Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Gelar Zikir Sambut Bulan Kemerdekaan, Menag Ingatkan Arti Merdeka

Abdillah M Marzuqi
02/8/2025 07:13
Gelar Zikir Sambut Bulan Kemerdekaan, Menag Ingatkan Arti Merdeka
Menag Nasaruddin Umar(Dok.HO)

MENTERI Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukan hanya momen politik, tetapi juga peristiwa spiritual. Proklamasi yang dibacakan pada hari Jumat, 9 Ramadan 1364 Hijriah, mencerminkan keberkahan dan keterhubungan antara perjuangan kemerdekaan dengan nilai-nilai keimanan.

Sebab itu, ia mengingatkan kemerdekaan bukan sekadar lepas dari penjajahan fisik, tetapi juga pelepasan dari segala bentuk penindasan dan ketertindasan jiwa. 

“Ini bukan kebetulan. Para proklamator menyadari betul bahwa hari itu bukan sekadar tanggal, tapi juga momentum ilahiah. Zikir dan doa menjadi bagian dari kekuatan bangsa ini sejak awal berdiri,” ujar Menag saat memberi sambutan dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan yang digelar Kementerian Agama di kawasan Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat malam (1/8).

Menurutnya, dalam tradisi Islam, terdapat empat istilah utama yang menggambarkan makna kemerdekaan: istiqlal, tahrir, hurriyah, dan in‘itaq. Namun, kata kunci dari semuanya adalah istiqlal, yaitu kemerdekaan dari penjajahan dan kekuasaan yang zalim.

“Tanpa istiqlal, tidak mungkin ada hurriyah, tidak mungkin ada tahrir, dan tidak mungkin ada In'itaq. Karena itu, Masjid Istiqlal bukan sekadar bangunan, tetapi nazar bangsa atas nikmat kemerdekaan,” paparnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kemerdekaan sejati harus diisi dengan perjuangan untuk menghadirkan keadilan sosial. Salah satu indikatornya adalah terpenuhinya gizi anak bangsa dan akses pendidikan yang merata.

“Presiden kita selalu menekankan bahwa kemerdekaan tidak sempurna jika masih ada anak-anak kelaparan. Bagaimana masa depan bangsa ini kalau generasi mudanya kekurangan gizi? Maka pemberian gizi sehat dan pendidikan adalah bentuk konkret pengisian kemerdekaan,” tegasnya.

Menag juga menekankan pentingnya pendidikan berkualitas bagi semua lapisan masyarakat. Banyak anak muda Indonesia yang memiliki kecerdasan tinggi tetapi terkendala akses pendidikan, terutama ke perguruan tinggi bertaraf internasional.

“Pendidikan Garuda adalah salah satu ikhtiar agar anak-anak kita bisa mengakses ilmu global tanpa meninggalkan akar spiritual dan kebangsaannya,” ujarnya.

Jangan Remehkan Doa

Zikir dan doa kebangsaan yang dipimpin oleh para tokoh lintas agama, menurut Menag, menjadi bukti kuat bahwa keberagaman bukan hambatan, melainkan kekuatan Indonesia. Keberagaman yang terjaga adalah fondasi penting dalam menjaga keutuhan NKRI.

“Inilah Indonesia. Negara yang sangat plural tapi tetap kokoh. Jumlah pulaunya besar, etniknya banyak, agamanya beragam, bahkan waktu dan ruangnya berbeda. Tapi kita bisa utuh karena satu: komitmen terhadap nilai kemanusiaan dan ketuhanan,” kata Menag.

Ia mengungkapkan bahwa seluruh elemen bangsa, anak-anak, orang dewasa, tokoh agama, dan masyarakat sipil, memiliki peran dalam mempertahankan kemerdekaan. Bahkan doa pun adalah bagian dari perjuangan yang tidak boleh diremehkan.

“Doa adalah senjata paling ampuh orang beriman. Jangan pernah anggap remeh kekuatan doa. Bangsa ini berdiri karena doa para ulama, para tokoh agama, dan rakyat kecil yang ikhlas,” ujarnya. (Ant/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya