Trump Yakin Menang Telak, Biden Minta Presiden Siap Berkemas

Faustinus Nua
03/11/2020 18:36
Trump Yakin Menang Telak, Biden Minta Presiden Siap Berkemas
.(AFP/Andrew Caballero-Reynolds)

PRESIDEN Donald Trump memperkirakan dirinya akan meraih kemenangan besar. Sebaliknya, Joe Biden mengingatkan lawan Republiknya bersiap-siap untuk berkemas.

Menantang hingga akhir, Donald Trump membuat upaya pamungkas untuk menyelamatkan kursi kepresidenannya dengan kampanye tengah malam di battleground Michigan. Dengan mengenakan topi merah bertuliskan Make America Great Again, Trump optimistis mampu mengalahkan lawan Demokratnya Joe Biden.

"Ini (akan jadi) salah satu kemenangan terbesar dalam sejarah politik," kata Trump.

Namun, ketika Presiden AS itu menyiarkan keluhan tentang penyelidikan Rusia, pemakzulan, dan Hillary Clinton pada pukul 00.15, Joe Biden membalas dengan memberikannya peringatan.

“Jika kita memberi Donald Trump empat tahun lagi di Gedung Putih, dia akan selamanya mengubah karakter bangsa kita. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi," tulis Biden di akun Twitter-nya.

Pertarungan hati dan pikiran terjadi pada dini hari, meski pemilihan yang penuh ketidakpastian kian menegangkan. Dengan rekor 100 juta suara awal telah diberikan, menurut Proyek Pemilu AS, puluhan juta suara tetap diperebutkan sebelum pemungutan suara ditutup.

Kemudian muncul masa perhitungan yang mencemaskan. Bahkan bisa memakan waktu berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu sebelum menghasilkan pemenang yang pasti.

Namun, Trump tampaknya ingin sekali menggiring persaingan ke situasi yang mudah meledak. Khawatir akan potensi protes dan kekerasan, toko-toko pun ditutup di kota-kota, termasuk Washington, New York dan Raleigh, North Carolina.

“Ucapkan doa untuk negara malam ini,” tulis George Conway, pengacara dan salah satu pendiri Lincoln Project, organisasi anti-Trump di Twitter.

Kampanye terakhir Biden di Pittsburgh menampilkan kesopanan penyanyi Lady Gaga yang mengenakan sweter putih dengan tulisan Joe. Dia memainkan lagu-lagu hits dan mengajak para pendukung untuk keluar dan memilih.

Mantan wakil presiden itu berbicara dari mimbar yang bertuliskan Persaingan untuk Jiwa Bangsa. "Saya merasa kita akan bersatu untuk kemenangan besar besok. Sudah waktunya untuk Donald Trump mengemasi tasnya dan pulang," kata Biden.

Dia mengutuk kegagalan Trump untuk mengendalikan covid-19. Biden juga menjadi sangat marah ketika mengingat ejekan presiden terhadap prajurit militer dan menghentikan kasusnya.

"Tidak ada negara di dunia yang dapat menandingi kita. Kita memimpin dengan kekuatan teladan, bukan hanya contoh kekuatan. Satu-satunya hal yang dapat menghancurkan Amerika adalah Amerika sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa menantang kita," ucap Biden.

"Dan itulah yang dilakukan Donald Trump sejak awal kampanyenya, mengotak-kotakkan Amerika, merobek kita, mengadu domba orang Amerika satu sama lain berdasarkan ras kita, jenis kelamin, etnis, agama. Itu salah. Itu bukan kita. Semua orang tahu siapa Donald Trump. Mari terus tunjukkan siapa kita."

Kemudian, Trump tampil di Grand Rapids, Michigan, Selasa (3/11). Itu merupakan tempat kampanye terakhirnya pada 2016 sebelum kemenangannya yang mencengangkan atas Clinton. “Kita bisa sedikit percaya takhayul, benar?" dia bertanya.

Presiden menolak jajak pendapat yang menunjukkan Biden memimpin di Michigan dan secara nasional saat dia menyurvei ribuan pendukung.

"Ini bukanlah kerumunan orang yang akan kehilangan (suara) di negara bagian Michigan," dia berkeras. “Ini bukan kerumunan pemenang tempat kedua. Apakah kamu setuju dengan itu?"

Trump mengakhiri kampanye terakhirnya dengan mengepalkan tinju simbol klasik The Village People Y.M.C.A pada pukul 1.13 pagi. Pada saat itu dia sudah menderita kekalahan elektoral di Dixville Notch, kota kecil di New Hampshire.

Tidak ada presiden yang memenangkan pemilihan ulang dengan peringkat persetujuan serendah rata-rata Trump sebesar 44%. Dia berada dalam bahaya menjadi presiden petahana pertama yang kalah dalam pemilihan ulang sejak rekannya dari Partai Republik George HW Bush yang dikalahkan Bill Clinton pada 1992.

Amerika menahan nafas bukan tentang yang akan menang tetapi kapan hasilnya akan diketahui. Pemungutan suara awal mencakup 60 juta surat suara yang bisa memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk dihitung di beberapa negara bagian. Itu berarti pemenang mungkin tidak diumumkan beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup pada Selasa malam. (The Guardian/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya