Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DOKTER spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Sukamto Koesnoe, menyampaikan bahwa mencukupi kebutuhan karbohidrat tidak harus melulu dengan nasi.
"Kebiasaan masyarakat kita yang menganggap 'belum makan kalau belum makan nasi' perlu diluruskan. Ada banyak pilihan sumber karbohidrat sehat yang bisa menjadi alternatif nasi," kata Sukamto, dikutip Selasa (18/2).
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi dan Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, pilihan sumber karbohidrat lain bisa membantu sebagai variasi makanan pokok untuk membuat menu harian lebih menarik dan bergizi.
"Setiap jenis pangan memiliki kandungan nutrisi yang unik. Semakin beragam makanan yang kita konsumsi, semakin lengkap nutrisi yang kita dapat," ujar dia.
Sukamto mengatakan Indonesia kaya akan sumber karbohidrat lokal yang bisa menjadi alternatif selain mengonsumsi nasi. Beberapa alternatif seperti singkong, ubi jalar, jagung, dan sagu telah menjadi makanan pokok di berbagai daerah Indonesia sejak lama.
Selain itu, alternatif sehat lain pengganti nasi, menurut Sukamto meliputi umbi-umbian seperti singkong, talas, serealia seperti jagung, oatmeal, quinoa, roti gandum utuh, kentang, serta mie berbahan gandum utuh.
"Yang penting adalah memilih karbohidrat kompleks yang kaya serat. Ini membantu mengontrol gula darah dan memberi rasa kenyang lebih lama," jelasnya.
Dia mencontohkan mengonsumsi beragam jenis karbohidrat juga membawa banyak manfaat kesehatan, seperti ubi jalar ungu kaya akan antioksidan, jagung menyumbang serat dan protein yang baik.
"Bahkan kentang, yang sering dianggap 'gemukkan', sebenarnya merupakan sumber kalium dan vitamin C yang baik jika diolah dengan cara sehat," katanya.
Selain itu, Sukamto menyampaikan beberapa kiat praktis untuk mengurangi ketergantungan pada nasi, salah satunya mulai dengan substitusi bertahap.
"Misalnya, coba ganti nasi dengan kentang kukus atau ubi rebus sekali-dua kali seminggu. Penting transisi bertahap agar tubuh bisa beradaptasi," jelasnya.
Kemudian, dia menyarankan soal pengolahan makanan tersebut utamakan dengan metode memasak yang sehat, seperti menghindari makanan yang digoreng secara berlebihan.
"Metode memasak yang sehat, seperti kukus, rebus, atau panggang lebih baik daripada menggoreng. Ini mempertahankan nutrisi dan menghindari penambahan kalori berlebih," jelasnya.
Sukamto menambahkan dalam mengonsumsi makanan karbohidrat juga perlu dikombinasikan dengan protein dan sayuran, serta memperhatikan porsi sesuai kebutuhan.
"Banyak yang bertanya soal porsi. Sebenarnya, kebutuhan setiap orang berbeda tergantung aktivitas fisik dan kondisi kesehatan. Disarankan
untuk memperhatikan sinyal kenyang dari tubuh dan tidak memaksakan menghabiskan makanan," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Kini ada cara yang lebih sehat untuk memasak nasi agar kandungan kalorinya berkurang hingga 60%.
Nasi adalah salah satu makanan pokok yang paling sering dikonsumsi di seluruh dunia, terutama di Asia. Di Indonesia, nasi sering menjadi makanan utama dalam setiap hidangan.
Jika menggunakan beras merah atau coklat, rendam beras selama 30 menit hingga 1 jam sebelum dimasak.
Mitos bahwa penderita diabetes harus sepenuhnya menghindari nasi masih sering beredar di masyarakat.
Penderita diabetes tidak perlu menghindari nasi selama takaran yang dikonsumsi masih dalam batas wajar dan sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka.
Proses menggoreng menghasilkan senyawa berbahaya, termasuk senyawa karsinogenik yang berpotensi meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Pada makanan yang dimasak di rumah, setiap porsinya dapat ditakar sesuai kebutuhan. Hal ini berbeda dengan langsung menggunakan bumbu cepat saji.
Oat dan gandum utuh terbukti secara ilmiah bisa membantu menurunkan kolesterol karena tinggi serat larut yang dapat mengikat kolesterol dalam usus.
Sarapan adalah bagian penting dari rutinitas harian yang tidak boleh dilewatkan, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Faktanya, sarapan menyumbang sekitar 20% energi harian
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved