Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Kandidat Menlu AS akan Segera Evaluasi Label Teroris Huthi

Basuki Eka Purnama
20/1/2021 06:17
Kandidat Menlu AS akan Segera Evaluasi Label Teroris Huthi
Kandidat Menteri Luar Negeri AS pilihan Presiden Terpilih AS Joe Biden, Antony Blinken.(AFP/Alex Edelman)

KANDIDAT Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pilihan presiden terpilih AS Joe Biden, Antony Blinken, Selasa (19/1), mengatakan akan segera mengevaluasi penetapan pemberontak Huthi di Yaman sebagai teroris. Hal itu dilakukan karena khawatir krisis kemanusiaan di Yaman akan memburuk.

"Kami akan segera mengusulkan evaluasi untuk memastikan apa yang kita lakukan tidak menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke negara itu," ujar Blinken kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.

"Setidaknya di permukaan, penetapan itu tidak mencapai apa pun dalam upaya menghadapi Huthi dan membawa mereka ke meja perundingan. Yang terjadi malahan membuat penyediaan bantuan kemanusiaan untuk warga Yaman semakin sulit," imbuhnya.

Baca juga: Biden Siapkan Reformasi Imigrasi

Pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan penetapan Huthi sebagai kelompok teroris pada 11 Januari, sembilan hari sebelum Biden menjabat.

PBB dan lembaga amal telah memperingatkan langkah itu akan memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman.

Kelompok Huthi, yang didukung Iran, menghadapi perlawanan keras dari sekutu AS, Arab Saudi, yang menyebabkan jutaan warga Yaman menggantungkan diri dari bantuan kemanusiaan.

Kelompok Huthi yang menguasai wilayah utara Yaman, Selasa (19/1), memperingatkan bahwa mereka akan menanggapi keras klasifikasi teroris dari pemerintah AS itu.

"Kami siap mengambil segala langkah yang diperlukan menghadapi aksi bermusuhan itu," tegas kelompok Huthi.

Penetapan kelompok Huthi sebagai organisasi teroris akan menghentikan semua transaksi dengan kelompok itu, termasuk transfer uang dan pembayaran bagi personel medis dan pembelian makanan serta bahan bakar karena takut persekusi dari pemerintah AS. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya