Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kelompok Anti-Kudeta Lawan Junta Myanmar dengan Senapan Rakitan

Atikah Ishmah Winahyu
05/6/2021 17:00
Kelompok Anti-Kudeta Lawan Junta Myanmar dengan Senapan Rakitan
Pelatihan militer di wilayah Kayah(AFP)

DI pabrik-pabrik darurat yang tersembunyi di hutan Myanmar, penduduk setempat yang telah membentuk kelompok-kelompok bela diri membuat senapan untuk melawan junta militer.

Di salah satu bengkel di negara bagian Kayah dekat perbatasan Thailand, seorang pembuat senjata amatir bersiap memasang pelatuk, potongan kayu berserakan di sekelilingnya, suara gergaji dan palu terdengar bersahutan.

Sementara yang lain menerapkan sentuhan akhir pada senjata dengan sander, sebelum memeriksa produk jadi yakni senapan bolt-action. Namun, performa senjata buatan sendiri tidak selalu memenuhi standar yang dibutuhkan dalam pertempuran.

"Suatu malam, militer menembaki kami dengan artileri berat," kata seorang anggota pasukan pertahanan diri, Ko John.

Prajurit Junta kemudian mendekat dalam jarak 60-90 meter dari rombongan.

"Ketika kami memutuskan untuk menembak mereka, senjata kami tidak menembak seperti yang diharapkan karena itu buatan sendiri," imbuhnya.

"Kami meminta dukungan dari dua penembak jitu kami dan kami menembakkan delapan peluru ke arah mereka, tetapi hanya enam peluru yang ditembakkan dengan benar,” ujarnya.

Baca juga:  Unjuk Rasa Anti-Kudeta, Ratusan Ribu Guru di Myanmar Diskors

Selain bangkitnya pasukan pertahanan diri lokal, para analis percaya ratusan pengunjuk rasa anti-kudeta dari kota-kota kecil di Myanmar telah berjalan kaki ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak untuk menerima pelatihan militer.

Tetapi para pejuang paruh waktu tahu bahwa itu kemungkinan besar akan mereka hadapi dalam setiap konfrontasi dengan militer Myanmar, salah satu pertempuran paling brutal dan brutal di Asia Tenggara.

Ko John menggambarkan kewalahan akibat jumlah dan persenjataan yang unggul selama satu pertemuan baru-baru ini.

"Ketika kami mencoba untuk merebut kamp militer, helikopter mereka tiba dan bala bantuan dari helikopter menembak jatuh ke arah kami,” tuturnya.

Pertempuran telah meningkat di negara bagian Kayah dalam beberapa hari terakhir, dengan penduduk setempat menuduh militer menggunakan peluru artileri yang mendarat di desa-desa.

Setelah melarikan diri dari bentrokan, Mar Ko, 36, dan keluarganya telah tinggal di tempat penampungan sementara di hutan selama lebih dari dua minggu.

"Militer menembaki kami dengan senjata berat. Itu sebabnya kami lari dari sana dan tetap bersembunyi di sini," katanya.

"Sekarang kami kehabisan (makanan) dan kami membutuhkan nasi, garam, dan minyak. Untuk kari, kami makan apa saja seperti batang pisang dan nangka,” imbuhnya.(Straitstimes/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya