Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Agresi Didukung Kekuatan Nuklir Dianggap Ancaman Bersama terhadap Rusia

Ferdian Ananda Majni
17/7/2025 13:29
Agresi Didukung Kekuatan Nuklir Dianggap Ancaman Bersama terhadap Rusia
Rusia kembali menegaskan sikap tegasnya terkait kebijakan pertahanan nasional.(Anadolu )

PEMERINTAH Rusia kembali menegaskan sikap tegasnya terkait kebijakan pertahanan nasional, khususnya soal doktrin nuklir

Pada Rabu (16/7), juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa jika sebuah negara non-nuklir melakukan agresi terhadap Rusia dengan dukungan atau keterlibatan kekuatan nuklir, maka tindakan tersebut akan dipandang sebagai serangan gabungan terhadap Moskow.

"Doktrin nuklir tetap berlaku dan akibatnya, semua ketentuannya berlaku," kata Peskov kepada wartawan, menegaskan bahwa senjata nuklir hanya akan digunakan sebagai langkah terakhir demi melindungi kedaulatan Rusia.

Peskov juga menyerukan dimulainya kembali pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina, dengan menekankan bahwa Amerika Serikat (AS), khususnya Presiden Donald Trump dan pemerintahannya, memiliki peran penting dalam mendorong proses diplomatik.

"Kami mendesak semua pihak untuk memfasilitasi hal ini. Dalam konteks ini, peran mediasi utama adalah milik AS, (Presiden) Donald Trump dan pemerintahannya," katanya seperti dikutip Anadolu, Kamis (17/7).

Dia juga menyinggung berbagai pernyataan anti-Rusia yang beredar di kalangan politikus Eropa, menyebutnya sebagai bentuk militerisme fanatik. Meski begitu, dia berharap ada tekanan dari pihak internasional untuk mendorong Ukraina kembali ke meja perundingan.

Mengenai keputusan Jerman yang menunda pengiriman rudal jelajah Taurus ke Ukraina, Peskov menyambut langkah tersebut sebagai sinyal bahwa sisa-sisa akal sehat masih ada di antara negara-negara Eropa, walau pengiriman senjata dari Barat terus berlangsung.

"Ini bisnis. Ada pengiriman sebelumnya. Tidak ada yang menghentikannya. Masalahnya hanya siapa yang membayarnya. Sekarang beberapa orang Eropa akan membayarnya," katanya, menyoroti komersialisasi bantuan militer.

Dia juga mengonfirmasi bahwa Rusia sedang memantau secara ketat wacana pengiriman senjata jarak jauh ke Ukraina, termasuk perkembangan yang melibatkan negara-negara NATO.

Terkait kemungkinan adanya komunikasi antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Donald Trump, Peskov menyatakan bahwa percakapan tersebut bisa saja terjadi sewaktu-waktu, namun hingga kini belum ada rencana konkret. (Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya