Ramos, 9, mengelus seekor hamster di sebuah rumah sakit di Meksiko, tempat binatang mulai dari betet Australia hingga anjing Siberian Husky digunakan untuk membantu terapi pasien gangguan kesehatan mental.
"Ini membantu saya mengatasi kecemasan, mengendalikan emosi saya, menjadi santai, dan lebih fokus," ujar Ramos yang didiagnosa menderita attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD.
Delapan anjing merupakan bagian dari tim terapis hewan di National Center for Mental Health and Palliative Care di Mexico City.
Baca juga: Lagi, Jurnalis Meksiko Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal
Harley, seekor anjing Pug berusia 5 tahun, yang kehilangan salah satu matanya dalam sebuah kecelakaan, ungkap Kepala Unit Kesehatan Mental di Institute for Social Security and Services for State Workers, yang mengelola rumah sakit itu, Lucia Ledesma.
"Kami menjadikan kegigihannya dalam menghadapi masalah sebaai teladan. Dia adalah anjing yang bisa melakukan segalanya tanpa ragu," ungkap Ledesma.
Rumah sakit itu merupakan satu-satunya rumah sakit di Meksiko yang menggunakan binatang untuk mengobati masalah kesehatan mental meski terapi sejenis telah digunakan di berbagai negara lain.
Baca juga: Enam Orang Tewas dalam Serangan Bom Terhadap Polisi Meksiko
"Kontak dengan binatang menghadirkan perubahan neuropsikologis yang kuat yang akan membantu menurunkan stres dan kecemasan, serta membawa pengaruh kognitif lainnya," kata Ledesma.
Harley menjadi terkenal di Meksiko saat pandemi ketika memasuki ruang rawat covid-19 menggunakan APD untuk membantu mendongkrak semangat para tenaga kesehatan yang terpaksa bekerja lama tanpa bisa bertemu keluarga mereka.
"Dia menjadi satu-satunya intervensi menggunakan binatang di area covid," ujar Ledesma.
"Anjing di rumah sakit negara lain banyak namun tidak ada yang masuk ke zona covid-19. Itulah mengapa kami mendapatkan pengakuan internasional," lanjutnya.
Silvia Hernandez pertama kali bertemu Harley kala menjadi perawat di era pandemi. Hal itu menyebabkan dirinya mengalami kesehatan mental dan hingga hari ini masih menjalani terapi.
"Dia langsung datang menuju saya bak telah mengenal saya. Kami seperti sahabat lama," ungkap Hernandez.
"Saya bisa melihat rekan kerja saya menjadi emosional dan bisa merasakan cinta yang dibawa Harley. Beberapa dari mereka bahkan menangis," kenangnya.
Saat ini, telah ada program kesehatan mental bertajuk Harley and his friends serta komik yang dibagikan di sekolah-sekolah. (AFP/Z-1)
Seiring mobilitas yang semakin tinggi dan hadirnya beragam profesi, figur ayah di rumah terasa kurang dan membuat ikatan emosional antar ayah dan anak berkurang
Tren gaya hidup tanpa alkohol semakin berkembang di tengah masyarakat, dengan banyak orang memilih untuk mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol.
Ternyata, terdapat sebuah penelitian baru yang menunjukkan bahwa rajin berolahraga bisa membantu menutunkan tingkat depresi.
Hari terakhir di sekolah bisa membawa kesedihan bagi anak. Mereka harus berpisah dengan guru dan teman-teman akan memberikan tantangan emosional.
Pada orang dengan hoarding disorder, penimbunan sering kali dilakukan secara acak dan sembarangan. Mereka merasa aman saat bisa menumpuk sampah karena merasa sayang saat membuangnya.
Salah satunya ialah muncul stresor pada penderita OCD. Stresor merupakan faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respons stres.
Kampanye digital pencegahan katarak #EyeCareForAll diluncurkan melalui aplikasi Campaign #ForABetterWorld.
Penyakit jantung bawaan merupakan suatu kelainan struktural atau fungi pada jantung atau pembuluh darah besar pada jantung yang muncul sejak lahir.
Vertigo bisa disebabkan banyak hal, antara lain kekurangan semburan oksigen ke otak, infeksi gigi, dan infeksi organ lain.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan pelayanan yang berkesinambungan, saling terkait dan kesehatan anak sangat ditentukan sejak berada dalam kandungan.
Buang jauh mindset yang menyebutkan bahwa kita butuh olahraga yang canggih-canggih.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian depresi pascamelahirkan sebesar 25,4%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved