Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kenali Penyakit Pernafasan Respiratory Syncytial Virus yang Berbahaya bagi Lansia

Despian Nurhidayat
20/12/2024 10:18
Kenali Penyakit Pernafasan Respiratory Syncytial Virus yang Berbahaya bagi Lansia
Ilustrasi, seseorang menderita penyakit pernafasan, Respiratory Syncytial Virus.(Dok. Freepik)

PARA pakar kesehatan masyarakat menyatakan kekhawatiran terhadap risiko serius penyakit pernafasan Respiratory Syncytial Virus (RSV) pada populasi lanjut usia (lansia) dan individu dengan penyakit penyerta.

Di Indonesia, jumlah lansia terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup, dengan prediksi mencapai 14,6% dari total populasi pada 2030. Saat ini, sekitar 20,7% lansia menderita penyakit penyerta yang memperburuk kerentanan mereka terhadap infeksi berat RSV. Kondisi ini diperparah oleh sistem imun lansia yang melemah akibat penuaan, meningkatkan risiko komplikasi serius dan beban kesehatan masyarakat.

RSV adalah virus pernapasan yang tersebar luas namun kurang dikenal, yang menular melalui inhalasi atau kontak dengan sekresi pernapasan dari mereka yang terinfeksi. Biasanya virus ini menunjukkan gejala-gejala termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan. Menegakkan diagnosis infeksi RSV sulit, dikarenakan gejalanya yang mirip dengan infeksi pernapasan lain seperti flu biasa, termasuk batuk, pilek, dan demam.

Proses diagnosis membutuhkan tes khusus yang sering kali mahal, memakan waktu, dan tidak mudah diakses secara luas. Lansia dan individu dengan penyakit penyerta sering kali tidak menyadari bahwa gejala mereka disebabkan oleh RSV, sehingga meningkatkan risiko komplikasi serius atau bahkan komplikasi fatal.

Lebih lanjut, hingga saat ini belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada orang dewasa, yang menambah tantangan penanganannya.

Meskipun RSV dapat menginfeksi individu kapan saja sepanjang tahun, penyebarannya lebih intensif selama bulan-bulan musim hujan dari September hingga Februari, dan mencapai puncaknya pada bulan-bulan yang lebih dingin di bulan Oktober dan Desember.

Virus yang sangat menular ini menyebar dengan mudah di dalam rumah tangga, di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya, dan meskipun sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari, lansia yang terinfeksi dapat menularkan virus untuk jangka waktu yang lebih lama.

RSV sering digambarkan sebagai penyakit anak-anak di media sosial karena anak-anak, seperti lansia, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga mereka rentan. Namun, RSV menimbulkan beban yang lebih besar pada lansia.

Penelitian telah menunjukkan bahwa insiden rawat inap dan kematian akibat RSV jauh lebih tinggi pada lansia dibandingkan pada anak-anak. Lansia dengan kondisi tertentu seperti pneumonia, gagal jantung kongestif (CHF), asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) memiliki risiko rawat inap yang lebih tinggi ketika terinfeksi RSV19.

Selain itu, RSV dapat menyebabkan berbagai komplikasi pernapasan yang berat pada lansia, termasuk henti napas dan gagal napas, gangguan pernapasan, dan emfisema.

Lebih jauh lagi, sekitar 30% orang dewasa yang lebih tua mungkin mengalami komplikasi jantung ketika dirawat di rumah sakit karena RSV21. Satu dari empat pasien RSV (24,5%) mungkin memerlukan perawatan profesional di rumah setelah keluar dari rumah sakit.

Selain itu, satu dari empat (26,6%) pasien tersebut dirawat kembali dalam waktu tiga bulan setelah keluar dari rumah sakit, dan yang lebih memprihatinkan lagi, tiga dari sepuluh (33%) dapat meninggal karena komplikasi yang terkait dengan RSV dalam waktu satu tahun sejak waktu hospitalisasi.

Prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam 3 tahun di Asia Tenggara mencapai 15,2 juta kasus dan di Indonesia, prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam tiga tahun bisa mencapai 6,1 juta kasus.

"Pencegahan adalah kunci dalam kesehatan masyarakat, terutama untuk mengatasi penyakit pernapasan seperti RSV, yang lebih sering terjadi dan berbahaya dibandingkan flu,” ujar VP & Regional Medical Affairs Head – Vaccines GSK, Arnas Berzanskis, dalam keterangannya, Jumat, (20/12).

Dengan populasi lansia Indonesia yang terus meningkat, potensi beban kesehatan dan ekonomi akibat RSV pada orang dewasa perlu menjadi perhatian serius. Seiring dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan angka harapan hidup rata-rata masyarakat Indonesia, pencegahan RSV melalui vaksinasi dan edukasi menjadi langkah penting untuk mengurangi dampaknya, terutama pada kelompok berisiko tinggi. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya