Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tiga Organisasi Berkolaborasi untuk Edukasi Terapi Stem Cell di Indonesia

Alya Putri Abi
06/12/2024 22:12
Tiga Organisasi Berkolaborasi untuk Edukasi Terapi Stem Cell di Indonesia
Acara Beyond Stem Cell: Where Are We?, yang diselenggarakan PIT Rejaselindo di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (6/12).(MI/HO)

DALAM rangka mengedukasi masyarakat mengenai terapi stem cell di Indonesia, tiga organisasi, yaitu Reja Selindo (Perhimpunan Rekayasa Jaringan dan Terapi Sel Indonesia), Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI), dan Perhimpunan Bank Jaringan (Perbaji), melakukan kolaborasi.

Stem cell (sel punca) adalah sel yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel tubuh dan digunakan untuk terapi medis, seperti regenerasi jaringan yang rusak. Namun, sayangnya, banyak informasi salah, sehingga edukasi berbasis bukti ilmiah diperlukan.

Menurut Ketua Indonesia Tissue Bank Association (Perbaji) Prof Ferdiansyah Mahyudin, kendala utama dalam edukasi stem cell adalah banyaknya informasi yang beredar di media sosial dan televisi yang berbasis pada testimoni, yang sering kali mengalahkan rasionalitas atau bukti ilmiah.

“Misalnya, ada klaim yang mengatakan stem cell bisa memperbaiki atau menyembuhkan berbagai masalah kesehatan hanya berdasarkan cerita atau pengalaman individu, tanpa data yang valid,” ujar Ferdiansyah dalam acara Beyond Stem Cell: Where Are We?, yang diselenggarakan PIT Rejaselindo di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (6/12).

Ferdiansyah mengungkapkan jika suatu terapi hanya berhasil pada 10 dari 100 pasien, itu bukan bukti yang kuat, karena untuk dapat dipertanggungjawabkan, terapi tersebut harus menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.

“Testimoni itu luar biasa. Jadi itu kan membodohi masyarakat. Kalau saya lihat ini punya namanya evidence-based. Kalau saya lihat 100, yang sembuh cuma 10 orang. Itu kebetulan, bukan sembuh, tapi testimoni. Maksudnya yang sembuh itu angka yang lebih tinggi, 50% sampai 60%,” ujarnya.

Ketua Indonesia Stem Cell Association (ASPI), Rahyussalim menambahkan bahwa kolaborasi ini hadir dengan peran masing-masing organisasi, dengan setiap pihak berkontribusi dalam stem cell untuk menghadapi atau mengobati kasus-kasus yang tidak tertangani oleh pengobatan konvensional.

“Nah, ini sebenarnya ada pakem-pakem area-areanya. Kalau Asosiasi Sel Punca lebih ke hulunya, kita mendalami riset-riset, ya, sel turunannya. Untuk apa? Nah, di sini juga hadir peneliti-peneliti, tidak hanya dokter, lalu kemudian dari ASPI, lalu banyak penelitiannya,” ujarnya.

Selain itu, Ketua Pelaksana acara, Huntal Napoleon, juga mengingatkan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan stem cell yang aman dan bermutu.

“Jangan mencari dari lokasi-lokasi yang tidak sesuai atau tidak berizin, karena stem cell adalah produk yang harus memiliki sertifikasi. Produk ini harus memiliki sertifikat, nomor, batch, tanggal kedaluwarsa, serta dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang,” ujarnya.

Huntal mengajak seluruh dokter di Indonesia dan para peneliti untuk bergabung. Dokter dapat bergabung dengan Rejaselindo, sementara para peneliti dapat bergabung dengan ASPI. Adapun Tissue Bank berfungsi sebagai sarana penyimpanan.

“Mari kita bersama-sama mengembangkan stem cell agar teknologi ini dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, Indonesia,” pungkasnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya