Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Parlemen Inggris Kembali Tolak Kesepakatan soal Brexit

Fetry Wuryasti
29/3/2019 22:39
Parlemen Inggris Kembali Tolak Kesepakatan soal Brexit
Demonstran Pro-Brexit memadati jalanan kota London untuk memprotes berlarutnya proses Brexit, Jumat (29/3)(AFP/Daniel Leal-Olivas)

PARLEMEN Inggris pada hari Jumat (29/3) menolak kesepakatan keluarnya Inggris dari Uni Eropa untuk ketiga kalinya.

Hal ini berakibat penundaan kembali Brexit atau upaya kesepakatan yang tanpa hasil dalam dua minggu ke depan. Demikian dikutip melalui AFP, Jumat (23/9)

Anggota parlemen di dewan rakyat menentang permohonan May untuk mengakhiri kebuntuan politik yang telah menjerumuskan Inggris ke dalam krisis poltik tersebut.

May kalah dalam pemungutan suara di parlemen. Usulnya hanya didukung oleh 286 anggota parlemen. Sedangkan 344 lainnya menolak.

Ini adalah pukulan lain bagi seorang perdana menteri yang kehilangan kendali atas pemerintahannya dari proses Brexit. Apalagi setelah dia menawarkan untuk berhenti jika para anggota parlemen mendukung kesepakatan itu.

Inggris seharusnya meninggalkan Uni Eropa pada Jumat, (29/3) dan menjadi "Hari Kemerdekaan" yang telah lama digembar-gemborkan. Akan tetapi karena rencana ini dihadapkan dengan kekacauan yang terjadi di Westminster, May meminta kelonggaran waktu kepada para pemimpin Eropa pekan lalu.

Dia sekarang harus bersiap menghadapi Uni Eropa dalam beberapa hari mendatang untuk menjelaskan kepada Uni Eropa langkah-langkah Ingris selanjutnya.

Baca juga : Khawatir Penundaan Brexit, Ribuan Orang di London 'Long March'

Salah satu keputusan penting yang harus diambil adalah mengenai hubungan antara Inggris dan Uni Eropa di masa depan.

Uni Eropa telah menetapkan tenggat waktu hingga 12 April mendatang untuk sebuah keputusan, dengan dua opsi yang mungkin, yaitu Inggris pergi tanpa kesepakatan sama sekali. Opsi kedua ialah menyetujui perpanjangan jangka panjang untuk memberikan waktu bagi pendekatan baru, dalam menjalin hubungan ekonomi dengan Uni Eropa.

May mengatakan tidak bisa meminta para pemilih untuk mengambil bagian dalam pemilihan Parlemen Eropa yang akan datang, setelah tiga tahun mereka memberikan suara dalam referendum 2016 untuk meninggalkan Uni Eropa.

Sejumlah pihak ingin Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun, satu langkah yang memicu kekhawatiran para pebisnis.

Anggota parlemen telah berulang kali memberikan suara menentang hal ini karena takut menimbulkan bencana ekonomi jika Inggris memutuskan hubungan dengan mitra dagang terdekatnya tanpa ada rencana. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya