Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Anda pulang kerja dengan rute yang sama selama lima tahun terakhir. Namun akhir-akhir ini, Anda berhenti di persimpangan yang sama, berjuang untuk mengingat apakah Anda perlu belok kiri atau kanan.Banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membuat kita mempertanyakan apakah penurunan ingatan semacam itu normal, tanda penurunan kognitif, atau gejala awal dari demensia?
Naluri pertama kita mungkin menduga hal itu karena kerusakan otak kita. Dan memang benar bahwa seperti bagian tubuh lainnya, sel-sel otak kita menyusut seiring bertambahnya usia. Sel-sel otak kita juga mempertahankan lebih sedikit koneksi dengan neuron lain dan menyimpan lebih sedikit bahan kimia yang dibutuhkan untuk mengirim pesan ke neuron lain.
Tetapi tidak semua penurunan memori disebabkan oleh perubahan terkait usia pada neuron kita. Dalam banyak kasus, faktor yang memengaruhi lebih sepele, termasuk rasa lelah, cemas, atau terdistraksi hal lain.
Sistem memori kita dibangun sedemikian rupa. sehingga lupa pada tingkat tertentu adalah sesuatu yang normal. Melansir dari theconversation.com, Senin (19/12), Oliver Baumann, Asisten Profesor di School of Psychology, Bond University, Australia dan Cindy Jones, Associate Professor (Profesor Madya) di Behavioral Sciences, Bond University, Australia menuliskan bahwa mempertahankan ingatan tidak hanya menguras metabolisme kita, tetapi terlalu banyak informasi yang tidak perlu juga dapat memperlambat atau menghambat pengambilan ingatan tertentu.
Sayangnya, tidak selalu tergantung pada kita untuk memutuskan apa yang penting dan harus diingat. Secara umum, otak kita lebih menyukai informasi sosial (gosip terbaru), tetapi dengan mudah membuang informasi abstrak (seperti angka)
Tanda Kehilangan Memori yang Berbahaya
Kehilangan ingatan akan menjadi masalah ketika hal itu mulai memengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, Anda tiba-tiba tidak tahu untuk alasan apa berada di belakang kemudi, atau ke mana tujuan Anda, atau bahkan kehilangan kemampuan cara mengemudi. Kejadian semacam itu jelas tidak normal dan perlu pemeriksaan lebih lanjut terrhadap memori Anda.
Cara kehilangan memori terkait penuaan dan kehilangan memori yang lebih memprihatinkan disebut sebagai gangguan kognitif ringan. Tingkat kerusakan dapat tetap stabil, membaik, atau memburuk.
Namun, kejadian di atas (lupa caranya mengemudi dan tiba-tiba lupa mau kemana) jelas mengindikasikan peningkatan risiko (sekitar tiga sampai lima kali) penyakit neurogeneratif di masa depan seperti demensia. Setiap tahun, sekitar 10-15% orang dengan gangguan kognitif ringan akan mengalami demensia.
Bagi orang-orang dengan gangguan kognitif ringan, kemampuan untuk melakukan aktivitas biasa menjadi bertahap dan berdampak lebih signifikan dari waktu ke waktu. Selain kehilangan ingatan, itu bisa disertai dengan masalah lain seperti kemampuan berbahasa, berpikir, dan keterampilan membuat keputusan. (M-3)
Penanda Awal
Gangguan navigasi dianggap sebagai penanda awal penyakit Alzheimer, jenis demensia yang paling umum. Studi Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah menunjukkan area yang sangat mendukung ingatan untuk lingkungan spasial kita adalah yang pertama terpengaruh oleh penyakit degeneratif ini. Jadi, peningkatan kejadian tersesat bisa menjadi tanda peringatan akan kesulitan yang lebih nyata dan meluas di masa depan.(M-3)
Berdasarkan data pada 2023, terungkap Kalimantan Barat hanya memiliki dua sistem MRI dengan jumlah penduduk mencapai 5 juta jiwa.
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Penelitian jangka panjang menunjukkan pola makan Mediterranean dapat menurunkan risiko demensia hingga 35%, khususnya pada orang dengan gen APOE4.
Keterkaitan terletak pada penumpukan amiloid-beta yang merupakan protein toksik yang merupakan salah satu ciri khas penyakit Alzheimer.
Temuan ini mereka dapatkan setelah melakukan pengamatan pada 25 otak post-mortem kucing yang sudah mati, beberapa di antaranya menunjukkan gejala demensia saat masih hidup
Penelitian mengungkapkan kucing yang menderita demensia mengalami perubahan otak, mirip dengan manusia.
Demensia menyerang jutaan orang di seluruh dunia, menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang mengganggu aktivitas sehari-hari
Berbeda dari Alzheimer, FTD lebih sering menyerang usia muda, biasanya antara 40 hingga 65 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved