Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Filipina Temukan Bangunan Ilegal di Kepulauan Spratly

Mediaindonesia.com
01/4/2021 21:46
Filipina Temukan Bangunan Ilegal di Kepulauan Spratly
Foto satelit memperlihatkan sejumlah bangunan ilegal didirikan di Union Banks, Kepulauan Spratly, LCS, Kamis (1/4/2021)(Antara)

MILITER Filipina telah mendokumentasikan keberadaan bangunan-bangunan ilegal di Union Banks, Kepulauan Spratly, di Laut China Selatan (LCS), tak jauh dari lokasi ratusan kapal China berkerumun bulan lalu.

Panglima Militer Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan bangunan-bangunan ilegal itu berada tidak jauh dari kepulauan yang diklaim oleh Filipina, termasuk di dalam zona ekonomi eksklusifnya.

"Konstruksi dan kegiatan lain, ekonomi atau lainnya, merugikan perdamaian, ketertiban, dan keamanan perairan teritorial kami," kata Sobejana dalam pernyataannya, Kamis (1/4/2021).

Dia tidak mengatakan negara mana yang membangun struktur ataupun seberapa besar bangunan-bangunan tersebut. Yang pasti, bangunan tersebut ditemukan pada 30 Maret, saat pelaksanaan patroli penerbangan maritim militer di atas Laut China Selatan, tempat Filipina melakukan pemantauan secara cermat terhadap aktivitas kapal-kapal China --yang diyakini diawaki oleh milisi.

"Upaya kami untuk dengan patuh menjalankan amanat guna melindungi dan memajukan kepentingan nasional kami di kawasan itu terus berjalan tanpa hambatan," kata Sobejana.

Pulau-pulau dan terumbu karang Spratly merupakan subjek yang paling diperebutkan di dunia.

Vietnam, China, Taiwan, Filipina, dan Malaysia mendirikan bangunan, komunitas kecil, dan pulau-pulau buatan di wilayah tersebut untuk mempertaruhkan klaim teritorial mereka di jalur perairan yang strategis itu.

Rekaman video yang dibagikan oleh militer menunjukkan ratusan perahu tersebar di sekitar terumbu Hughes, Gaven dan Whitsun, beberapa ditambatkan dalam kelompok sebanyak tujuh perahu berdampingan.

Pernyataan Sobejana muncul sebagai bagian dari dorongan baru oleh militer dan diplomat Filipina untuk secara terbuka menentang kegiatan maritim China --setelah selama beberapa tahun kritik dibungkam.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengupayakan hubungan yang lebih dekat dengan Beijing. Duterte mengatakan menantang tindakan China adalah sia-sia dan berbahaya.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat dan Filipina melakukan pembicaraan melalui telepon pada Rabu (31/3). Para penasihat membahas kekhawatiran mereka atas aktivitas China di LCS.

Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin akan bertemu dengan mitranya dari China minggu ini.(Ant/OL-13)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya