Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Wanita Asia-Amerika Kutuk Serangan di Panti Pijat Atlanta

Atikah Ishmah Winahyu
18/3/2021 14:13
Wanita Asia-Amerika Kutuk Serangan di Panti Pijat Atlanta
Orang-orang memegang spanduk di Garden Grove, California, Rabu (17/3), untuk bersatu melawan serentetan kekerasan terhadap orang Asia.(AFP/Apu Gomes.)

SAAT tersiar kabar bahwa seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke lokasi layanan spa di kota Atlanta AS yang menewaskan delapan orang termasuk enam wanita Asia, Tiffany mengaku syok. Wanita Vietnam-Amerika berusia 22 tahun itu kemudian menoleh ke ibunya yang sebelum pandemi covid-19 bekerja di salon rambut Atlanta dan menyadari bahwa sang ibu juga terkejut.

"Sebagai putri dari seorang imigran, saya benar-benar lega bahwa saya tidak perlu khawatir tentang orangtua saya yang berjalan di jalanan dan bekerja saat peristiwa ini terjadi," kata Tiffany. Tetapi dia mengatakan, serangan itu sangat dekat dengan rumahnya.

"Salon rambut, salon kuku, pekerjaan kebersihan, panti pijat, spa, pekerjaan ini sangat umum dalam komunitas kami," katanya. "Dan untuk melihat tindakan kekerasan semacam ini kami khawatir, takut, bingung, dan marah," imbuhnya.

Enam wanita Asia termasuk di antara mereka yang tewas dalam penembakan di tiga spa terpisah di daerah Atlanta pada Selasa malam. Peristiwa itu mengirimkan gelombang kejut ke seluruh kota dan Amerika Serikat.

Pihak berwenang mendakwa pria bersenjata itu dengan delapan tuduhan pembunuhan dan satu tuduhan penyerangan terkait dengan ketiga penembakan tersebut. Dia (tersangka) diharapkan hadir di pengadilan pada Kamis (18/3).

Polisi mengatakan kepada wartawan bahwa tersangka berusia 21 tahun itu mengaku bahwa dia tidak bermotivasi rasial tetapi dia melihat tempat tersebut sebagai godaan karena kecanduan seks. Tetapi para pemimpin dan pakar Asia-Amerika mengatakan rasisme dan stereotip terhadap wanita Asia berperan dalam serangan tersebut sehingga memperdalam rasa takut yang sudah meluas di masyarakat.

“Kami tidak dapat memisahkan ras dan identitas gender para korban di sini dalam kasus ini,” kata direktur eksekutif National Asian Pacific American Women's Forum (NAPAWF) Sung Yeon Choimorrow. Ketika dia menyadari penembakan telah terjadi di spa, pikiran pertamanya yaitu terjadi pembunuhan massal terhadap wanita Asia-Amerika.

"Sepertinya ketakutan terburuk kami telah membuahkan hasil," katanya. Ia menunjuk pada peningkatan insiden rasisme dan kebencian anti-Asia yang secara tidak proporsional memengaruhi wanita Asia-Amerika di seluruh negeri.

"Inilah yang kami takutkan bahwa kami tidak akan mendapatkan cukup perhatian pada waktunya untuk menghindari, mencegah hal seperti ini terjadi," imbuhnya. Serangan tersebut dirasakan oleh wanita Asia-Amerika pada tingkat pribadi yang belum pernah mereka alami sebelumnya dan itu karena mereka semua pernah hidup dan mengalami pelecehan seksual dan kekerasan rasial yang ditujukan kepada mereka.

"Ras dan identitas gender berperan dalam kekerasan mematikan," tambahnya. Begitu pula fakta bahwa perempuan bekerja di industri jasa. "Mereka sama sekali tidak terlihat," tuturnya. (Aljazeera/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya