Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
PARA peneliti dari University of Edinburgh menemukan sebuah fakta bahwa kucing bisa mengalami demensia dengan cara yang sangat mirip pada manusia pengidap Alzheimer.
Temuan ini mereka dapatkan setelah melakukan pengamatan pada 25 otak post-mortem kucing yang sudah mati, beberapa di antaranya menunjukkan gejala demensia saat masih hidup, seperti kebingungan, tidur terganggu, dan meningkatnya vokalisasi (lebih sering mengeong).
Demensia merupakan sebuah istilah medis untuk gejala-gejala seperti kehilangan ingatan dan gangguan penalaran. Sementara Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif spesifik yang menjadi pemicu dari gejala-gejala tadi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penumpukan amiloid-beta pada otak-otak kucing tersebut sama seperti protein toksik yang ditemukan dalam kasus demensia dan Alzheimer pada manusia.
Protein ini menumpuk pada sinapsis, yaitu struktur penghubung antar sel otak. Diketahui juga jika penumpukan ini bisa mengganggu komunikasi neuron sehingga akan berdampak pada gangguan memori dan kemampuan berpikir.
Selain itu, sel pendukung di otak: astrocyte dan microglia, ditemukan menelan sinapsis yang terdampak. Proses ini disebut dengan istilah synaptic pruning.
Meskipun mekanisme ini penting saat masa perkembangan otak, aktivitasnya yang berlebihan bisa menyebabkan kerusakan sinapsis dan memperparah gejala demensia.
Para ilmuwan menilai bahwa studi ini membuka peluang besar bagi kebaruan informasi. Selama ini, penelitian terkait Alzheimer biasanya mengandalkan model tikus hasil rekayasa genetika, padahal tikus tidak secara alami mengalami demensia.
Sementara itu, kucing justru mengalami kondisi tersebut secara alami dan menjadikannya sebagai model yang lebih realistis untuk memahami perkembangan dan potensi pengobatan demensia manusia.
Menurut Dr Robert McGeachan, penelitian ini fokus pada kesamaan mencolok antara demensia pada kucing dan Alzheimer pada manusia, yang mana hasilnya nanti akan bisa membuka jalan bagi pengembangan terapi potensial bagi kedua spesies.
Sementara Profesor Danièlla Gunn-Moore menambahkan bahwa mempelajari demensia alami pada kucing tidak hanya berguna untuk kesehatan hewan, tetapi juga dapat bermanfaat secara signifikan untuk pengetahuan medis manusia.
“Dengan dilakukannya penelitian ini, kita akan memahami cara terbaik untuk merawat mereka. Ini akan sangat bermanfaat bagi kucing, pemiliknya, serta bagi para penderita Alzheimer, dan orang-orang terkasih,” katanya.
Penelitian yang dianggap terhormat dan non-invasif karena tidak melibatkan hewan hidup ini telah diterbitkan dalam European Journal of Neuroscience dan melibatkan ilmuwan dari berbagai lembaga perguruan: University of Edinburgh, UK Dementia Research Institute, serta Scottish Brain Sciences.
Sumber: BBC
Midkine, protein multifungsi, terbukti menghambat gumpalan amyloid beta pada model penyakit Alzheimer.
Keterkaitan terletak pada penumpukan amiloid-beta yang merupakan protein toksik yang merupakan salah satu ciri khas penyakit Alzheimer.
Studi terbaru menemukan perempuan dengan Alzheimer memiliki kadar asam lemak omega lebih rendah dibanding perempuan sehat.
Peneliti menemukan meningkatkan aktivitas mitokondria di otak dapat memulihkan memori yang hilang pada penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.
Penelitian terbaru mengungkap kemungkinan hubungan antara kebiasaan mengupil dan peningkatan risiko penyakit Alzheimer.
Studi terbaru menunjukkan memelihara kucing dapat mengurangi stres, memperkuat kesehatan mental, serta memberikan efek positif bagi kesehatan fisik.
Penelitian mengungkapkan kucing yang menderita demensia mengalami perubahan otak, mirip dengan manusia.
Walaupun secara ukuran, harimau dan kucing memang berbeda jauh, dari segi kebutuhan nutrisi makanan, mereka cukup memiliki kesamaan.
Mengapa kucing suka menggosokkan tubuhnya pada beton atau duduk di atas ubin? Ini penjelasannya dari ahli biologi.
Penelitian terbaru menemukan memelihara anjing atau kucing dapat menjadi faktor pelindung yang memperlambat penurunan fungsi otak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved