Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
YOGURT bukan hanya lezat dan menyegarkan, tetapi juga memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan saluran cerna. Studi terbaru menunjukkan bahwa konsumsi yogurt secara rutin dapat membantu mengurangi risiko kanker usus besar atau kanker kolorektal. Kanker ini merupakan salah satu jenis kanker paling mematikan di dunia, termasuk di Indonesia, terutama pada pria.
Kanker usus besar atau kanker kolorektal menyerang bagian usus besar hingga rektum. Gaya hidup modern, termasuk pola makan tinggi lemak dan rendah serat, sangat berperan dalam meningkatnya angka kejadian kanker ini. Oleh karena itu, pendekatan pencegahan yang alami dan mudah diakses menjadi semakin penting, salah satunya melalui konsumsi yogurt tinggi probiotik.
Yogurt adalah hasil fermentasi susu yang kaya akan nutrisi penting seperti:
Kalsium, yang mengikat asam empedu dan asam lemak bebas yang dapat merusak lapisan usus.
Vitamin D, yang mendukung penyerapan kalsium dan memiliki sifat anti-inflamasi.
Probiotik, seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium, yang menjaga keseimbangan mikrobiota usus, memperkuat sistem imun, dan mencegah peradangan kronis yang dapat memicu kanker.
Menurut Dr. dr. Ajoedi, Sp.B(K)BD, Dokter Spesialis Bedah Digestif Konsultan dari RS Kanker Dharmais:
“Konsumsi yogurt yang mengandung probiotik secara teratur dapat mendukung kesehatan saluran cerna dan menurunkan risiko kanker kolorektal.”
Selain mengonsumsi yogurt, para ahli juga merekomendasikan perubahan gaya hidup berikut untuk mencegah kanker usus besar:
Sayuran hijau, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan mempercepat proses pencernaan dan mengurangi paparan zat karsinogen di usus.
Mengurangi konsumsi sosis, ham, nugget, dan makanan olahan lainnya penting karena kandungan nitrit dan zat pengawetnya dapat meningkatkan risiko kanker.
Ikan, tahu, tempe, dan kacang-kacangan adalah alternatif protein yang lebih baik dan mendukung pencernaan sehat.
Makanan cepat saji dan minuman manis meningkatkan risiko obesitas dan inflamasi, dua faktor yang berkaitan dengan kanker.
Air membantu proses pencernaan dan mendukung detoksifikasi alami tubuh.
Aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari terbukti menurunkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus besar.
Mengonsumsi yogurt setiap hari sebagai bagian dari pola makan sehat bisa menjadi langkah pencegahan yang efektif dan alami terhadap kanker usus besar. Namun, yogurt bukan pengganti pengobatan, melainkan pelengkap gaya hidup sehat yang mendukung sistem pencernaan optimal.
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk merancang pola makan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh Anda. (Allodokter/RS Kanker Dharmais/Z-10)
Untuk menurunkan risiko kanker usus besar, menjaga pola makan sehat sangat penting, termasuk rutin mengonsumsi buah-buahan tertentu.
Penelitian terbaru dari Mass General Brigham menunjukkan mengonsumsi yogurt secara rutin dapat menurunkan risiko beberapa jenis kanker usus besar, khususnya kanker kolon proksimal.
Diet vegan kaya akan serat yang berasal dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Serat berperan krusial dalam mendukung pencernaan yang sehat.
metode skrining kanker usus besar yang menjadi standar emas ialah kolonoskopi, karena penyedia layanan kesehatan benar-benar dapat mengangkat polip yang ada di sel usus besar
Kanker usus besar dapat dicegah, salah satunya menerapkan pola hidup sehat guna menurunkan faktor risiko.
Dari sekitar 25.000 kasus kanker kolorektal di Indonesia, sekitar 1.400 pasien berusia di bawah 40 tahun, termasuk 446 kasus pada rentang usia 20 hingga 29 tahun.
Kanker kolorektal kini semakin sering menyerang orang di usia muda, menurut para ahli di Yale Medicine. Simak gejalanya berikut.
Kanker kolorektal mengakibatkan lebih dari 900.000 orang meninggal dunia per tahun, menjadikannya penyebab kematian kedua di dunia setelah kanker paru-paru.
Gejala awal kanker kolorektal meliputi perubahan pola buang air besar, darah dalam feses, nyeri atau kram pada perut, penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas, dan kelelahan.
Kanker kolorektal kini semakin sering menyerang Generasi Z, Milenial, dan Generasi X—kelompok usia 20-an hingga akhir 50-an. Meski penyebabnya masih menjadi misteri medis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved