Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Presiden Turki Berhati-hati Tanggapi Pemerintahan Afghanistan yang Baru

Nur Aivanni
08/9/2021 07:28
Presiden Turki Berhati-hati Tanggapi Pemerintahan Afghanistan yang Baru
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan(AFP/Iakovos Hatzistavrou )

PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (7/9), memberikan tanggapan yang hati-hati kepada pemerintahan Afghanistan yang baru diumumkan oleh Taliban, dengan mengatakan dia akan mengikuti dengan cermat arah masa depan mereka.

Dalam pernyataan pertamanya tentang penunjukan Mullah Mohammad Hassan Akhund sebagai pemimpin Taliban, Selasa (7/9), Erdogan mengatakan dia tidak tahu berapa lama susunan pemerintahan baru saat ini akan bertahan.

"Seperti yang Anda ketahui sekarang, sulit untuk menyebutnya permanen, tetapi kabinet sementara telah diumumkan," kata Erdogan kepada wartawan selama penampilan media bersama dengan Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi yang sedang berkunjung.

Baca juga: PBB Ingin Segera Kirim Bantuan ke Afghanistan Melalui Darat

"Kami tidak tahu berapa lama kabinet sementara ini akan bertahan. Tugas kami sekarang adalah mengikuti proses ini dengan hati-hati," katanya.

Sebelumnya, Selasa (7/9), Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu juga menyuarakan kehati-hatian, dengan mengatakan masyarakat internasional tidak boleh terburu-buru mengakui legitimasi Taliban.

"Tidak perlu terburu-buru," kata Cavusoglu. "Ini adalah saran kami kepada seluruh dunia. Kita harus bertindak bersama dengan komunitas internasional."

Turki telah mengadakan pembicaraan rutin dengan Taliban di Kabul, tempat negara tersebut masih memiliki kehadiran diplomatik, tentang kondisi di mana mereka dapat membantu mengoperasikan bandara ibu kota Afghanistan.

Para pejabat AS mengatakan mereka tidak lagi mengontrol wilayah udara di Afghanistan dan bahwa bandara utama di Kabul, yang direbut militer AS pada Agustus untuk evakuasi, dalam keadaan rusak.

Cavusoglu mengatakan Turki bekerja sama dengan Qatar dan AS dengan syarat bandara dapat dibuka kembali untuk penerbangan reguler yang diperlukan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan, mengevakuasi warga sipil yang terdampar, dan membangun kembali misi diplomatik di Kabul.

Namun, dia mengatakan keamanan tetap menjadi masalah utama, yang menekankan bahwa penerbangan komersial tidak akan pernah dapat dilanjutkan sampai maskapai - dan perusahaan asuransi mereka - merasa bahwa kondisinya cukup aman.

"Dalam pandangan saya, pasukan Taliban atau Afghanistan dapat memastikan keamanan di luar bandara," kata Cavusoglu. "Tapi di dalam, mungkin ada perusahaan keamanan yang dipercaya oleh masyarakat internasional atau semua perusahaan lain."

"Bahkan jika maskapai penerbangan, termasuk Turkish Airlines, ingin terbang ke sana, perusahaan asuransi tidak akan mengizinkannya," tandasnya. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya