Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
PERNAHKAH Anda memerhatikan sebuah objek benda mati seperti gumpalan awan, foam pada kopi, atau tumpukkan benda yang tergambar seperti wajah manusia, binatang, atau karakter makhluk hidup lainnya? Jika iya, hal tersebut merupakan salah satu fenomena psikologis yang dinamakan pareidolia.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, serta setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Peneliti dari University of Sydney dan National Institute of Mental Health menyatakan bahwa ada kesamaan dalam cara manusia memandang dan menafsirkan bentuk wajah pada benda dengan wajah asli manusia.
"Kami tahu objek-objek ini bukanlah wajah yang sebenarnya, namun persepsi wajah tetap ada," kata profesor psikologi University of Sydney David Alais.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sirkuit saraf terlibat untuk mencari tahu seperti apa rupa pemandangan itu. Walaupun sebenarnya, secara sadar kita tahu kalau benda sebenarnya bukanlah wajah asli.
Dalam studi yang dirilis dalam pertemuan Association for the Scientific Study of Consciousness, pareidolia diyakini merupakan fenomena yang berhubungan dengan sifat dan kondisi emosi seseorang. Artinya, ketika seseorang melihat wajah dari objek acak di sekitar, ada hubungannya dengan mood positif serta neurotisme.
Neurotisme sendiri adalah dimensi dari kepribadian seseorang untuk merasa negatif atau cemas yang berhubungan dengan tekanan.
Itulah sebabnya ada penelitian yang menyebut pareidolia dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara kreatif.
Dikutip dari Psychological Science Journal, beberapa penyakit yang dikaitkan dengan kondisi pareidolia di antaranya lewy body dementia (penyakit pikun) atau halusinasi visual, yang menyumbang angka hingga 70% dari keseluruhan pasien.
Halusinasi visual timbul akibat terjadi degenerasi bagian tertentu serta terdapatnya penumpukan Lewy body (sejenis plak berupa protein) pada beberapa area dalam otak. Akibatnya, pasien sering melihat sosok, orang, atau hewan tertentu yang sebenarnya tidak ada.
Dalam sejumlah penelitian lain, orang dengan penyakit Parkinson juga melaporkan mereka sering melihat wajah atau sosok seseorang yang sebenarnya bukan manusia, melainkan benda mati. Beberapa area otak yang berhubungan dengan persepsi penglihatan dan halusinasi diyakini berperan dalam hal ini.
Pada dasarnya, otak manusia memang didesain untuk mengenali bentuk tertentu dari sebuah objek. Bagian otak yang bekerja dalam hal ini adalah fusiform face area yang memproses wajah seseorang.
Ini sama seperti bagian otak yang bekerja ketika lupa nama seseorang namun ingat pernah melihat wajahnya di masa lalu. Hal yang sama terjadi ketika seseorang merasa mendengar suara tertentu yang aneh. Atau mungkin ketika mendengar suara dering atau getaran ponselnya saat berada di keramaian.
Faktanya, otak manusia memang suka menemukan pola tertentu untuk mengurangi ketidakpastian dan membuat segala yang terjadi di lingkungan dan benda sehari-hari menjadi masuk akal. (H-3)
Perasaan sedih dan stres saat harus kembali ke rutinitas usai liburan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah post holiday blues.
Pondok Pesantren Darunnajah menghadirkan Darunnajah Assessment and Development Center (DADC), sebuah pusat asesmen dan pengembangan psikologis bagi santri, pendidik, dan masyarakat umum.
Pentingnya peran psikologi sebagai disiplin ilmu dan praktik dalam mendukung pembangunan bangsa, terutama dalam menciptakan masyarakat yang sehat secara mental dan berdaya saing.
Saat ini, timnas U-20 sedang menjalani pemusatan latihan di Jakarta, yang dijadwalkan berlangsung sejak 5-30 Januari sebelum tampil di Piala Asia U-20 di Tiongkok.
Layanan curhat yang diberikan Mega Salsabilah memang tidak memberikan solusi seperti seorang ahli, namun setidaknya memberikan kebahagiaan bagi orang yang bercerita kepadanya.
DOKTER spesialis Kejiwaan Tiur Sihombing mengungkapkan mencegah demensia alzheimer bisa dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas tidur.
Menciptakan pola tidur melalui sleep hygiene bagi lansia dinilai dapat memberikan istirahat yang cukup dan menjaga fungsi otak.
Studi di jurnal JAMA menunjukkan vaksin herpes zoster dapat menurunkan risiko demensia pada lansia.
Pikun dini atau demensia, yang sebelumnya hanya dikaitkan dengan usia lanjut, kini semakin banyak ditemukan pada generasi milenial dan Gen Z
Hipertensi yang tidak terkelola dengan baik terbukti meningkatkan risiko terjadinya demensia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved