Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Mengenal Demensia Frontotemporal (FTD): Penyakit Langka yang Diidap Bruce Willis

Fathurozak
22/7/2025 16:02
Mengenal Demensia Frontotemporal (FTD): Penyakit Langka yang Diidap Bruce Willis
Mengenal Demensia Frontotemporal(Freepik)

KONDISI kesehatan aktor legendaris Bruce Willis kembali menyita perhatian publik setelah dikonfirmasi mengidap Demensia Frontotemporal (FTD). Penyakit ini tergolong langka, tetapi memiliki dampak besar terhadap fungsi kognitif, emosi, dan sosial penderitanya.

Untuk memahami lebih jauh tentang FTD, mari simak penjelasan lengkap seputar gejala, penyebab, serta penanganannya.

Apa Itu Demensia Frontotemporal?

Demensia frontotemporal (FTD) adalah kelompok gangguan neurodegeneratif yang menyerang lobus frontal dan temporal otak—dua area penting yang mengatur kepribadian, perilaku, dan kemampuan berbahasa. Berbeda dari Alzheimer yang biasanya memengaruhi ingatan terlebih dahulu, FTD lebih sering diawali dengan perubahan perilaku atau gangguan bahasa.

FTD kerap muncul pada usia produktif, yakni antara 45 hingga 65 tahun, meskipun tak menutup kemungkinan terjadi pada usia yang lebih muda maupun lebih tua.

Penyusutan otak (atrofi) akibat kerusakan sel di area frontal dan temporal menjadi pemicu utama gangguan ini.

Gejala Umum FTD Berdasarkan Jenisnya

Gejala FTD bergantung pada bagian otak yang paling terdampak. Umumnya, FTD dikategorikan dalam dua tipe utama:

1. Varian Perilaku (Behavioral Variant FTD – bvFTD)

Merupakan bentuk FTD yang paling umum, dengan ciri utama berupa perubahan kepribadian dan perilaku, antara lain:

  • Gangguan norma sosial: Menjadi tidak sopan, impulsif, atau kurang empati.
  • Apatis: Kehilangan motivasi dan minat pada aktivitas sehari-hari.
  • Perilaku repetitif: Melakukan tindakan berulang tanpa alasan jelas.
  • Kebiasaan makan tak biasa: Mengidam makanan tertentu atau makan berlebihan.
  • Penurunan kebersihan pribadi: Mengabaikan perawatan diri.

2. Afasia Progresif Primer (Primary Progressive Aphasia – PPA)

Jenis ini menyerang kemampuan bahasa, dengan gejala seperti:

  • Kesulitan menemukan kata: Bicara melambat atau terputus-putus.
  • Gangguan memahami ucapan/tulisan: Sulit mengikuti percakapan atau membaca.
  • Perubahan pola bicara: Kalimat menjadi kacau atau tidak logis.

Pada kasus Bruce Willis, ia pertama kali mengalami afasia, yang kemudian berkembang menjadi FTD—menunjukkan bahwa pusat bahasanya terdampak signifikan sebelum muncul gangguan motorik.

Apa Penyebab FTD?

Penyebab pasti FTD masih belum sepenuhnya dipahami, namun para ahli menduga keterlibatan penumpukan protein abnormal yang merusak sel-sel otak. Dua jenis protein yang paling sering terkait antara lain:

  • Protein Tau: Juga ditemukan pada kasus Alzheimer.
  • Protein TDP-43: Umum pada mayoritas penderita FTD.

Meski banyak kasus bersifat sporadis (tidak diturunkan), sekitar 10%–25% memiliki faktor genetik atau riwayat keluarga dengan gangguan serupa.

Bagaimana FTD Didiagnosis dan Ditangani?

Diagnosis FTD menantang karena gejalanya bisa menyerupai gangguan psikologis atau neurologis lain. Prosedur diagnosis meliputi:

  • Pemeriksaan fisik dan neurologis
  • Tes neuropsikologis
  • Pemindaian otak (MRI/CT) untuk mendeteksi penyusutan di area frontal dan temporal

Penanganan FTD

Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan atau memperlambat progresivitas FTD. Penanganan difokuskan pada pengelolaan gejala, di antaranya:

  • Terapi perilaku: Membantu mengontrol perubahan sikap.
  • Terapi wicara dan bahasa: Mengurangi hambatan komunikasi.
  • Pengobatan suportif: Obat untuk mengatasi depresi, kecemasan, atau iritabilitas.
  • Dukungan caregiver dan keluarga: Peran pendamping sangat penting, karena pasien sering mengalami kesulitan dalam interaksi sosial dan aktivitas harian.

Kesimpulan

Kisah Bruce Willis membawa perhatian dunia terhadap Demensia Frontotemporal, sebuah penyakit yang jarang dikenal namun berdampak luas.

Meningkatkan kesadaran tentang FTD sangat penting untuk mendorong penelitian, perawatan yang lebih baik, serta dukungan terhadap penderita dan keluarganya. Dengan pemahaman yang tepat, kita dapat lebih peka dan responsif terhadap mereka yang menghadapi tantangan ini. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya