Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Di Busan, Tempat Pembuangan Sampah Diubah Jadi Aestetik

Indriyani Astuti
29/5/2025 13:43
Di Busan, Tempat Pembuangan Sampah Diubah Jadi Aestetik
Saenggok Land Fill di Busan, Korea Selatan.(Indriyani/MI)

SAENGGOK Land fill atau tempat pembuangan sampah yang berlokasi di Distrik Gangseo, Korea Selatan bisa menjadi salah satu contoh bagaimana tempat pembuangan sampah diubah menjadi aestetik, jauh dari kesan kotor ataupun bau tak sedap. 

Media Indonesia berkesempatan mengunjungi Saenggok Land fill sebagai bagian dari program The Indonesian Next Generation Journalist Network oleh Korea Foundation, Jumat (23/5). Di atas lahan seluas 250.000 meter persegi itu, ada banyak ilalang. Pemandangan semakin menarik mata, sebab area berbukit tersebut juga ditumbuhi bunga liar. Tidak hanya itu, ada pula gazebo dengan pemandangan mengarah ke Saenggok eco-recycling plant, tempat di mana biogas yang berasal dari sampah diubah menjadi sumber energi. 

Energi tersebut kemudian digunakan untuk mengaliri listrik bagi warga. Sedangkan, uap panas yang dihasilkan dari incinerator dimanfaatkan sebagai pemanas. Di area Saenggok Land fill juga terlihat truk-truk yang melintas mengangkut sampah yang telah dipilah untuk dibawa ke incinerator

“Truk datang dan pergi, truk yang datang membawa sampah untuk diolah di incinerator, kemudian truk yang datang membawa abu hasil pembakaran sampah untuk dikubur (di perbukitan land fill) dengan tanah,” ujar Pegawai dari Busan Enviromental Cooperatin (BECO) Kim Da Hye.

(Tempat pembuangan sampah di Saenggok, Busan. Indriyani/MI)

Tanah untuk menguruk abu sisa pembakaran sampah, kata Kim, didapat dari bekas galian konstruksi apartemen di Korea. Dengan demikian, tidak ada gas metana dari tumpukan sampah terbuka. Untuk pengolahan air lindi dari sampah, Kim mengatakan itu berada di luar lokasi dengan teknologi tertentu. Pengelolaannya dilakukan perusahaan swasta bekerja sama dengan pemerintah. 

Saenggok Land fill yang penerapannya berbentuk semi aerobik land fill, kata Kim, terbagi atas dua bagian. Bagian pertama beroperasi pada April 2006 hingga Mei 2012 di atas tanah seluas 257.000 meter persegi dengan kapasitas dapat menampung sampah 11.127 meter persegi. Sedangkan tahap 2 beroperasi pada Juni 2001 dengan luas lahan 250.000 meter persegi dengan daya tamping 9.412 meter persegi. Dengan bentuk semi-aerobic, leachate dan emisi gas metana yang dihasilkan lebih rendah dibanding sistem anaerobik konvensional.

“Ada pula arboretum di Kota Busan yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah. Kini, diubah menjadi kebun bunga sehingga orang-orang dapat menikmatinya,” ucap Kim.

Residu Obat dan Antibiotik Dikelola Secara Hati-hati 

Tidak hanya manajemen sampah rumah tangga yang dikelola dengan baik, sampah obat-obatan juga dikelola secara hati-hati untuk meminimalkan pencemaran terhadap lingkungan. 

“Obat atau antibiotik yang dibuang begitu saja, sisa atau residunya dapat terserap ke tanah, air, yang mengalir ke sungai serta laut. Apabila residu ini dikonsumsi oleh ikan, dan ikan tersebut dimakan oleh kita, residu obat tersebut akan masuk ke tubuh manusia. Ini berbahaya (menyebabkan resistensi antibiotik),” kata Kim.

Untuk itu, di Korea, apotek atau toko obat punya cara khusus mengelola sampah obat yang sudah kedaluwarsa atau tidak dipakai. “Di Korea, jika kita sakit dan obatnya tidak habis atau kedaluwarsa, kita harus mengembalikan obat tersebut ke toko obat (untuk dikelola secara khusus),” papar Kim.

Volume Sampah Terus Berkurang 

Volume sampah yang dibawa ke tempat pembuangan sampah (TPS) terus berkurang seiring dengan keberadaan TPS Saenggok. Data yang ditampilkan di dari TPS tersebut menunjukkan ada tren penurunan volume sampah sejak 2018 hingga 2024. Mulai dari 537 ton per hari, kemudian turun menjadi 523 ton per hari. Sampah-sampah yang diangkut ke Saenggok Land fill berasal dari sampah rumah tangga, restoran, supermarket dan lain-lain.

“Kami ingin menekan volume sampah yang dibawa ke tempat pembuangan menjadi seminimal mungkin atau nol dengan kebiasaan memilah dan mendaur ulang,” ucap Kim.

Memanfaatkan Limbah Sampah jadi Karya

(Instalasi karya dari kain sisa hanbok, pakaian tradisional Korea Selatan di Busan Environment Corporation’s Resources Cooperation Center. Indriyani/MI)

Selain mengunjungi tempat pembuangan sampah dan pengolahannya di Saenggok, Media Indonesia juga berkesempatan melihat pameran karya kerajinan tangan dan instalasi seni yang berasal dari limbah sampah di Busan Environment Corporation’s Resources Cooperation Center. 

(Instalasi seni berbentuk ikan paus yang diisi dari sampah bekas botol plastik di Busan Environment Corporation’s Resources Cooperation Center untuk meningkatkan perhatian mengenai pengurangan sampah plastik. Indriyani/MI)

Di tempat ini, warga Busan diajak untuk memilah dan memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang yang berguna. Ada beragam hasil karya yang dipamerkan, kebanyakan merupakan buatan siswa sekolah dasar. Bukan karya biasa, namun bertujuan untuk meningkatkan awareness atau kesadaran mengenai isu lingkungan seperti bahaya sampah mikroplastik di laut terhadap hewan, dampak pemanasan global, dan pentingnya menjaga alam. Karya-karya itu berasal dari sampah seperti plastik, botol bekas, ataupun alat rumah tangga bekas pakai seperti panci, tutup panci, hingga kain bekas hanbok atau pakaian tradisional Korea Selatan.

(Karya jam dinding dari perabotan bekas. Indriyani/MI)

Terbiasa Memilah Sampah

Untuk mengatasi masalah sampah, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan beberapa kebijakan manajemen pengelolaan sampah seperti pemilahan sampah dari sumbernya hingga sekarang menjadi kebiasaan masyarakat. Di negara ‘Gingseng’ itu, baik pelaku usaha maupun rumah tangga harus mengelola dan memilah sampah dengan benar. 

(Karya seni dari peralatan masak bekas. Indriyani/MI)

Ada sejumlah kategori. Kim menjelaskan setiap limbah yang dapat digunakan sebagai pakan hewan dianggap sebagai limbah makanan. Dengan demikian, sisa makanan seperti tulang, cangkang telur dan limbah beracun tidak termasuk ke dalam kategori food waste (sampah makanan), ada pula kategori sampah yang bisa didaur ulang seperti kertas, botol atau botol plastik, kaleng soda, gabus dan lainnya punya tempat sampah khusus. Lalu, ada kategori general waste seperti popok bayi dan tisu. 

Executive Vice President dari Korea Foundation (KF) Jong Kook Rhe, saat acara makan siang bersama delegasi The Indonesian Next Generation Journalist Network, beberapa waktu lalu, mengatakan kebijakan pengelolaan sampah telah sejak lama diterapkan. Pemerintah juga memberlakukan denda bagi yang tidak mematuhinya. Hampir semua warga patuh dengan aturan tersebut. 

“Sebab, ada CCTV di mana-mana,” candanya. (H-4)


 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya