Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
GULA dan garam, dua bahan dapur yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita, ada hampir di setiap makanan yang kita nikmati. Namun, tahukah Anda bahwa keduanya, jika dikonsumsi berlebihan, dapat membahayakan kesehatan tubuh?
Kebiasaan mengonsumsi gula dan garam secara berlebihan dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit tidak menular (PTM), seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit ginjal.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan 63 persen penyebab kematian di dunia, dengan sekitar 36 juta jiwa per tahun. Di Indonesia sendiri, PTM menyebabkan 1,4 juta kematian atau 73% dari total kematian.
Gula tambahan dalam makanan dan minuman manis dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, kerusakan gigi, dan beberapa jenis kanker. Gula berlebihan juga memicu peradangan kronis yang memperburuk kondisi kesehatan lainnya.
Di sisi lain, garam yang mengandung natrium penting bagi tubuh, namun konsumsi berlebih dapat menyebabkan hipertensi, yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Garam juga dapat merusak ginjal, meningkatkan risiko osteoporosis, dan memperburuk penyakit ginjal kronis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan panduan konsumsi gula, garam, yang tepat agar tubuh selalu sehat dan terhindar dari penyakit kronis. Berikut ini adalah penjelasannya:
Gula
WHO merekomendasikan agar asupan gula tidak melebihi 5% dari total kebutuhan kalori harian. Berikut adalah batas konsumsi gula yang disarankan berdasarkan usia:
• Dewasa: Tidak lebih dari 30 gram (sekitar 7 sendok teh) per hari
• Anak-anak (7–10 tahun): Tidak lebih dari 24 gram (sekitar 6 sendok teh) per hari
• Anak-anak (2–6 tahun): Tidak lebih dari 19 gram (sekitar 4 sendok teh) per hari
Garam
Berikut adalah batas asupan garam yang disarankan berdasarkan usia:
• Kurang dari 1 tahun: Tidak lebih dari 1 gram per hari
• Usia 1–3 tahun: Tidak lebih dari 2 gram per hari
• Usia 4–6 tahun: Tidak lebih dari 3 gram (sekitar 1/2 sendok teh) per hari
• Usia 7–10 tahun: Tidak lebih dari 5 gram per hari
• Usia 11 tahun ke atas: Tidak lebih dari 6 gram (sekitar 1 sendok teh) per hari
Menghindari konsumsi gula dan garam berlebihan memang memerlukan kehati-hatian, terutama dalam memilih makanan sehari-hari. Beberapa makanan kemasan, makanan cepat saji, dan bumbu instan sering kali mengandung gula dan garam yang tinggi, yang dapat membahayakan kesehatan.
Namun, ada banyak pilihan makanan sehat yang bisa membantu mengatur asupan gula dan garam agar tetap seimbang. Dilansir dari beberapa sumber berikut adalah beberapa pilihan makanan yang bisa menjadi solusi untuk menjaga kesehatan tubuh:
Buah-buahan segar merupakan sumber gula alami yang lebih sehat dibandingkan dengan gula tambahan. Buah kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh. Hindari membuat jus buah dengan pemanis tambahan dan lebih baik menikmati buah dalam bentuk utuh agar mendapatkan manfaat seratnya.
Contoh buah:
• Pisang
• Alpukat
• Apel
• Jeruk
• Stroberi
• Mangga
Sayur-sayuran sangat rendah kalori, gula, dan garam, serta mengandung banyak serat yang baik untuk pencernaan. Konsumsilah sayuran segar atau masak dengan cara merebus atau mengukus untuk mempertahankan nutrisinya tanpa menambah garam. Hindari menggunakan bumbu instan atau garam berlebih.
• Bayam
• Brokoli
• Tomat
• Selada
• Wortel
• Mentimun
Makanan yang kaya protein dapat memberikan rasa kenyang lebih lama dan membantu mengatur kadar gula darah. Pilih cara memasak yang sehat seperti memanggang, merebus, atau mengukus, dan hindari menggoreng dengan minyak berlebihan. Gunakan bumbu alami seperti rempah-rempah, lemon, atau cuka untuk menambah rasa tanpa menambah garam.
Contoh makanan berprotein:
• Ikan (salmon, tuna, sarden)
• Telur rebus
• Kacang-kacangan (kacang almond, kacang mede, kacang merah)
• Dada ayam
• Tempe
• Tahu
• Daging tanpa lemak (daging sapi, daging ayam)
Meskipun beberapa makanan fermentasi mengandung garam, konsumsi dalam jumlah moderat lebih sehat dibandingkan dengan makanan olahan atau cepat saji. Pilih produk fermentasi yang rendah garam dan tanpa tambahan gula. Nikmati makanan fermentasi dalam bentuk alami tanpa perlu menambah garam atau gula tambahan.
Contoh makanan fermentasi:
• Tempe
• Kimchi
• Yogurt tanpa pemanis
• Miso
• Sauerkraut
• Kefir
Menjaga keseimbangan konsumsi gula dan garam berperan besar dalam kesehatan tubuh. Dengan memilih makanan yang tepat, kita bisa mengurangi risiko penyakit kronis dan mendukung kesehatan jangka panjang. (Z-10)
Sumber:
Pada makanan yang dimasak di rumah, setiap porsinya dapat ditakar sesuai kebutuhan. Hal ini berbeda dengan langsung menggunakan bumbu cepat saji.
Garam banyak digunakan sebagai penyedap rasa dan pengawet makanan. Garam yang biasa digunakan sehari-hari biasanya sudah ditambahkan yodium untuk mencegah gondok.
Selama tiga hari OMC telah dilaksanakan 7 sortie penyemaian yang menggunakan 5,6 ton bahan semai dengan durasi penerbangan selama 5 jam 10 menit.
Untuk terus meningkatkan pemahaman tentang gizi seimbang, bijak dalam mengkonsumsi garam, dan kesehatan keluarga, PT Ajinomoto Indonesia memberikan edukasi kepada PKK di 15 kota.
Jourdy Pranata menekankan bahwa rumah yang menjadi lokasi syuting film Pernikahan Arwah itu mempunyai energi yang kuat.
KKP telah merancang program swasembada garam yang melibatkan berbagai pihak, termasuk petambak garam, pemerintah daerah serta pelaku industri.
Proses menggoreng menghasilkan senyawa berbahaya, termasuk senyawa karsinogenik yang berpotensi meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Oat dan gandum utuh terbukti secara ilmiah bisa membantu menurunkan kolesterol karena tinggi serat larut yang dapat mengikat kolesterol dalam usus.
Sarapan adalah bagian penting dari rutinitas harian yang tidak boleh dilewatkan, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Faktanya, sarapan menyumbang sekitar 20% energi harian
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved