Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
KEMAJUAN teknologi kedokteran terus membawa harapan baru dalam perawatan berbagai penyakit, termasuk dalam bidang ortopedi. Salah satu inovasi yang menjanjikan adalah penggunaan stem cells sebagai solusi terapi regeneratif.
Stem cells, atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai sel punca, telah diakui sebagai metode legal melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/1359/2024 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terapi Sel Punca di Bidang Ortopedi dan Traumatologi.
Pengakuan terapi sel punca membuka peluang baru, khususnya dalam pengobatan penyakit muskuloskeletal (sistem yang melibatkan tulang, sendi, otot, saraf, dan jaringan ikat), seperti cedera, penuaan, atau osteoartritis, yang dapat mengganggu kualitas hidup pasien.
Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Sub Spesialis Panggul Lutut Konsultan, Ismail Hadi Soebroto Dilogo menjelaskan pendekatan ini tidak hanya berfokus pada perbaikan cedera, tetapi juga memberikan harapan bagi pasien dengan kondisi ortopedi yang sebelumnya memiliki pilihan pengobatan terbatas.
"Terapi stem cells membuka peluang baru dalam pengobatan regeneratif. Ini bukan hanya tentang memperbaiki cedera, tetapi juga tentang memberikan harapan bagi pasien dengan kondisi ortopedi yang sebelumnya mungkin terbatas dalam hal pilihan pengobatan," ujar Ismail dalam seminar awam bertema New Paradigm in Orthopedic Treatment: The Role of Stem Cells and Metabolites in Orthopedic Diseases yang diselenggarakan RS Siloam Mampang di Jakarta, Jumat (20/12).
Stem cells adalah sel yang dapat memperbarui dan memperbanyak dirinya sendiri, sehingga berpotensi digunakan untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak.
Selain itu, sel punca memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan sel di lokasi yang dituju, memperbaiki kerusakan, dan berkembang menjadi jenis sel yang diperlukan sesuai dengan fungsinya.
Sel punca mesenkimal (MSC) adalah sel punca multipotensi yang ditemukan di sumsum tulang. MSC memiliki peran dalam membentuk dan memperbaiki jaringan rangka seperti tulang rawan, tulang, dan lemak, serta berpotensi dalam pengobatan ortopedi.
Terapi ini menggunakan sel dari tubuh pasien itu sendiri, dengan mengambil sampel sel dari sumsum tulang atau jaringan lemak pasien. Sel tersebut kemudian diolah di laboratorium dan disuntikkan ke area yang membutuhkan perawatan. Setelah penyuntikan, pasien akan menjalani pemantauan intensif untuk memastikan hasil terapi yang optimal.
Ismail menambahkan terapi sel punca dilakukan setelah tahapan-tahapan pengobatan yang sudah dilalui, bukan sebagai pilihan terakhir, melainkan sebagai langkah tambahan (on top) untuk meningkatkan hasil pengobatan.
Misalnya, pada kasus non-union atau patah tulang yang gagal menyatu meski sudah dioperasi dan diberikan pen serta bone graft. Terapi sel punca dapat membantu dengan kemampuan imunomodulasi dan regenerasi jaringan, asalkan prosedur operasi seperti pemasangan pen dan penjajaran tulang dilakukan dengan benar. Dalam kasus seperti ini, terapi sel punca bisa mempercepat proses penyambungan tulang.
"Artinya, cedera-cedera direkonstruksi, ditambahin macam-macam, tergantung kasusnya lagi. Tapi artinya bukan hanya itu saja. Jadi, seharusnya kalau memang tidak perlu operasi, tidak perlu operasi lagi, kasih stem cell saja sudah nyambung. Jangan sampai berpikir begitu, karena justru ada tahapan-tahapan lainnya," ujarnya.
Perlu diingat, meskipun terapi sel punca berpotensi dalam penyembuhan, penyakit bisa kambuh jika pasien tidak mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Ismail menyatakan setelah menjalani terapi sel punca untuk kasus ortopedi, olahraga diperbolehkan. Namun sebaiknya memilih jenis olahraga yang tepat, seperti mengayuh sepeda.
Olahraga yang melibatkan banyak gerakan naik turun tangga atau berjalan jauh tidak dianjurkan. Selain itu, disarankan mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kolagen, seperti kolang-kaling, ikan laut, brokoli, susu, keju, dan yogurt. (Z-3)
Regenic merupakan pionir dalam pengembangan terapi berbasis sel di Indonesia dan menjadi fasilitas produksi stem cell pertama yang mengantongi sertifikasi CPOB.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Mohammad Jusuf Kalla (JK) menyampaikan apresiasi tinggi atas kiprah Deby Vinski yang berhasil mengangkat nama Indonesia di panggung medis internasional.
Sebagai Ketua Kongres, Deby didampingi Sekjen WOCPM asal Rusia Prof Svetlana Trofimova memimpin berbagai sesi ilmiah, panel diskusi, serta membuka ruang kolaborasi internasional.
UNIVERSITAS Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, menyediakan wahana pembelajaran stem cell untuk riset kanker di fakultas kedokteran perguruan tinggi itu.
Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan teknologi sel punca dapat semakin berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi dunia medis di Indonesia.
Limfoma Non-Hodgkin adalah jenis kanker yang menyerang sistem limfatik, bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.
Terapi sel punca (stem cell) ortopedi telah dijamin kehalalannya karena menggunakan sel punca yang diperoleh dari plasenta.
Meskipun sel punca tidak secara langsung bisa membunuh virus HIV atau menghentikan pertumbuhan kanker, terapi tersebut bisa membantu meregenerasi jaringan yang rusak.
DUNIA kedokteran regeneratif berkembang sangat pesat. Hal terutama dalam inovasi terapi sel punca dan teknologi kedokteran masa depan.
TERAPI sel punca atau stem cell adalah prosedur pengobatan yang menggunakan sel punca untuk mengobati atau mencegah penyakit. Terapi ini juga disebut transplantasi sel atau terapi sel induk.
DOKTER kecantikan Richard Lee baru-baru ini bertandang ke Tiongkok untuk menjalin kolaborasi dengan para peneliti di Central South University di Changsa, Hunan.
Terapi stem cell kini menjadi pilihan untuk mempercepat proses pemulihan cedera.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved