Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
PERNAHKAH Anda merasa seperti sedang berada di luar tubuh sendiri, atau seolah dunia di sekitar Anda tidak nyata? Pengalaman-pengalaman aneh ini mungkin merupakan indikasi dari disosiasi, sebuah kondisi mental yang kompleks dan seringkali disalahpahami. Disosiasi bukanlah sekadar melamun atau lupa sesaat; ini adalah gangguan yang lebih dalam yang dapat memengaruhi identitas, memori, dan kesadaran seseorang. Mari kita selami lebih dalam dunia disosiasi untuk memahami apa itu, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengelolanya.
Disosiasi adalah sebuah proses mental yang menyebabkan seseorang merasa terputus dari pikiran, perasaan, ingatan, atau identitasnya sendiri. Kondisi ini dapat digambarkan sebagai perasaan keluar dari tubuh (depersonalisasi) atau merasa bahwa dunia di sekitar tidak nyata (derealisasi). Disosiasi dapat terjadi sebagai respons terhadap trauma, stres berat, atau kondisi kesehatan mental lainnya. Dalam beberapa kasus, disosiasi dapat menjadi mekanisme koping yang membantu seseorang mengatasi pengalaman yang menyakitkan atau menakutkan.
Namun, ketika disosiasi menjadi kronis dan mengganggu fungsi sehari-hari, itu dapat menjadi tanda gangguan disosiatif. Gangguan disosiatif adalah kondisi mental yang ditandai dengan disosiasi yang parah dan persisten. Ada beberapa jenis gangguan disosiatif, termasuk gangguan identitas disosiatif (DID), gangguan depersonalisasi/derealisasi, dan amnesia disosiatif.
Jenis-Jenis Disosiasi:
Disosiasi dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, dan pengalaman setiap orang bisa berbeda. Berikut adalah beberapa jenis disosiasi yang umum:
Disosiasi seringkali merupakan respons terhadap trauma atau stres berat. Pengalaman traumatis, seperti pelecehan fisik atau seksual, kecelakaan, atau bencana alam, dapat menyebabkan seseorang mengalami disosiasi sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit dan ketakutan yang luar biasa. Disosiasi memungkinkan seseorang untuk mematikan emosi dan ingatan yang menyakitkan, sehingga mereka dapat bertahan hidup melalui pengalaman traumatis.
Selain trauma, disosiasi juga dapat disebabkan oleh:
Gangguan identitas disosiatif (DID), sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda, adalah gangguan disosiatif yang paling parah. DID ditandai dengan adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda dalam diri seseorang. Identitas-identitas ini dapat memiliki nama, usia, jenis kelamin, karakteristik, dan ingatan yang berbeda. Orang dengan DID sering mengalami kesulitan mengingat informasi pribadi dan memiliki kesenjangan dalam ingatan mereka.
DID biasanya disebabkan oleh trauma masa kanak-kanak yang parah dan berulang. Anak-anak yang mengalami pelecehan atau penelantaran yang ekstrem mungkin mengembangkan DID sebagai cara untuk mengatasi trauma. Dengan menciptakan identitas yang berbeda, anak tersebut dapat memisahkan diri dari pengalaman traumatis dan merasa lebih aman.
Gejala DID:
Gangguan depersonalisasi/derealisasi adalah gangguan disosiatif yang ditandai dengan episode depersonalisasi dan/atau derealisasi yang persisten atau berulang. Orang dengan gangguan ini merasa terlepas dari diri mereka sendiri atau dari dunia di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa seperti sedang mengamati diri mereka sendiri dari luar tubuh atau bahwa dunia di sekitar mereka tidak nyata.
Gangguan depersonalisasi/derealisasi dapat disebabkan oleh trauma, stres berat, penyalahgunaan zat, atau kondisi kesehatan mental lainnya. Dalam beberapa kasus, penyebabnya tidak diketahui.
Gejala Gangguan Depersonalisasi/Derealisasi:
Amnesia disosiatif adalah gangguan disosiatif yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting tentang diri sendiri, biasanya terkait dengan peristiwa traumatis atau stres berat. Amnesia ini lebih dari sekadar lupa biasa; ini adalah hilangnya ingatan yang signifikan yang tidak dapat dijelaskan oleh kelupaan biasa.
Amnesia disosiatif dapat bersifat lokal (terkait dengan peristiwa tertentu), selektif (terkait dengan bagian-bagian tertentu dari peristiwa), atau umum (terkait dengan seluruh kehidupan seseorang). Dalam kasus yang jarang terjadi, seseorang dengan amnesia disosiatif dapat mengalami fugue disosiatif, di mana mereka tiba-tiba melakukan perjalanan jauh dari rumah atau tempat kerja mereka dan tidak dapat mengingat identitas atau masa lalu mereka.
Gejala Amnesia Disosiatif:
Diagnosis gangguan disosiatif melibatkan evaluasi menyeluruh oleh profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Evaluasi ini biasanya mencakup wawancara klinis, kuesioner, dan tes psikologis. Profesional kesehatan mental akan menanyakan tentang riwayat medis dan psikologis Anda, serta pengalaman Anda dengan disosiasi.
Kriteria diagnostik untuk gangguan disosiatif tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Untuk didiagnosis dengan gangguan disosiatif, Anda harus memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan dalam DSM-5.
Pengobatan untuk gangguan disosiatif biasanya melibatkan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), terapi dialektika perilaku (DBT), dan terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing). Terapi bertujuan untuk membantu Anda mengatasi trauma, mengembangkan keterampilan koping yang sehat, dan mengintegrasikan identitas Anda.
Psikoterapi:
Selain psikoterapi, obat-obatan juga dapat digunakan untuk mengobati gejala yang terkait dengan gangguan disosiatif, seperti depresi, kecemasan, dan masalah tidur. Namun, tidak ada obat khusus yang disetujui untuk mengobati disosiasi itu sendiri.
Obat-obatan:
Selain pengobatan profesional, ada beberapa strategi koping yang dapat Anda gunakan untuk mengelola disosiasi:
Hidup dengan disosiasi bisa menjadi tantangan, tetapi dengan pengobatan dan dukungan yang tepat, Anda dapat belajar mengelola gejala Anda dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Penting untuk bersabar dengan diri sendiri dan untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengalami kesulitan.
Tips untuk Hidup dengan Disosiasi:
Ada banyak mitos dan kesalahpahaman tentang disosiasi. Berikut adalah beberapa mitos umum dan fakta yang sesuai:
Mitos | Fakta |
---|---|
Disosiasi hanya terjadi pada orang dengan gangguan identitas disosiatif (DID). | Disosiasi dapat terjadi pada orang dengan berbagai kondisi kesehatan mental, termasuk gangguan kecemasan, gangguan depresi, dan PTSD. |
Disosiasi adalah tanda kelemahan. | Disosiasi adalah mekanisme koping yang digunakan untuk mengatasi trauma atau stres berat. |
Orang dengan disosiasi berbahaya. | Orang dengan disosiasi tidak lebih berbahaya daripada orang lain. |
Disosiasi dapat disembuhkan dengan mudah. | Pemulihan dari disosiasi membutuhkan waktu dan usaha, dan mungkin memerlukan pengobatan profesional. |
Disosiasi adalah pura-pura. | Disosiasi adalah kondisi mental yang nyata yang dapat menyebabkan penderitaan yang signifikan. |
Kesadaran dan pendidikan tentang disosiasi sangat penting untuk mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman tentang kondisi ini. Dengan meningkatkan kesadaran, kita dapat membantu orang yang mengalami disosiasi untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan dan untuk merasa lebih didukung dan dipahami.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami disosiasi, penting untuk mencari bantuan profesional. Ada banyak sumber daya yang tersedia untuk membantu Anda mengelola gejala Anda dan menjalani kehidupan yang memuaskan.
Sumber Daya untuk Disosiasi:
Disosiasi adalah kondisi mental yang kompleks dan seringkali disalahpahami. Namun, dengan pemahaman, pengobatan, dan dukungan yang tepat, orang yang mengalami disosiasi dapat belajar mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami disosiasi.
Disclaimer: Artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai pengganti nasihat medis profesional. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan mental Anda, silakan berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental yang berkualifikasi. (Z-4)
Setiap orang yang mengonsumsi 100 gram per hari gula, meningkatkan hampir 28% kemungkinan dia untuk mengalami depresi.
Soul Conference 2024 mengangkat tema Measuring Spiritual Wellness.
Belajar dari kasus penusukan di Cilandak, Jakarta Selatan yang diduga dilakukan remaja 14 tahun, ada hal-hal terkait kondisi mental anak yang perlu diperhatikan oleh orangtua atau wali.
Menteri Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menilai judi online sebagai bencana sosial yang menggerus dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat
Menjadi seorang single father tidaklah mudah karena harus menjalankan dua peran: sebagai ayah dan ibu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved