Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Pentagon: Kapasitas Nuklir Iran Alami Kemunduran Serius

Budi Ernanto
03/7/2025 15:38
Pentagon: Kapasitas Nuklir Iran Alami Kemunduran Serius
Pentagon.(AFP/DANIEL SLIM)

JURU Bicara Pentagon, Sean Parnell, menyampaikan bahwa serangan udara terbaru yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran telah menghambat kemajuan program nuklir negara tersebut selama satu hingga dua tahun.

“Kami telah menurunkan kemampuan program mereka selama satu hingga dua tahun. Setidaknya, penilaian intelijen di dalam departemen menilai seperti itu,” ujar Parnell.

Ia menambahkan bahwa dampaknya kemungkinan besar lebih mendekati dua tahun dalam memperlambat perkembangan kemampuan nuklir Iran.

“Kami memperkirakan lebih mendekati dua tahun, seperti memperlambat selama dua tahun,” lanjutnya.

Menurut Parnell, pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.

Ia menekankan bahwa ketiga fasilitas tersebut telah benar-benar dihancurkan.

“Kami yakin kemampuan nuklir Iran telah mengalami penurunan yang serius, bahkan mungkin ambisi mereka untuk membuat bom,” katanya.

Namun, proses evaluasi lebih lanjut atas dampak serangan tersebut masih berlangsung.

Serangan udara AS pada 22 Juni menargetkan situs nuklir bawah tanah Fordow dengan enam bom penghancur bunker, disusul puluhan rudal jelajah dari kapal selam yang diarahkan ke fasilitas di Natanz dan Isfahan sebagai bagian dari operasi yang bertujuan melemahkan proyek nuklir Iran.

Rencana perundingan putaran keenam antara AS dan Iran awalnya dijadwalkan pada 15 Juni, tetapi tertunda menyusul serangan udara Israel terhadap berbagai lokasi militer, nuklir, dan sipil Iran pada 13 Juni.

Konflik selama 12 hari antara Iran dan Israel akhirnya mereda setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat dan mulai diberlakukan sejak 24 Juni.

“Departemen Pertahanan akan mendukung misi diplomatik untuk melanjutkan perdamaian itu dengan memastikan bahwa kami mempertahankan kapabilitas di seluruh Timur Tengah,” jelas Parnell.

Ia juga menyebut bahwa Presiden Donald Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth memiliki sejumlah opsi militer yang dapat diambil guna melindungi warga sipil dan pasukan AS di kawasan tersebut.

“Kami saat ini tidak memiliki pembaruan mengenai postur kekuatan di wilayah tanggung jawab CENTCOM,” tambahnya.

Saat ditanya mengenai potensi pengurangan jumlah pasukan di Suriah, Parnell mengatakan bahwa AS masih mempertahankan sekitar 1.500 personel militer di wilayah tersebut. (Ant/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya