Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Tes Darah Bisa Prediksi Risiko Kelahiran Prematur dengan Akurasi 97,5 Persen

Melani Pau
08/12/2024 21:30
Tes Darah Bisa Prediksi Risiko Kelahiran Prematur dengan Akurasi 97,5 Persen
Penelitian dari The Ohio State University mengembangkan tes darah yang mampu memprediksi risiko kelahiran prematur dengan akurasi hingga 97,5% sebelum usia kehamilan 20 minggu. (freepik)

MELAHIRKAN prematur masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan ibu hamil, meskipun telah banyak kemajuan dalam perawatan prenatal dan neonatal selama beberapa dekade terakhir. 

Laporan "March of Dimes" 2024 memberikan skor D+ untuk penanganan kelahiran prematur di Amerika Serikat.

Kelahiran prematur didefinisikan sebagai proses persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Pada 2023, sekitar 1 dari 10 kelahiran di AS terjadi secara prematur, menunjukkan hampir tidak ada perubahan dari tahun sebelumnya.

Namun, tim peneliti dari The Ohio State University College of Nursing, bekerja sama dengan Ohio State Wexner Medical Center, mengembangkan tes darah yang dapat memprediksi risiko kelahiran prematur dengan akurasi hingga 97,5%.

Dr. Shannon Gillespie, asisten profesor di The Ohio State University, menjelaskan  sekitar dua pertiga kasus kelahiran prematur terjadi secara spontan, yang dipicu perubahan fisik seperti kontraksi atau pecahnya air ketuban. 

Faktor risiko yang meningkatkan peluang kelahiran prematur:

  • Ras : Risiko lebih tinggi pada individu hamil berkulit hitam non-Hispanik, 1,4 kali dibandingkan kelompok lain.
  • Kesenjangan sosial-ekonomi dan kurangnya akses ke perawatan prenatal.
  • Berat badan ibu yang rendah sebelum kehamilan.
  • Penggunaan tembakau atau zat terlarang.
  • Jarak kehamilan yang pendek.
  • Riwayat kelahiran prematur spontan.
  • Kehamilan ganda.
  • Pendarahan vagina.
  • Infeksi saluran kemih atau genital.
  • Penyakit periodontal.

Selain itu, paparan stres psikologis, seperti diskriminasi rasial, kurang tidur, dan gejala kecemasan atau depresi, juga meningkatkan risiko.

Setelah satu dekade penelitian pada 257 partisipan, tim Gillespie menemukan  banyak faktor risiko kelahiran prematur memengaruhi sistem kekebalan tubuh secara halus. Tes ini dirancang mengukur perubahan fungsi kekebalan yang penting dalam memprediksi risiko kelahiran prematur.

Gillespie menyatakan tes ini dapat memprediksi risiko dengan akurasi hingga 97,5% jika dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Penelitian lebih lanjut tengah dilakukan untuk memastikan keandalan tes ini di awal kehamilan.

Saat ini, tes ini belum tersedia di fasilitas kesehatan. Namun, Gillespie berharap tes ini dapat menjadi bagian dari perawatan prenatal rutin dalam beberapa tahun mendatang.

Tujuan utama tes ini adalah memberikan informasi kepada ibu hamil untuk mendukung kesehatan mereka dan bayi. Misalnya, jika seseorang berisiko tinggi melahirkan prematur, dokter dapat memberikan obat untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi, meningkatkan peluang bertahan hidupnya.

Gillespie berharap tes ini dapat membuka jalan bagi perawatan kesehatan yang lebih personal. “Jika kita tahu apa yang menjadi penyebab risiko, kita dapat memilih intervensi yang tepat untuk orang yang tepat dan mencegah penyakit sepenuhnya,” ujarnya.

Melalui penelitian ini, Gillespie ingin menyampaikan pesan kepada mereka yang terdampak kelahiran prematur bahwa mereka tidak sendirian. "Kami berkomitmen penuh untuk menangani masalah ini, menawarkan intervensi yang terbukti, dan memberikan ketenangan pikiran bagi keluarga," tutupnya. (parents/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik