Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Mengenal Demensia Frontotemporal atau FTD, Penyakit yang Diidap Bruce Willis

Fathurrozak
22/7/2025 15:56
Mengenal Demensia Frontotemporal atau FTD, Penyakit yang Diidap Bruce Willis
Bruce Willis dalam film Survive the Game.(Dok. Imdb)

KABAR mengenai kondisi kesehatan aktor legendaris Bruce Willis yang semakin menurun akibat Demensia Frontotemporal (FTD) menarik perhatian publik. FTD adalah bentuk demensia yang kurang umum, namun dampaknya sangat signifikan terhadap penderitanya. Untuk lebih memahami penyakit ini, penting untuk mengetahui gejala, penyebab, dan bagaimana FTD memengaruhi kehidupan seseorang.

Apa Itu Demensia Frontotemporal (FTD)?

Demensia frontotemporal (FTD) adalah istilah umum untuk sekelompok gangguan otak langka yang utamanya memengaruhi lobus frontal dan temporal otak. Area-area otak ini bertanggung jawab atas kepribadian, perilaku, dan bahasa. Berbeda dengan penyakit alzheimer yang sering memengaruhi memori jangka pendek di awal, FTD cenderung memengaruhi perubahan perilaku dan kemampuan berbahasa lebih dulu.

Dikutip Media Indonesia dari situs Mayo Clinic, Selasa, (22/7) kerusakan sel-sel otak di lobus frontal dan temporal menyebabkan FTD. Penurunan ini menyebabkan penyusutan (atrofi) di area-area otak tersebut. FTD umumnya terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan jenis demensia lainnya, sering kali didiagnosis pada orang berusia 45 hingga 65 tahun, meskipun bisa juga terjadi pada usia yang lebih muda atau lebih tua.

Gejala FTD

Gejala FTD bervariasi tergantung pada bagian otak mana yang paling terpengaruh. Mengutip dari alz.org, secara umum FTD dapat dibagi menjadi dua jenis utama berdasarkan gejala dominan yang muncul:

Varian Perilaku FTD (bvFTD - behavioral variant FTD)

  • Perubahan perilaku sosial: Kehilangan sopan santun, menjadi tidak peka terhadap orang lain, atau menunjukkan perilaku impulsif.
  • Perilaku apatis: Kurangnya minat atau motivasi, sehingga terlihat lesu.
  • Perilaku kompulsif atau berulang: Melakukan tindakan yang sama berulang kali.
  • Kehilangan empati: Sulit memahami atau berbagi perasaan orang lain.
  • Perubahan kebiasaan makan: Konsumsi makanan yang tidak biasa atau keinginan berlebihan terhadap makanan tertentu.
  • Penurunan kebersihan diri: Mengabaikan perawatan pribadi.

Afasia Progresif Primer (PPA - Primary Progressive Aphasia)

  • Jenis ini utamanya memengaruhi kemampuan bahasa. Gejalanya meliputi:
  • Kesulitan menemukan kata yang tepat: Bicara menjadi lambat atau terhenti-henti.
  • Kesulitan memahami ucapan atau tulisan: Sulit mengikuti percakapan atau membaca.
  • Kesulitan membaca dan menulis.
  • Perubahan pola bicara: Bicara menjadi tidak teratur atau terputus-putus.

Dalam kasus Bruce Willis, laporan awal menyebutkan ia menderita afasia, yang kemudian berkembang menjadi FTD, mengindikasikan kemampuan berbahasanya terpengaruh secara signifikan sebelum munculnya masalah motorik seperti kesulitan berjalan.

Penyebab FTD

Penyebab pasti FTD tidak selalu diketahui, tetapi seringkali melibatkan penumpukan protein abnormal di dalam sel-sel otak. Protein-protein ini merusak sel-sel otak dan mengganggu fungsinya. Beberapa protein yang terkait dengan FTD meliputi:

Protein Tau: Sama seperti yang ditemukan pada penyakit Alzheimer.
Protein TDP-43: Protein ini ditemukan pada sebagian besar kasus FTD.

Meskipun sebagian besar kasus FTD bersifat sporadis (tanpa riwayat keluarga yang jelas), sekitar 10% hingga 25% kasus memiliki riwayat keluarga dengan FTD atau kondisi terkait, menunjukkan adanya faktor genetik.

Diagnosis dan Penanganan FTD

Mendiagnosis FTD bisa menjadi tantangan karena gejalanya dapat tumpang tindih dengan kondisi neurologis atau psikiatri lainnya. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, neurologis, tes kognitif, dan pencitraan otak seperti MRI atau CT scan untuk melihat penyusutan otak di lobus frontal dan temporal.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan FTD atau memperlambat progresinya. Penanganan berfokus pada pengelolaan gejala dan peningkatan kualitas hidup penderita. Ini bisa meliputi:

  • Terapi perilaku: Untuk membantu mengelola perubahan perilaku.
  • Terapi wicara: Untuk membantu mengatasi masalah komunikasi.
  • Obat-obatan: Meskipun tidak ada obat spesifik untuk FTD, beberapa obat dapat membantu mengelola gejala seperti depresi atau kecemasan.
  • Dukungan keluarga dan perawat: Sangat penting bagi penderita FTD. Perubahan perilaku dan komunikasi dapat menjadi sangat sulit bagi orang yang merawat, sehingga dukungan dan informasi yang memadai sangat diperlukan.

Kasus Bruce Willis menjadi pengingat penting akan beratnya perjuangan yang dihadapi oleh penderita FTD dan keluarga mereka. Dengan meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini, diharapkan lebih banyak penelitian dan dukungan dapat diberikan untuk membantu mereka yang terkena dampaknya. (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya