Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
REBOISASI (penghijauan kembali) dan deforestasi (penggundulan hutan) merupakan dua fenomena yang saling bertentangan dan memiliki dampak besar terhadap lingkungan Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berupaya mengurangi deforestasi dan meningkatkan upaya reboisasi.
Hutan adalah paru-paru bagi bumi. Layaknya tugas paru-paru dalam tubuh manusia, hutan bertugas menyalurkan oksigen kepada setiap makhluk hidup. Keberadaan hutan sebagai penyedia oksigen terbesar di bumi menjadikannya sebagai suatu ekosistem yang sangat esensial.
Semua makhluk hidup menjadikan hutan sebagai wadah untuk bertumbuh dan berkembang. Tidak hanya digunakan sebagai tempat bereproduksi, hutan juga menjadi penyedia kebutuhan yang substansial bagi manusia. Hubungan timbal balik yang menguntungkan bagi makhluk hidup ternyata memberikan dampak besar bagi keberlangsungan makhluk hidup.
Potensi hutan yang begitu berlimpah, khususnya di Indonesia, ternyata menjadi godaan bagi manusia. Kerakusan manusia untuk terus mengeksploitasi hutan memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementrian Lingkungan Hidup, laju kerusakan hutan Indonesia telah mencapai 3 juta ha per tahun. Angka tersebut adalah sebuah peringatan bagi masyarakat Indonesia. Hamparan hutan yang terus menerus mengalami penurunan setiap tahun menjadi alarm bahaya bagi keberlangsungan ekosistem.
Hutan memegang peranan yang penting dalam ekosistem, antara lain; ekologis, hidrologis, biologis-genetis, pedalogis-edafologis, dan klimatologis. Apabila kelima fungsi hutan ini tidak bisa berjalan dengan baik, planet bumi beserta dengan kehidupan di dalamnya akan memasuki fase kepunahan.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia. Meskipun memiliki hutan hujan tropis terbesar, kerusakan hutan tidak bisa dihindarkan.
Mengacu data yang dikeluarkan World Bank, kerusakan atau deforestasi terhadap hutan mencapai angka 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun. Namun data yang dikeluarkan World Bank masih belum menyentuh angka yang sebenarnya. Greenpeace mencatat bahwa deforestasi hutan di Indonesia pernah menyentuh angka tertingginya yaitu 3.800.000 ha per tahun.
Melansir dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hasil pemantauan hutan Indonesia tahun 2022 menunjukkan luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 96,0 juta ha atau 51,2 % dari total daratan, di mana 92,0 % dari total luas berhutan atau 88,3 juta ha berada di dalam kawasan hutan.
Menurut laporan terbaru yang dilansir dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Deforestasi Indonesia tahun 2021-2022 turun 8,4% dibandingkan hasil pemantauan tahun 2020-2021. Deforestasi netto Indonesia tahun 2021 -2022 adalah sebesar 104 ribu ha. Sementara, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113,5 ribu ha.
Melihat tren deforestasi yang dinilai masih cukup tinggi di Indonesia, lantas apa yang menjadi penyebab utama? Simak penjelasannya.
Deforestasi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Berikut adalah penyebab utama deforestasi di Indonesia.
Kebakaran hutan, baik yang disengaja maupun yang disebabkan cuaca ekstrem, telah menjadi salah satu penyebab utama deforestasi di Indonesia. Kebakaran ini sering kali terjadi pada musim kemarau yang panjang dan banyak dipicu kegiatan pembukaan lahan dengan cara membakar (tebang dan bakar), terutama untuk perkebunan kelapa sawit, karet, dan industri pulp dan kertas.
Perkebunan kelapa sawit menjadi penyumbang besar deforestasi, karena banyak lahan hutan yang dibuka untuk lahan kelapa sawit. Perkebunan ini mencakup wilayah yang luas. Meski dapat memberikan keuntungan ekonomi, dampaknya terhadap kerusakan ekosistem hutan yang sangat besar.
Deforestasi yang disebabkan perkebunan kelapa sawit sering kali ilegal atau tidak terkendali, menyebabkan hilangnya habitat flora dan fauna asli Indonesia, serta mengurangi keberagaman hayati.
Penebangan liar merupakan salah satu penyebab utama deforestasi, di mana pohon-pohon ditebang tanpa izin dari pemerintah untuk diperjualbelikan. Aktivitas ini biasanya dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan melibatkan jaringan ilegal yang mencuri kayu dari hutan untuk dijual. Dampak dari penebangan liar ini adalah hilangnya pohon-pohon berharga dan rusaknya struktur hutan.
Kegiatan pertambangan, baik legal maupun ilegal, juga berkontribusi besar terhadap deforestasi. Hutan dibuka untuk penambangan batu bara, emas, nikel, dan mineral lainnya. Selain itu, proses ekstraksi sering menyebabkan kerusakan tanah dan udara, yang berdampak buruk pada ekosistem di sekitarnya.
Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, permukiman, dan pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya, juga berperan dalam deforestasi. Urbanisasi yang pesat, terutama di kota-kota besar di Indonesia, menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang besar, mengurangi luas hutan.
Selain kelapa sawit, perkebunan karet juga merupakan salah satu penyebab deforestasi. Sama halnya dengan kelapa sawit, lahan hutan dibuka untuk menanam karet, yang kemudian digunakan untuk memenuhi permintaan industri karet dan bahan baku pulp dan kertas. Kegiatan ini sering kali mengabaikan lingkungan.
Banyak penduduk di daerah pedesaan yang bergantung pada hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kemiskinan dan kurangnya akses terhadap alternatif mata pencaharian sering mendorong masyarakat untuk membuka hutan demi bertani atau mencari kayu untuk dijual. Meskipun mungkin tidak seburuk kegiatan ilegal lainnya, praktek ini juga menyumbang pada deforestasi dalam skala kecil tetapi terus-menerus.
Perubahan iklim global, yang menyebabkan peningkatan suhu dan cuaca ekstrem, juga berperan dalam memperburuk deforestasi. Misalnya, peningkatan suhu dapat menyebabkan kebakaran hutan yang lebih mudah terjadi. Selain itu, perubahan pola curah hujan dapat memengaruhi keberlanjutan hutan tropis Indonesia.
Walaupun pemerintah Indonesia telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi deforestasi, implementasi yang lemah dan penegakan hukum yang tidak konsisten masih menjadi masalah. Praktik illegal logging dan pembukaan lahan secara tidak sah sering kali dibiarkan begitu saja tanpa sanksi yang tegas.
Secara keseluruhan, deforestasi di Indonesia adalah hasil dari interaksi berbagai faktor ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan. Penyelesaian masalah ini membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan organisasi lingkungan untuk memastikan kelestarian hutan Indonesia.
Usaha menjaga kelestarian hutan Indonesia masih harus menempuh jalan yang panjang. Kesadaran menjaga hutan dari semua pihak menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Hubungan hutan dan manusia pada dasarnya adalah kebersatuan. Kebersatuan yang menghasilkan suatu relasi dinamis yang memungkinkan suatu perubahan secara terus menerus.
Tindakan pengrusakan hutan yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia berdampak buruk bagi kehidupan. Ribuan bahkan jutaan orang di Indonesia merasakan penderitaan. Kehilangan harta benda bahkan nyawa adalah hal biasa. Segenap masyarakat perlu menyadari pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan. Diperlukan tindakan nyata untuk melestarikannya.
Semua pihak harus mengambil bagian dalam upaya tersebut. Manusia membutuhkan makhluk hidup yang lain untuk bisa berkembang sebagai seorang manusia penuh. Maksud dari pemahaman ini adalah manusia tidak bisa menanggung tugas menjaga kelestarian hutan seorang diri.
Dibutuhkan kerja sama dan mengesampingkan ego masing-masing demi tujuan mulia ini. Dengan segala kemampuan yang ada, manusia seharusnya bisa untuk memenuhi tugas tersebut.
Tren reboisasi di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan dan perkembangan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi tren ini antara lain kebijakan pemerintah, kesadaran masyarakat, serta partisipasi sektor swasta dan organisasi non-pemerintah.
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program reboisasi dan restorasi ekosistem untuk mengurangi deforestasi dan meningkatkan kelestarian hutan. Salah satunya adalah program Restorasi Ekosistem yang bertujuan untuk memulihkan kawasan hutan yang rusak. Selain itu, ada juga inisiatif seperti Kemitraan Konservasi Hutan yang melibatkan masyarakat dan perusahaan dalam pemulihan hutan.
Kesadaran terhadap pentingnya reboisasi semakin meningkat, terutama di kalangan generasi muda. Kampanye tentang perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan pentingnya keberagaman hayati telah mendorong banyak pihak untuk terlibat dalam kegiatan penanaman pohon dan pemeliharaan hutan.
Banyak perusahaan dan organisasi non-pemerintah (NGO) yang ikut aktif dalam program reboisasi. Beberapa perusahaan di sektor perkebunan dan kehutanan, misalnya, menerapkan prinsip kepunahan dalam operasional mereka, seperti melakukan reboisasi dan penghijauan lahan. LSM juga sering mengadakan program penghijauan, termasuk di wilayah pesisir yang rawan terjadinya abrasi.
Melansir dari Pattiro, pemerintah menetapkan target rehabilitasi hutan dan lahan seluas 420 ribu ha setiap tahunnya atau 2,1 juta ha pada 2020-2024.
Pada periode 2015-2019 lalu, rehabilitasi hutan dan lahan juga menjadi program prioritas pemerintah. Dalam implementasinya, pemerintah telah merehabilitasi 1,18 juta ha lahan kritis di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai. Namun demikian, jumlah tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 5,5 juta ha.
Meskipun ada kemajuan, masih terdapat beberapa tantangan dalam proses reboisasi di Indonesia, seperti masalah perubahan hutan, kebakaran hutan, dan konversi lahan untuk pertanian atau industri. Selain itu, perubahan iklim juga mempengaruhi keberhasilan reboisasi, karena beberapa jenis pohon mungkin tidak dapat tumbuh dengan baik di area tertentu. (Z-3)
Sumber:
Pemerintah mengusung empat strategi utama: pencegahan deforestasi, pengelolaan hutan lestari, perlindungan ekosistem gambut, dan rehabilitasi hutan dan lahan.
JARINGAN Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) mendesak Gubernur Riau Abdul Wahid menghentikan budaya bagi-bagi sembako yang dilakukan gubernur sebelumnya untuk korban banjir di Riau.
MAPEI meluncurkan produk Mapelastic Zero di Indonesia pada awal Januari 2025 yang menawarkan solusi waterproofing yang efisien dan ramah lingkungan dengan sertifikasi EPD
Menhut Raja Juli Antoni menegaskan rencana 20,6 juta hektare lahan hutan untuk dimanfaatkan cadangan pangan, energi, dan air dengan kondisi terbuka karena kebakaran hutan, bukan deforestasi
BENCANA ekologis yang semakin besar membayangi rencana pemerintah membuka lahan 20 juta hektare hutan untuk alasan pangan dan energi.
MENURUT laporan Global Forest Watch, laju deforestasi hutan Indonesia sekitar 9,7 juta hektar pada periode 2001––2020.
MENYAMBUT Hari Menanam Pohon Indonesia setiap 28 November, Pupuk Kaltim kembali menegaskan komitmennya terhadap pengurangan emisi karbon melalui program Community Forest.
Program pembagian bibit pohon gratis yang digagas KLHK menjadi langkah penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Indonesia, dengan iklim tropisnya, menjadi rumah bagi berbagai jenis pohon yang memberikan manfaat ekologis, ekonomi, dan budaya. Ini pohon yang paling banyak ditanam.
Menanam pohon adalah langkah penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung keberlanjutan hidup. Ini panduan praktis menanam pohon.
Delapan pohon ini memiliki peran penting dalam menyerap karbon dioksida dan membantu mengurangi efek gas rumah kaca. Simak penjelasannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved