Headline

Presiden gelar rapat terbatas membahas Raja Ampat.

Fokus

UMKM bisa menjadi mata dan telinga bagi keamanan taman

Kenali Jenis Obat Hipertensi beserta Efek Sampingnya

Siti Sayidah
22/12/2024 14:35
Kenali Jenis Obat Hipertensi beserta Efek Sampingnya
Ilustrasi alat meteran pengukur tekanan darah dan jenis obat hipertensi.(Dok alomedika.com)

HIPERTENSI atau tekanan darah tinggi adalah kondisi yang umum dirasakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Penyakit ini terjadi ketika tekanan darah seseorang berada di atas 140/90 mmHg, sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal. 

Menurut data dari World Health Organization (WHO), jumlah kasus hipertensi di dunia pada 2015 mencapai 1,13 miliar orang. Pada 2025, angka ini diperkirakan meningkat menjadi 1,5 miliar. 

Selain itu, WHO mencatat bahwa hipertensi menjadi penyebab kematian sekitar 10,44 juta orang setiap tahun. Oleh karena itu, saat seseorang mendapatkan tekanan darahnya tinggi, pengobatan hipertensi harus segera dilakukan. 

Tak hanya pengobatan, pola hidup sehat, seperti diet rendah garam dan olahraga teratur, juga sebaiknya dilakukan untuk menjaga tekanan darah tetap normal.

Mengapa obat hipertensi diperlukan? Hipertensi bisa terjadi karena banyak faktor, seperti kebiasaan buruk, genetika, dan masalah kesehatan lain. Jika dibiarkan tanpa pengobatan yang tepat, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ seperti jantung dan ginjal. Maka dari itu, kondisi ini tidak bisa dianggap remeh dan diperlukan obat pereda.

Jenis obat hipertensi beserta efek sampingnya

Ada beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengobati hipertensi. Masing-masing memiliki cara kerja dan efek samping yang berbeda. Dokter biasanya akan meresepkan obat hipertensi sesuai dengan kondisi orang yang mengalami hipertensi.

Berikut beberapa jenis obat hipertensi yang sering digunakan melansir dari Kementerian Kesehatan.

1. ACE Inhibitor.

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor adalah obat yang membantu menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan pembuluh darah.

Obat ini bekerja dengan menghambat enzim ACE yang berfungsi menghasilkan angiotensin II suatu zat yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. 

Penyempitan pembuluh darah akan membuat tekanan darah meningkat dan membuat jantung harus bekerja lebih keras. Karena itu, ACE inhibitor diperlukan untuk mencegah terbentuknya angiotensin II, sehingga pembuluh darah tetap rileks dan tekanan darah bisa turun.

Beberapa contoh obat dalam kategori ACE inhibitor ini antara lain benazepril, captopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, perindopril, ramipril, trandolapril, quinapril, dan moexipril.

Namun, obat ini bisa menimbulkan efek samping seperti batuk kering, pusing, dan sakit kepala. Selain itu, ACE inhibitor tidak boleh digunakan oleh ibu hamil.

2. Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs).

Seperti ACE inhibitor, ARBs bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah, tetapi dengan mekanisme yang berbeda. 

Obat ini digunakan untuk seseorang yang tidak bisa menoleransi ACE inhibitor, terutama yang mengalami batuk kering.

Contoh obat ARBs ialah Losartan, Valsartan, dan Irbesartan. Efek samping ARBs cukup ringan, seperti pusing, sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Obat ini juga bisa menyebabkan peningkatan kadar kalium dalam darah.

3. Diuretik.

Diuretik adalah obat yang membantu tubuh membuang kelebihan garam dan air yang ada dalam tubuh lewat urine. Tak hanya itu, diuretik juga dapat mengurangi volume darah dan menurunkan tekanan darah.

Obat ini sering disebut sebagai pil air. Diuretik umumnya digunakan sebagai obat pertama dalam pengobatan hipertensi. Contoh obat diuretik yang sering digunakan ialah amiloride, triamterene, eplerenone, dan spironolactone.

Diuretik biasanya efektif untuk orang dengan hipertensi ringan hingga sedang. Meskipun efektif menurunkan tekanan darah, diuretik memiliki beberapa efek samping yang bisa saja muncul seperti dehidrasi, kekurangan kalium (hipokalemia), peningkatan kadar gula darah, dan peningkatan kadar kolesterol.

4. Calcium Channel Blockers (CCBs).

Calcium channel blockers dapat bekerja dengan menghalangi kalsium untuk masuk ke sel-sel otot jantung dan pembuluh darah. 

Hal ini menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih rileks dan lebih lebar, sehingga tekanan darah dapat turun. Obat ini sering diberikan kepada orang yang menderita angina atau penyakit jantung lain.

Contoh obat CCBs antara lain Amlodipine, Diltiazem, dan Verapamil. Efek samping yang umum dari CCBs meliputi pembengkakan pada pergelangan kaki, pusing, dan detak jantung yang lebih cepat. 

5. Beta-Blockers.

Beta-blockers, obat satu ini bekerja dengan cara menghambat efek hormon adrenalin pada jantung. Orang dengan hipertensi dapat menggunakan jenis obat ini untuk membantu memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah. Biasanya, Beta-blockers diresepkan untuk orang yang memiliki riwayat serangan jantung atau gangguan jantung lainnya.

Contoh obat beta-blockers antara lain Atenolol, Metoprolol, dan Bisoprolol. Adapun efek samping beta-blockers meliputi rasa lelah, penurunan denyut jantung yang berlebihan, serta gangguan tidur atau mimpi buruk.

Meskipun hipertensi dapat dikendalikan dengan mengonsumsi obat, pola hidup yang tidak sehat dapat membuat tekanan darah tinggi kembali muncul. Oleh karena itu, penting untuk menjaga gaya hidup sehat, seperti rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi. 

Kurangi asupan makanan tinggi garam, seperti makanan olahan, fast food, keripik, dan daging asin. Hindari juga makanan dengan kandungan lemak jenuh tinggi, seperti gorengan dan daging berlemak. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya