Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
KABAR mengenai kondisi kesehatan aktor legendaris Bruce Willis yang semakin menurun akibat Demensia Frontotemporal (FTD) menarik perhatian publik. FTD adalah bentuk demensia yang kurang umum, namun dampaknya sangat signifikan terhadap penderitanya. Untuk lebih memahami penyakit ini, penting untuk mengetahui gejala, penyebab, dan bagaimana FTD memengaruhi kehidupan seseorang.
Demensia frontotemporal (FTD) adalah istilah umum untuk sekelompok gangguan otak langka yang utamanya memengaruhi lobus frontal dan temporal otak. Area-area otak ini bertanggung jawab atas kepribadian, perilaku, dan bahasa. Berbeda dengan penyakit alzheimer yang sering memengaruhi memori jangka pendek di awal, FTD cenderung memengaruhi perubahan perilaku dan kemampuan berbahasa lebih dulu.
Dikutip Media Indonesia dari situs Mayo Clinic, Selasa, (22/7) kerusakan sel-sel otak di lobus frontal dan temporal menyebabkan FTD. Penurunan ini menyebabkan penyusutan (atrofi) di area-area otak tersebut. FTD umumnya terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan jenis demensia lainnya, sering kali didiagnosis pada orang berusia 45 hingga 65 tahun, meskipun bisa juga terjadi pada usia yang lebih muda atau lebih tua.
Gejala FTD bervariasi tergantung pada bagian otak mana yang paling terpengaruh. Mengutip dari alz.org, secara umum FTD dapat dibagi menjadi dua jenis utama berdasarkan gejala dominan yang muncul:
Dalam kasus Bruce Willis, laporan awal menyebutkan ia menderita afasia, yang kemudian berkembang menjadi FTD, mengindikasikan kemampuan berbahasanya terpengaruh secara signifikan sebelum munculnya masalah motorik seperti kesulitan berjalan.
Penyebab pasti FTD tidak selalu diketahui, tetapi seringkali melibatkan penumpukan protein abnormal di dalam sel-sel otak. Protein-protein ini merusak sel-sel otak dan mengganggu fungsinya. Beberapa protein yang terkait dengan FTD meliputi:
Protein Tau: Sama seperti yang ditemukan pada penyakit Alzheimer.
Protein TDP-43: Protein ini ditemukan pada sebagian besar kasus FTD.
Meskipun sebagian besar kasus FTD bersifat sporadis (tanpa riwayat keluarga yang jelas), sekitar 10% hingga 25% kasus memiliki riwayat keluarga dengan FTD atau kondisi terkait, menunjukkan adanya faktor genetik.
Mendiagnosis FTD bisa menjadi tantangan karena gejalanya dapat tumpang tindih dengan kondisi neurologis atau psikiatri lainnya. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, neurologis, tes kognitif, dan pencitraan otak seperti MRI atau CT scan untuk melihat penyusutan otak di lobus frontal dan temporal.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan FTD atau memperlambat progresinya. Penanganan berfokus pada pengelolaan gejala dan peningkatan kualitas hidup penderita. Ini bisa meliputi:
Kasus Bruce Willis menjadi pengingat penting akan beratnya perjuangan yang dihadapi oleh penderita FTD dan keluarga mereka. Dengan meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini, diharapkan lebih banyak penelitian dan dukungan dapat diberikan untuk membantu mereka yang terkena dampaknya. (H-3)
KELUARGA Bruce Willis menghadapi situasi menyedihkan sejak ia didiagnosis mengidap demensia frontotemporal (FTD), keluarga menginformasikan secara terbuka
Aktor legendaris Bruce Willis dilaporkan tidak lagi bisa berbicara, membaca, atau berjalan akibat penurunan kondisi demensia.
Demensia adalah istilah umum untuk kumpulan gejala penurunan kognitif, sedangkan Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia
Peneliti melatih dan menguji AI pada lebih dari 3.600 pemindaian, termasuk gambar dari pasien dengan demensia dan orang tanpa gangguan kognitif.
DOKTER spesialis Kejiwaan Tiur Sihombing mengungkapkan mencegah demensia alzheimer bisa dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas tidur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved