Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
DAMPAK buruk diskriminasi semakin banyak diungkap peneliti. Dampak itu bukan hanya seputar sosial, ekonomi, dan pendidikan, melainkan juga ke meningkatnya risiko penyakit tertentu. Peneliti dari Universitas Wake Forest, Carolina Utara, Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang yang terus-menerus menghadapi diskriminasi sepanjang hidup mereka lebih mungkin mengembangkan demensia.
Tim peneliti memanfaatkan data yang awalnya dikumpulkan oleh Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA), sebuah studi penelitian medis yang menampilkan lebih dari 6.500 pria dan wanita dari enam komunitas di seluruh AS (Baltimore, Chicago, Forsyth County, Carolina Utara, Los Angeles, New York, dan St. Paul).
Para peneliti yang tergabung dalam studi yang telah diterbitkan di jurnal Alzheimer & Dementia ini menghubungi setiap orang melalui telepon dan meminta mereka untuk terlibat dalam lima pemeriksaan klinis lanjutan antara tahun 2000 dan 2018. Diskriminasi yang dilaporkan peserta di antaranya terkait ras, agama, jenis kelamin, penampilan fisik, pendapatan, dan orientasi seksual. Sebanyak 42% responden mengalami diskriminasi terus menerus sepanjang hidup.
“Temuan kami menunjukkan hubungan antara pengalaman diskriminasi yang lebih besar selama hidup seseorang dan risiko demensia yang lebih tinggi,” kata Mike Bancks, Ph.D., M.P.H., asisten profesor epidemiologi di Wake Forest University School dan penulis studi, seperti dikutip dari situs Study Finds, Minggu (19/3).
Menurut Bancks, ada beberapa mekanisme potensial yang dapat menghubungkan pengalaman diskriminasi yang terjadi terus menerus dengan gangguan kognitif. Mekanisme ini termasuk stres kronis, menerima perawatan kesehatan yang tidak memadai atau tertunda, dan hipertensi yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati. (M-1)
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Medical Check Up menjadi layanan yang paling diminati di luar negeri, menandakan potensi besar industri kesehatan domestik yang harus dioptimalkan.
Kasus Raya, anak di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal karena tubuhnya dipenuhi cacing menunjukkan standar kebersihan di masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Temuan ini mereka dapatkan setelah melakukan pengamatan pada 25 otak post-mortem kucing yang sudah mati, beberapa di antaranya menunjukkan gejala demensia saat masih hidup
Penelitian mengungkapkan kucing yang menderita demensia mengalami perubahan otak, mirip dengan manusia.
Demensia menyerang jutaan orang di seluruh dunia, menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang mengganggu aktivitas sehari-hari
Berbeda dari Alzheimer, FTD lebih sering menyerang usia muda, biasanya antara 40 hingga 65 tahun.
KABAR mengenai kondisi kesehatan aktor legendaris Bruce Willis yang semakin menurun akibat Demensia Frontotemporal (FTD) menarik perhatian publik.
KELUARGA Bruce Willis menghadapi situasi menyedihkan sejak ia didiagnosis mengidap demensia frontotemporal (FTD), keluarga menginformasikan secara terbuka
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved