Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa Siklon Tropis Taliah saat ini bergerak ke arah Barat–Barat Daya dan menjauhi wilayah Indonesia. Meski demikian, masyarakat diimbau tetap waspada karena berbagai fenomena atmosfer lain diprediksi akan memengaruhi peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.
Menurut BMKG, Angin Monsun Asia masih menjadi faktor utama penyebab terjadinya hujan di wilayah Indonesia. Selain itu, fenomena La Nina lemah, munculnya Bibit Siklon Tropis 92W, serta gelombang atmosfer juga berkontribusi pada peningkatan potensi hujan signifikan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, mengatakan bahwa kombinasi dari faktor-faktor ini tetap berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem di berbagai daerah.
“Meskipun Siklon Tropis Taliah menjauh, potensi hujan sedang hingga sangat lebat masih tinggi akibat kombinasi berbagai fenomena atmosfer seperti Monsun Asia dan La Nina lemah,” ujar Guswanto, Jumat (7/2).
Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) diprediksi berada pada fase 6 hingga sepekan ke depan, yang secara umum tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap dinamika atmosfer di Indonesia.
.Namun, MJO secara spasial masih bertahan di Samudra Hindia selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), sehingga daerah-daerah tersebut tetap memiliki potensi cuaca ekstrem. Selain itu, Gelombang Rossby Ekuator terpantau aktif di Laut Cina Selatan utara Kalimantan, Samudra Pasifik utara Sulawesi hingga Papua Barat dan Papua, sementara Gelombang Kelvin terdeteksi di berbagai wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Analisis OLR menunjukkan nilai negatif pada 9-11 Februari 2025, yang mengindikasikan semakin signifikannya potensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Sirkulasi siklonik juga terpantau di Australia bagian utara, Selat Malaka bagian timur Aceh, Samudra Hindia sebelah barat Aceh, dan Laut Sulu. Kondisi ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di pesisir utara Australia bagian utara, Teluk Carpentaria, Laut Arafura, Laut Timor bagian selatan, Aceh, dan Kalimantan Utara.
Daerah konvergensi lainnya memanjang dari Bali hingga Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah, Laut Jawa, Kalimantan Utara, Selat Makassar bagian selatan, Papua bagian tengah, hingga Papua Pegunungan. Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau di Laut Cina Selatan, pesisir barat Bengkulu hingga Lampung, Samudra Hindia selatan Bali, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Arafura.
BMKG menyebut bahwa kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan ketinggian gelombang laut di sekitar sirkulasi siklonik dan sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut.
BMKG memprediksi cuaca selama periode 7–9 Februari 2025 umumnya berupa hujan ringan di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, beberapa daerah diperkirakan akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, bahkan ekstrem, yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang.
Wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat mencakup Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, dan Papua Selatan.
Sementara itu, wilayah yang diperkirakan mengalami hujan lebat hingga sangat lebat adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Pegunungan. Potensi hujan sangat lebat hingga ekstrem diprediksi terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Selatan. Adapun angin kencang berpotensi melanda Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, dan Maluku.
Memasuki periode 10–13 Februari 2025, hujan ringan diperkirakan masih mendominasi, namun beberapa wilayah akan tetap mengalami cuaca ekstrem.
Hujan sedang hingga lebat diprediksi terjadi di Jawa Barat, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan. Hujan lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dalam periode ini, BMKG tidak memprediksi adanya hujan sangat lebat hingga ekstrem. Potensi angin kencang tetap ada di NTT, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Menghadapi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati, terutama di wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami cuaca buruk.
“Kami mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap kemungkinan hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang, terutama di wilayah-wilayah yang telah kami sebutkan,” ujar Guswanto.
BMKG juga menyarankan masyarakat untuk mewaspadai jalanan licin yang bisa membahayakan keselamatan dan siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
Masyarakat diimbau untuk memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi InfoBMKG.
Masyarakat diimbau tetap tenang namun siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta memahami langkah-langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai perkembangan,” pungkas Guswanto.
Dengan memahami potensi dan risiko cuaca ekstrem ini, diharapkan masyarakat bisa lebih siap menghadapi perubahan cuaca dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan.(H-3)
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
PLN terus mengupayakan penanganan pemulihan gardu listrik yang rusak akibat cuaca ekstrem
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geosofika (BMKG) memprakirakan hujan akan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan ke depan.
Oktober merupakan masa transisi anomali cuaca. Pasalnya, pada momen itu terjadi peralihan dari musim kemarau ke hujan.
Nenek dan seorang cucunya yang berusia 1 tahun tewas tertimbun longsor di Ciamis, Jawa Barat.
Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan Cicalengka terendam banjir pada Kamis (30/11) malam.
Lalu untuk siang hari di wilayah Bogor diprakirakan terjadi hujan dengan intensitas ringan. Namun untuk hujan ringan ini tak hanya terjadi di wilayah Bogor saja
kondisi itu dipicu oleh aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer, antara lain aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial, gelombang atmosfer Kelvin, hingga sirkulasi siklonik.
BMKG meramalkan sebagian besar wilayah DKI Jakarta berawan pada Selasa (7/5). Hujan ringan akan menyertai di beberapa titik pada siang dan malam hari.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca esok hari, Senin (27/5), Madden-Julian Oscillation (MJO) teridentifikasi aktif di Samudera Hindia.
BMKG juga mengeluarkan peringatan adanya potensi hujan disertai kilat atau petir dan angin kencang yang dapat terjadi di sebagian wilayah Jakarta pada malam dan dini hari.
BMKG memprakirakan DKI Jakarta hari ini akan diguyur hujan disertai petir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved