Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan kualitas udara yang buruk berpengaruh pada penurunan angka harapan hidup. Hal itu disampaikan Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes Anas Maruf dalam acara Climate and Air Quality Fair 2024.
Awalnya Anas mengatakan salah satu ciri dari negara maju adalah angka atau usia harapan hidup yang tinggi. Saat ini, kata dia, angka harapan hidup di Indonesia berkisar antara 72-73 tahun. Angka itu masih jauh tertinggal dari beberapa negara seperti Jepang dengan usia harapan hidup mencapai 84 tahun dan Korea di angka 83 tahun. Anas menyebut, salah satu faktor penyebab turunnya angka harapan hidup adalah kualitas udara yang buruk.
"Karena itu, lingkungan yang sehat perlu mendukung ini. Kualitas udara yang paling berpengaruh pada kesehatan. Dalam teori dikatakan kalau kita hidup di kualitas udara yang buruk bisa mengurangi usia harapan hidup bahkan 2 sampai 3 tahun," ucap Anas, Kamis (15/10).
Lebih lanjut, ia menuturkan kualitas udara yang buruk memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Sehingga perbaikan kualitas udara penting untuk menjadi perhatian bersama.
"Berbagai penyakit bisa ditimbulkan, seperti penyakit respiratori maupunpenyakit kardiovaskuler, jantung, paru-paru dan sebagainya. Itu salah satu faktor penyebabnya adalah kualitas udara yang buruk," ungkapnya.
Selain itu, Anas mengatakan buruknya kualitas udara di suatu wilayah paling berpengaruh pada kelompok usia lanjut dan anak-anak. "Dalam teori, kualitas udara yang buruk bisa menyebabkan adanya kasus bayi dengan berat badan lahir rendah. Kemudian kelahiran prematur dan sebagainya," pungkas dia.(M-3)
Secara rata-rata usia harapan hidup di Sleman baik laki-laki maupun perempuan mencapai 75,26 tahun.
Kemendukbangga/BKKBN meluncurkan program Sidaya untuk mengatasi masalah kesepian guna meningkatkan kualitas hidup lansia.
Program ini tidak hanya berfokus pada edukasi publik, tetapi juga memfasilitasi jembatan langsung antara masyarakat dan ruang-ruang pengambilan kebijakan.
Polusi udara yang semakin memburuk di Jakarta, menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus radang tenggorokan di masyarakat.
Partikel PM2.5 dan PM10 yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), mengi, asma sampai kematian berlebih termasuk sakit jantung.
Polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, setelah Tangerang Selatan, Banten dengan poin 191.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved