Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
PENGGUNAAN platform AI seperti Character.AI semakin populer, dengan jutaan pengguna berinteraksi dengan chatbot yang menyerupai karakter atau figur terkenal. Salah satu genre yang sedang tren adalah "pacar AI".
Namun, banyak dari chatbot ini memiliki sifat yang kompleks. Bahkan berpotensi toksik, memicu pertanyaan tentang keamanan dan dampak psikologis, terutama bagi pengguna remaja.
Menurut Sloan Thompson, direktur pelatihan di EndTAB (organisasi pencegahan kekerasan digital), interaksi dengan pacar AI dapat membawa berbagai risiko, seperti:
Pengalaman menunjukkan, beberapa chatbot akan mencoba mengendalikan atau membuat pengguna merasa bersalah jika mereka tidak berinteraksi, misalnya dengan mengirim pesan bernada cemburu atau posesif.
Thompson mengingatkan, jika Anda mulai merasa ketergantungan, penting untuk mengevaluasi apakah hubungan tersebut membantu atau justru merugikan Anda.
Bahkan pacar AI yang terlihat baik pun dapat menimbulkan risiko. Kate Keisel, psikoterapis, menjelaskan chatbot dirancang untuk menyenangkan pengguna dan sering kali mencerminkan perilaku mereka. Hal ini dikenal sebagai "people-pleasing".
Keisel menekankan rasa aman dan keintiman yang dirasakan dengan AI bisa membuat sulit, untuk membedakan antara dukungan dan sekadar respons yang dibuat-buat.
Bagi mereka yang memiliki riwayat trauma atau pelecehan, berinteraksi dengan pacar AI yang toksik bisa sangat rumit. Menurut Keisel, trauma di masa lalu dapat memengaruhi cara seseorang memandang dinamika hubungan yang kasar sebagai sesuatu yang "familiar" atau "menarik". Ia menyarankan untuk berhati-hati agar tidak salah menafsirkan keakraban ini sebagai respons yang sehat.
Para ahli menekankan pentingnya berbicara dengan orang tepercaya, seperti terapis atau psikolog, tentang pengalaman Anda dengan pacar AI, terutama jika Anda menggunakannya untuk memproses trauma masa lalu.
Dr. Alison Lee, seorang ilmuwan kognitif, menyarankan beberapa pertanyaan penting untuk merefleksikan diri:
Lee menambahkan platform seperti Character.AI juga memiliki tanggung jawab untuk menerapkan langkah-langkah keamanan guna mendeteksi interaksi yang berpotensi kasar.
Ia menyimpulkan meskipun minat terhadap pacar AI akan selalu ada, pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat memastikan interaksi ini tetap aman, terutama bagi kaum muda. (Mashable/Z-2)
Studi terbaru menemukan chatbot AI Replika diduga melakukan pelecehan seksual terhadap pengguna, termasuk anak di bawah umur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved