Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Diplomat Barat Dukung Bantuan untuk Afghanistan Demi Kemanusiaan 

Atikah Ishmah Winahyu
26/1/2022 09:30
Diplomat Barat Dukung Bantuan untuk Afghanistan Demi Kemanusiaan 
Utusan Khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, Tomas Niklasson.(KARIM JAAFAR / AFP)

PARA diplomat Barat Selasa (25/1) menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan ke Afghanistan untuk mendorong peduli hak asasi manusia setelah bertemu dengan delegasi Taliban dalam kunjungan penting ke Eropa pada Selasa (25/1)..

Pada hari terakhir perjalanan resmi pertama Taliban ke Eropa sejak kembali berkuasa pada Agustus 2021 lalu, kaum fundamentalis tersebut mengadakan pembicaraan tertutup dengan beberapa diplomat Barat.

Taliban sedang mencari pengakuan internasional dan bantuan keuangan.

Kini situasi kemanusiaan Afghanistan telah memburuk sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021. Pasalnnya bantuan internasional tiba-tiba disetop sehingga memperburuk keadaan jutaan warga yang sudah menderita kelaparan setelah beberapa kekeringan parah.

Para diplomat Barat memaparkan apa yang mereka harapkan dari Taliban selama pembicaraan.

Utusan Khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, Tomas Niklasson, menulis di Twitter bahwa ia telah menggarisbawahi perlunya sekolah dasar dan menengah agar dapat diakses oleh anak laki-laki dan perempuan di seluruh negeri ketika tahun ajaran dimulai pada bulan Maret 2022.

Dia menanggapi tweet dari Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan yang memuji komitmen UE untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan.

Delegasi Afghnistan yang dipimpin Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttaqi bertemu dengan pejabat senior Kementerian Luar Negeri Prancis Bertrand Lotholary, Utusan Khusus Inggris Nigel Casey, dan anggota Kementerian Luar Negeri Norwegia.

Perempuan kembali ke sekolah

Di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Store mengatakan pembicaraan itu tampaknya serius dan nyata.

"Kami menjelaskan bahwa kami ingin melihat anak perempuan kembali ke sekolah pada bulan Maret, juga mereka yang berusia di atas 12 tahun. Kami ingin melihat akses kemanusiaan," katanya.

Taliban memuji pembicaraan pekan ini yang diadakan di sebuah hotel dekat Oslo sebagai langkah menuju pengakuan internasional.

Di sela-sela pembicaraan pada Senin (24/1), Menteri Luar Negeri Afghnanistan Amir Khan Muttaqi mengatakan, "Norwegia memberi kami kesempatan, ini merupakan pencapaian tersendiri karena kami berbagi panggung dengan dunia."

"Dari pertemuan-pertemuan ini kami yakin akan mendapatkan dukungan untuk sektor kemanusiaan, kesehatan dan pendidikan Afghanistan," tambahnya.

Norwegia bersikeras bahwa pembicaraan itu tidak mewakili legitimasi atau pengakuan terhadap Taliban.

Namun keputusannya untuk mengundang Taliban dan menerbangkan mereka dengan jet sewaan dengan biaya besar, banyak dikritik oleh beberapa ahli, anggota diaspora dan aktivis Afghanistan.

Belum ada negara yang mengakui rezim fundamentalis itu, dan komunitas internasional sedang menunggu untuk melihat bagaimana Taliban berniat memerintah sebelum melepaskan bantuan.

Perdana Menteri Norwegia mengatakan dia tahu banyak yang terganggu oleh pertemuan di Oslo, tetapi menurutnya itu adalah langkah pertama untuk menghindari bencana kemanusiaan.

"Alternatif untuk meninggalkan Afghanistan, satu juta anak, dalam bahaya kelaparan. Itu bukan pilihan. Kita harus menghadapi dunia apa adanya,” tuturnya.

Sekretaris negara Norwegia Henrik Thune sebelumnya mengatakan, "Ini bukan awal dari proses terbuka."

"Kami akan mengajukan tuntutan nyata yang dapat kami tindak lanjuti dan melihat apakah mereka telah dipenuhi,” ujarnya kepada kantor berita Norwegia NTB menjelang pembicaraannya dengan delegasi pada Selasa (25/1) malam.

Tuntutan itu mencakup kemungkinan pemberian bantuan kemanusiaan langsung kepada rakyat Afghanistan, menurut NTB.

Norwegia juga menyerukan agar hak asasi manusia dihormati, khususnya perempuan dan minoritas, seperti akses ke pendidikan dan layanan kesehatan, hak untuk bekerja, serta kebebasan bergerak.

Sementara pemerintahan Taliban itu mengklaim telah memodernisasi, sebagian besar perempuan masih dikecualikan dari pekerjaan sektor publik dan sebagian besar sekolah menengah untuk anak perempuan tetap tutup.

Norwegia juga diperkirakan akan mengangkat penderitaan dua aktivis perempuan yang hilang di Kabul pekan lalu setelah mengambil bagian dalam demonstrasi. Taliban membantah bertanggung jawab.

Sementara itu, kepala Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland, mengatakan sebelum duduk bersama Taliban dan organisasi non-pemerintah lainnya, "Kami tidak dapat menyelamatkan nyawa kecuali semua sanksi dicabut."

“Pembekuan bantuan menyakiti warga sipil yang sama dengan yang negara-negara NATO habiskan ratusan miliar dolar untuk pertahanan sampai Agustus,” tambahnya.

Sekitar 55% penduduk Afghanistan sekarang menderita kelaparan, menurut PBB.

Di Oslo, seorang pengamat Barat pada pembicaraan itu mengatakan ada beberapa perubahan tambahan di kedua belah pihak.

"Tapi saya pikir kita akan membutuhkan lebih banyak pertemuan ini sebelum Taliban dan Barat menemukan cara untuk berurusan satu sama lain,” tandasnya. (Aiw/France24/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya