Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AMERIKA Serikat (AS) akan bergabung dengan Eropa dalam mendukung resolusi yang mendesak Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB. Teheran merespon dengan menyatakan langkah itu dapat menggagalkan diplomasi.
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa kami berencana untuk bergabung dengan Inggris, Prancis, dan Jerman dalam mencari resolusi yang berfokus pada perlunya Iran untuk bekerja sama sepenuhnya dengan IAEA," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.
Dia mengatakan laporan terbaru oleh Badan Energi Atom Internasional yang berisi keprihatinan yang sangat serius karena Iran tidak merespon desakan lembaga PBB yang berbasis di Wina, Austria itu.
"Sangat penting bahwa Iran sepenuhnya mematuhi kewajibannya yang mengikat secara hukum di bawah Perjanjian Non-Proliferasi nuklir," ujar Price.
Iran memperingatkan terhadap tindakan tidak konstruktif di IAEA dan mengatakan mereka akan merespons dengan tegas dan tepat. Pertikaian potensial terjadi di tengah kebuntuan panjang dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 yang dihancurkan oleh Presiden AS saat itu Donald Trump.
Baca juga: Deretan Pembunuhan Ahli Nuklir dan Petinggi Militer Iran, oleh AS-Israel?
Presiden AS Joe Biden mendukung kembalinya perjanjian itu dan pemerintahannya sebelumnya menghindari keberatan Iran terhadap sanksi IAEA. Tetapi negosiator AS tentang Iran mengatakan bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan semakin kecil.
Pemerintahan Biden telah menyuarakan kesediaan untuk menghapus sanksi besar yang dijatuhkan oleh Trump sebagai imbalan atas kembalinya Iran ke kepatuhan penuh. Tetapi Iran juga telah mendesak penghapusan Pengawal Revolusi Elit Iran dari daftar hitam terorisme, sebuah langkah yang telah ditolak Biden.
Laporan IAEA terbaru menyatakan Iran belum mengklarifikasi pertanyaan tentang keberadaan bahan nuklir yang ditemukan di tiga lokasi yang tidak diumumkan. Iran mengatakan tidak bermaksud membuat senjata nuklir namun tetap tidak digubris seperti oleh Israel yang telah dituduh membunuh ilmuwan kimia Iran mencari senjata nuklir tetapi telah dipenuhi.(France24/OL-5)
KETIKA Israel secara intensif menggempur berbagai fasilitas nuklir Iran dalam eskalasi terbaru, dunia justru kembali mengalihkan perhatian pada program nuklir rahasia Israel, Dimona.
Pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), sebagai subholding dari PT Pertamina menyatakan keinginan untuk mengembangkan PLTN di Indonesia.
Pemred media Iran Kayhan menuduh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad, dan menyerukan eksekusi terhadapnya.
Houthi mengumumkan telah meluncurkan rudal balistik Zulfiqar yang menargetkan sebuah lokasi "sensitif" di Israel selatan. Serangan itu diklaim telah berhasil mengenai sasarannya.
PAKAR Hubungan Internasional UGM, Muhadi Sugiono, berpendapat sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, Indonesia perlu mengambil sikap yang jelas dan tegas atas perang Iran-Israel.
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
AMERIKA Serikat tidak terima dengan kebijakan Republik Islam Iran yang resmi memutus hubungan kerja sama nuklir dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Eskalasi antara Iran dan Israel bukan hanya soal dua negara, tetapi juga cermin dari pembentukan ulang koalisi strategis di Timur Tengah dan perubahan tatanan global.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyetujui undang-undang yang menghentikan kerja sama negaranya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved