Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

AS dan Rusia Masih Berselisih Usai Pembicaraan tentang Ketegangan Ukraina

 Atikah Ishmah Winahyu
11/1/2022 11:09
AS dan Rusia Masih Berselisih Usai Pembicaraan tentang Ketegangan Ukraina
Foto kombinasi yang menampilkan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan Presiden AS Joe Biden.(AFP)

RUSIA dan Amerika Serikat (AS) tidak memberikan tanda bahwa mereka telah mempersempit perbedaan terkait Ukraina dan keamanan Eropa yang lebih luas dalam pembicaraan di Jenewa, karena Moskow mengulangi tuntutan yang menurut Washington tidak dapat diterima.

Rusia telah mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina sambil menuntut agar aliansi NATO yang dipimpin AS mengesampingkan mengakui negara bekas Soviet itu.

“Sayangnya kami memiliki perbedaan besar dalam pendekatan prinsip kami untuk ini. AS dan Rusia dalam beberapa hal memiliki pandangan yang berlawanan tentang apa yang perlu dilakukan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov kepada wartawan.

Pembicaraan berlangsung selama lebih dari tujuh jam di Jenewa pada Senin (10/1), Ryabkov mengatakan para pejabat Rusia memiliki kesan bahwa pihak Amerika menanggapi proposal Rusia dengan sangat serius.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan, "Kami tegas dalam mendorong kembali proposal keamanan yang hanya non-starter ke Amerika Serikat."

Sherman mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah menawarkan sejumlah ide di mana kedua negara dapat mengambil tindakan timbal balik yang akan menjadi kepentingan keamanan bersama dan meningkatkan stabilitas strategis.

Peringatan AS atas invasi

Washington dan Kiev mengatakan 100.000 tentara Rusia yang dipindahkan ke jarak serang dapat mempersiapkan invasi baru, delapan tahun setelah Rusia merebut Semenanjung Krimea dari Ukraina.

“Jika Rusia menyerang, akan ada biaya dan konsekuensi yang signifikan, jauh melampaui apa yang mereka hadapi pada 2014,” kata Sherman.

Rusia menyangkal rencana semacam itu dan mengatakan pihaknya menanggapi apa yang disebutnya perilaku agresif dari NATO dan Ukraina, yang condong ke Barat dan bercita-cita untuk bergabung dengan aliansi tersebut.

Ryabkov mengecam ancaman tindakan AS terhadap Rusia sebagai upaya pemerasan dan intimidasi, tetapi mengatakan Moskow "untuk kelanjutan dialog".

“Saya tidak berpikir situasinya tanpa harapan,” katanya.

Ryabkov juga mengulangi serangkaian tuntutan termasuk larangan ekspansi NATO lebih lanjut dan diakhirinya aktivitas aliansi di negara-negara Eropa tengah dan timur yang bergabung setelah 1997.

Dia mengatakan wajib bagi Rusia untuk memastikan bahwa Ukraina tidak pernah menjadi anggota NATO.

“Kami tidak akan membiarkan siapa pun membanting kebijakan pintu terbuka NATO, yang selalu menjadi pusat aliansi NATO,” ujar Sherman.

“Kami tidak akan melepaskan kerja sama bilateral dengan negara-negara berdaulat yang ingin bekerja dengan Amerika Serikat, dan kami tidak akan membuat keputusan tentang Ukraina tanpa Ukraina, tentang Eropa tanpa Eropa, atau tentang NATO tanpa NATO,” tandasnya.

'Gol' Rusia

Petro Burkovskiy, seorang rekan senior di Yayasan Inisiatif Demokratik, mengatakan Rusia memiliki tiga tujuan dalam negosiasi hari Senin (10/1).

“Di antara tujuan-tujuan ini adalah untuk merusak kepercayaan di Amerika Serikat di antara negara-negara Eropa, dan untuk menunjukkan penentangan terhadap sanksi di masa depan,” kata Burkovskiy kepada Al Jazeera.

“Rusia juga ingin menunjukkan jika sanksi diterapkan, mereka akan membalas secara selektif melalui negara-negara Eropa, seperti Jerman atau Italia mengurangi atau memotong pasokan gas.”

Tetapi tujuan paling penting saat ini bagi Rusia adalah untuk menghalangi Amerika Serikat dari mempersenjatai negara-negara Eropa tengah yang bergabung dengan NATO,” tambah Burkovskiy.

"Pesan ini dibuat hari ini dengan sangat jelas,” tandasnya. (Aiw/Aljazeera/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya