Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dua Komandan Jihadis Tewas dalam Serangan AS di Suriah

Mediaindonesia.com
21/9/2021 14:27
Dua Komandan Jihadis Tewas dalam Serangan AS di Suriah
Kendaraan yang dihancurkan pesawat tak berawak di pinggiran timur laut Idlib yang dikuasai pemberontak, barat laut Suriah, Senin (20/9).(AFP/Omar Haj Kadour.)

SERANGAN pesawat tak berawak, Senin (20/9), menewaskan dua komandan jihad yang dekat dengan Al-Qaeda di wilayah Idlib di barat laut Suriah. Serangan itu dilakukan oleh koalisi internasional pimpinan AS yang memerangi jihadis di Suriah dan Irak.

Itu dikatakan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Militer AS mengakui membunuh seorang pejabat Al-Qaeda, tak lama setelah koalisi mengatakan kepada AFP bahwa mereka tidak melakukan serangan di provinsi Idlib pada Senin.

"Pasukan AS melakukan serangan kinetik kontraterorisme di dekat Idlib, Suriah, hari ini, terhadap seorang pemimpin senior al-Qaeda," kata juru bicara Komando Pusat AS (CENTCOM), Letnan Josie Lynne Lenny, dalam suatu pernyataan. "Indikasi awal yakni kami menyerang individu yang kami tuju dan tidak ada indikasi korban sipil akibat serangan itu," katanya.

Serangan itu menargetkan kendaraan di jalan yang mengarah dari kota Idlib ke Binnish, menurut Observatorium. Kepala Observatorium Rami Abdel Rahman mengatakan kepada AFP bahwa salah satu komandan yang tewas ialah orang Tunisia. Satu lagi berasal dari Yaman atau Arab Saudi tanpa mengidentifikasi kelompok mereka.

Wilayah Idlib didominasi oleh bekas afiliasi Al-Qaeda Suriah, tetapi pemberontak dan jihadis lain juga hadir. Faksi-faksi jihad telah menjadi target serangan koalisi Suriah, Rusia, AS, dan internasional di masa lalu.

Sembilan jihadis tewas pada Oktober 2019 dalam serangan udara Rusia di Idlib. Serangan AS sebulan sebelumnya menewaskan sedikitnya 40 pemimpin jihadis.

Perang Suriah telah menewaskan sekitar setengah juta orang sejak dimulai pada 2011 dengan tindakan keras brutal terhadap protes antipemerintah. Kondisi itu berkembang menjadi medan perang kompleks yang melibatkan tentara asing, milisi, dan jihadis. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya