Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
KETERLIBATAN ayah dalam kehidupan anak tidak hanya berdampak pada kedekatan emosional, tetapi juga berpengaruh besar terhadap ketangguhan fisik dan kemampuan kognitif anak.
Hal ini disampaikan Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra menanggapi meningkatnya perhatian publik terhadap isu fatherless atau tidak hadirnya peran ayah dalam kehidupan anak di Indonesia.
"Anak-anak yang tumbuh bersama ayah yang aktif secara fisik cenderung memiliki perkembangan fisik yang kuat. Itu berdampak pada perkembangan kognitifnya, mereka jadi lebih percaya diri dan mampu mengambil keputusan," kata Novi, dikutip Rabu (16/7).
Ia menjelaskan bahwa aktivitas fisik bersama ayah seperti berolahraga atau melakukan tantangan bersama, memberi ruang bagi anak untuk membangun rasa percaya diri dan kemampuan adaptif.
"Bukan hanya kedekatan secara fisik, tetapi juga proses pembentukan mental dan karakter," tambahnya.
Selain itu, Novi menyarankan pentingnya dialog antara ayah dan anak untuk membangun pemahaman serta refleksi terhadap nilai-nilai kehidupan.
Menurut dia, refleksi bersama setelah melakukan aktivitas penting untuk menguatkan ikatan emosional.
Adapun faktor penting lainnya adalah relasi antara ayah dan ibu di hadapan anak.
Ia mengungkapkan bahwa sikap ayah terhadap ibu akan memengaruhi bagaimana anak menilai dan menghormati sang ayah.
"Kalau ayah memperlakukan ibu dengan hormat dan hangat, itu akan meningkatkan respek anak terhadap ayah dan juga meningkatkan kehangatan keluarga," tuturnya.
Isu fatherless di Indonesia menjadi perhatian serius karena berdampak pada perkembangan anak.
Fenomena ini mengacu pada situasi di mana anak kurang mendapatkan peran dan kehadiran ayah dalam kehidupannya, baik secara fisik maupun emosional, meskipun ayah mungkin masih ada.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, yang bertujuan untuk mengatasi krisis fatherless di Indonesia.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan bahwa gerakan ayah mengantarkan anak di hari pertama sekolah menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan dalam keluarga.
Wihaji menyampaikan gerakan tersebut bertujuan meningkatkan peran pengasuhan ayah terhadap anak, dan termasuk salah satu program terbaik hasil cepat atau quick wins Kemendukbangga/BKKBN, yakni Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).
"Gerakan ini juga menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia. Dari yang semula terpusat pada peran ibu, menjadi lebih
kolaboratif dan setara," kata Wihaji. (Ant/Z-1)
Masih tingginya kasus anemia akibat kekurangan zat besi pada anak Indonesia menjadi tantangan menuju Generasi Emas 2045.
Tayangan yang tepat memiliki nilai edukatif dan moral yang positif, sesuai dengan tahap perkembangan anak, dan menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.
Tayangan televisi edukatif yang sesuai dengan usia anak serta didampingi orangtua dapat memperluas kosakata, menambah pengetahuan, hingga mengenalkan nilai moral serta sosial.
Rencana, program anak kedua Denny dan istrinya akan dilakukan di rumah sakit yang sama tempat istrinya melahirkan anak pertamanya.
Praktik hipnoterapi yang diimplementasikan secara tepat dapat menyembuhkan trauma yang disebabkan oleh perundungan dan meningkatkan prestasi anak di sekolah.
UPAYA memperkuat perlindungan perempuan dan anak dari ancaman tindak kekerasan melalui pengintegrasian sistem antarlembaga terkait harus mendapat dukungan semua pihak.
Olahraga selama ini identik dengan tubuh bugar dan sehat. Namun, manfaatnya melampaui aspek fisik — kesehatan mental juga ikut terjaga.
Pola makan lebih dominan sebagai pemicu obesitas dibandingkan tingkat aktivitas fisik harian.
Tingkatkan kewaspadaan terhadap makanan penyebab diabetes tipe 2 pada anak. Temukan daftar makanan yang harus dihindari dan tips pola makan sehat untuk cegah risiko sejak dini.
Aktivitas ini mencakup berbagai bentuk gerakan, baik yang ringan seperti berjalan kaki, maupun yang berat seperti olahraga kompetitif.
Studi terbaru menunjukkan bahwa hanya dengan 40 menit aktivitas fisik intens setiap hari, risiko kesehatan akibat duduk terlalu lama dapat diminimalkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved