Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan pemerintah mengatur takaran gula dalam makanan anak guna mencegah penyakit tidak menular seperti diabetes melitus pada anak.
"Saya kira sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian, sebagaimana pada bahaya rokok, terhadap bahaya gula ini," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso, dikutip Kamis (28/11).
Piprim menyarankan pemerintah juga mengatur pencantuman takaran gula pada kemasan setiap makanan yang dapat dikonsumsi anak-anak.
"Misalnya, memberi setiap minuman manis (kadar gulanya) setara dengan berapa sendok gula pasir," katanya.
Ia mengemukakan pencantuman takaran gula pada makanan dapat membantu meningkatkan perhatian orangtua terhadap kadar gula dalam makanan anak, mengingat prevalensi diabetes pada anak cenderung meningkat.
Menurut data IDAI, pada pertengahan 2022, prevalensi diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat dibandingkan 2010. IDAI mencatat dua kasus diabetes per 100 ribu anak.
"Kenapa gula ini begitu berbahaya? Karena gula tidak dianggap berbahaya. Berbeda dengan rokok misalkan, rokok itu dianggap berbahaya
karena ada tulisan 'Rokok dapat membunuhmu'," ujar Piprim.
"Tapi kalau gula? Sampai saat ini kita belum melihat peringatan terhadap minuman atau makanan yang mengandung gula tinggi," tambahnya.
Dia menyampaikan makanan dan minuman yang dijual di pasaran saat ini sebagian besar mengandung gula atau pemanis buatan, yang jika
dikonsumsi terus menerus bisa membahayakan kesehatan.
Piprim menjelaskan, ketika anak mengonsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat cepat serap, kadar gula darah anak akan cepat melonjak dan kemudian menurun secara cepat.
"Inilah yang memicu anak menjadi crancky, lapar, mengamuk, dan akan reda bila diberikan gula lagi," ungkap Piprim.
"Begitu terus, sehingga terjadi lingkaran setan, dan akhirnya anak menjadi adiksi, overnutrisi, overkalori, dan akhirnya terjadilah PTM seperti diabetes melitus, hipertensi, ginjal, dan lain sebagainya," imbuhnya.
Piprim menekankan pentingnya mencegah anak-anak mengonsumsi gula berlebihan untuk melindungi mereka dari risiko penyakit tidak menular (PTM). (Ant/Z-1)
Dalam istilah ilmiah, gula merupakan sakarida, terutama glukosa, fruktosa, dan sukrosa, yang mudah diserap dan digunakan oleh tubuh.
Konsumsi gula secara berlebihan dan tidak mengatur pola makan yang sehat juga bisa menyebabkan timbulnya beberapa penyakit yang bisa mengancam kesehatan tubuh.
Saat dilakukan pemeriksaan di atas kapal, tim menemukan sebanyak 500 karung beras dengan total berat sekitar 5 ton serta 400 pak gula pasir seberat 14,6 ton.
Gula bisa berasal dari bahan alami (seperti buah, madu, dan tebu) atau buatan (seperti pemanis sintetis).
Pola hidup yang sering mengombinasikan nasi sebagai karbohidrat utama dengan sumber karbohidrat lainnya dari tepung-tepungan dapat meningkatkan risiko diabetes melitus.
Menurut peraturan tentang konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL), batas harian gula adalah 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan.
Memasuki usia 50 tahun, penting untuk lebih selektif dalam memilih makanan. Simak daftar 10 jenis makanan yang perlu dihindari.
Jepang dikenal luas sebagai salah satu negara dengan masyarakat tersehat di dunia.
Data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa 19,7% anak usia 5–12 tahun dan 14,3% anak usia 13–18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Diabetes melitus dan obesitas dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kandung empedu yang signifikan.
Semua upaya menjaga keamanan pangan dimulai dari satu hal sederhana: kebersihan.
Di Jakarta Fair 2025, produk makanan masih menjadi primadona bagi para pengunjung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved