Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

133 Korban Tewas akibat Banjir Tanah Longsor di Filipina

Mediaindonesia.com
14/4/2022 17:48
133 Korban Tewas akibat Banjir Tanah Longsor di Filipina
Warga berjalan melewati rumah-rumah yang hancur di desa Pilar, kota Abuyog, Leyte, pada 14 April 2022.(AFP/Bobbie Alota.)

KORBAN tewas akibat tanah longsor dan banjir di Filipina yang dipicu oleh badai tropis Megi naik menjadi 133 pada Kamis (14/4). Banyak mayat ditemukan di desa-desa yang tertutup lumpur.

Puluhan orang masih hilang dan dikhawatirkan tewas setelah badai terkuat yang melanda negara kepulauan itu tahun ini menyebabkan hujan lebat selama beberapa hari. Musibah itu memaksa puluhan ribu orang mengungsi ke pusat-pusat evakuasi.

Di provinsi tengah Leyte--yang paling parah terkena dampak Megi--tanah longsor menghancurkan komunitas pertanian dan nelayan itu serta memusnahkan rumah-rumah dan mengubah lanskap. Wilayah yang rawan bencana secara teratur dirusak oleh badai, termasuk serangan langsung dari Topan Super Haiyan pada 2013. Para ilmuwan memperingatkan badai menjadi lebih kuat saat dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim.

Personel bantuan darurat di kota Abuyog mengambil puluhan mayat dari desa pesisir Pilar yang hancur oleh tanah longsor pada Selasa. Sedikitnya 42 orang tewas akibat tanah longsor yang melanda tiga desa di kota tersebut, kata polisi. 

Sebagian besar kematian itu terjadi di Pilar. Sedikitnya 28 mayat dibawa dengan perahu ke tempat berpasir di dekat gedung pemerintah kota setelah jalan menuju permukiman terputus oleh tanah longsor.

Lebih dari 100 masih hilang. Wali Kota Abuyog, Lemuel Traya, mengatakan kepada AFP bahwa ada sedikit harapan untuk menemukan orang lain yang masih hidup. Foto udara menunjukkan hamparan luas lumpur dan tanah yang menyapu gunung ke laut, menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya. Puing-puing rumah dan sisa-sisa lainnya berserakan di sepanjang pantai.

Cuaca buruk dan lumpur tebal mempersulit upaya evakuasi di Pilar karena tanahnya tidak stabil. Para pencari juga menyisir garis pantai setelah beberapa mayat tersapu beberapa kilometer oleh arus laut. "Ini tidak akan segera berakhir, bisa berhari-hari," Traya memperingatkan.

Banyak dari mereka yang meninggal telah mendaki ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari banjir bandang, kata penduduk desa kepada AFP. "Kedengarannya seperti helikopter," kata anggota dewan Pilar, Anacleta Canuto, 44, menggambarkan suara yang ditimbulkan oleh tanah longsor. Canuto, suaminya, dan dua anak mereka selamat, tetapi mereka kehilangan setidaknya sembilan kerabat. 

Baca juga: Perubahan Iklim Perparah Hujan Ekstrem di Musim Badai

Nelayan Pilar, Santiago Dahonog, 38, mengatakan dia bergegas ke laut bersama dua saudara kandung dan keponakannya saat tanah longsor meluncur ke arah mereka. "Kami keluar dari rumah, berlari ke air dan mulai berenang," katanya kepada AFP. "Aku satu-satunya yang selamat."

Baybay 

Sebanyak 86 orang tewas dan belasan lain terluka di desa-desa penghasil sayur, padi, dan kelapa di sekitar Baybay City pada akhir pekan, kata pihak berwenang setempat. Setidaknya 117 masih hilang.

Yang paling parah yaitu Kantagnos. Sebanyak 32 orang meninggal dan 103 belum ditemukan. Di desa Bunga yang berdekatan, 17 orang tewas ketika tanah yang basah menghantam bukit dan masyarakat tepi sungai. Hanya beberapa atap yang terlihat di lumpur yang mulai berbau busuk.

Tiga orang juga tenggelam di pulau utama selatan Mindanao. Satu orang meninggal di provinsi tengah Iloilo. Ini dikatakan badan bencana nasional dalam pembaruan informasinya. Tiga kematian lain yang sebelumnya dilaporkan di provinsi tengah Negros Oriental dikeluarkan dari penghitungan setelah mereka ditemukan tidak terkait dengan badai. 

Baca juga: Banjir paling Mematikan di Afrika Selatan Tewaskan 253 Jiwa

Megi melanda pada awal Pekan Suci, salah satu hari libur terpenting di negara berpenduduk mayoritas Katolik itu, ketika ribuan orang melakukan perjalanan untuk mengunjungi kerabat. Itu terjadi empat bulan setelah topan super menghancurkan sebagian besar negara itu, menewaskan lebih dari 400 orang dan menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Filipina--peringkat di antara negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim--dilanda rata-rata 20 badai setiap tahun. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya