Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEPOLISIAN Texas, Amerika Serikat (AS) membuka penyelidikan penembakan massal yang menewaskan lima orang. Pelakunya belum dapat diminta pertanggungjawaban karena buron.
Para korbannya telah diidentifikasi berpaspor Honduras yang seluruhnya tewas pada Sabtu (29/4). Kejadian itu menjadi penembakan massal terbaru yang melanda AS.
Seorang anak berusia delapan tahun termasuk di antara para korban ketika pria bersenjata yang tampaknya mabuk itu menyerbu ke dalam rumah yang penuh sesak. Pelaku melakukan aksi keji itu setelah diminta berhenti menembakkan senjata semi-otomatis di halaman rumahnya sendiri.
Baca juga: Kepolisian Alabama Tahan Pria Dewasa dan Dua Remaja Terkait Penembakan Massal di Pesta Ulang Tahun
Sheriff Greg Capers dari San Jacinto County, yang berada di utara Houston, menggambarkan pemandangan yang mengerikan sekitar pukul 23.30 waktu setempat. Para korban, berusia antara delapan sampai 40 tahun.
Mereka berserakan dari pintu depan hingga ke dalam kamar tidur. Dua dari lima korban tewas merupakan perempuan yang ditemukan tergeletak di atas dua anak yang selamat.
"Menurut pendapat saya, mereka benar-benar berusaha merawat bayi-bayi itu dan menjaga agar bayi-bayi itu tetap hidup," kata Capers kepada media lokal, ABC KTRK.
"Pelaku sedang minum alkohol dan dia berkata, saya akan melakukan apa yang saya inginkan di halaman depan saya'," kata Capers.
Baca juga: Kekerasan Senjata di AS Renggut Lebih dari 10.000 jiwa
Sepuluh orang korban yang selamat dirawat di rumah sakit. "Semua korban berasal dari Honduras," kata Capers.
Otoritas Texas mengatakan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk pelaku yang diidentifikasi bernama Francisco Oropeza, warga negara Meksiko berusia 39 tahun. Pelaku dituntut dengan lima tuduhan pembunuhan.
Aksi pembunuhan tersebut tampaknya merupakan yang terbaru dari serangkaian penembakan yang dipicu oleh permasalahan kecil. Terdapat lebih dari 170 penembakan massal di AS selama 2023.
AS dengan lebih banyak senjata api daripada penduduknya, memiliki tingkat kematian senjata tertinggi di antara negara maju manapun. Sebanyak 49.000 orang terbunuh pada 2021, naik dari 45.000 pada tahun sebelumnya. (CNA/Z-6)
Pengamat Timur Tengah, Faisal Assegaf, berbagi pengalaman dramatisnya selama 100 jam ditahan oleh pasukan Kurdi di Suriah pada April 2025.
Konsumen fashion di AS menggugat Hermes karena dianggap enggan menjual tas Birkin tanpa pembelian produk mewah lainnya.
Sebuah petisi kepada Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS menyerukan larangan bahan kimia metilen klorida dalam proses dekafinasi kopi karena kekhawatiran terhadap kanker.
Kontroversi aturan berpakaian di pesawat menjadi sorotan di Amerika setelah seorang penumpang menyewa pengacara karena dianggap tidak mematuhi kebijakan pakaian di Delta Air lines.
Sejak diperkenalkannya vaksin HPV di Amerika Serikat pada 2006, terjadi penurunan signifikan infeksi HPV dan pra-kanker serviks pada remaja dan perempuan dewasa muda.
BNI kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong UMKM kopi Indonesia menuju pasar dunia.
Amatlah betul bahwa negara harus hadir dan memenuhi kewajiban dalam melindungi HAM warganya. Negara harus memperketat prosedur penggunaan senjata, khususnya senjata api
Adapun terdapat enam langkah dan sekaligus pertimbangan seorang anggota Polri dinilai layak memegang senjata api.
Pemegang senjata seharusnya memiliki kecakapan mengendalikan emosi.
Polresta Tangerang mengamankan sembilan pucuk senjata api ilegal dan ratusan butir peluru tajam dari seorang pria berinisial EC (42) di Perum Puri Asih, Pasar Kemis Tangerang, Selasa (24/12).
Polisi menemukan 10 peluru kaliber 5,56 milimeter, 11 peluru kaliber 9 milimeter dan satu peluru pendek.
Axel Djody Gondokusumo, putra kedua artis senior Ayu Azhari terkait kasus jual-beli senjata api kepada AM, pengemudi Lamborghini yang berlagak koboi di Kemang, beberapa hari lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved