Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

6 Proses Terjadinya Aurora

Reynaldi Andrian Pamungkas
21/11/2024 23:59
6 Proses Terjadinya Aurora
Gambar ini menunjukkan cahaya utara (Aurora Borealis) di atas gunung di Utakleiv pada 3 Maret 2023 di Kepulauan Lofoten(Olivier MORIN / AFP)

AURORA adalah fenomena alam yang menampilkan cahaya berwarna-warni yang terlihat di langit malam, terutama di daerah kutub.

Aurora terjadi akibat interaksi antara partikel bermuatan yang datang dari Matahari, yang dikenal sebagai angin matahari, dengan atmosfer Bumi.

Fenomena ini muncul dalam dua bentuk utama, yaitu Aurora Borealis (di Kutub Utara) dan Aurora Australis (di Kutub Selatan).

Aurora terbentuk ketika partikel-partikel tersebut bertabrakan dengan gas-gas di atmosfer Bumi, seperti oksigen dan nitrogen, dan melepaskan energi dalam bentuk cahaya yang terlihat sebagai cahaya berwarna-warni di langit.

Berikut 6 Proses Terjadinya Aurora

1. Partikel Bermuatan dari Matahari (Angin Matahari)

Proses dimulai dengan angin matahari, yaitu aliran partikel bermuatan (seperti proton dan elektron) yang berasal dari Matahari. Angin matahari ini membawa energi dalam bentuk partikel bermuatan tinggi yang bergerak menuju Bumi dengan kecepatan tinggi.

Proses ini terjadi secara terus-menerus, sehingga Bumi selalu dipengaruhi oleh angin matahari.

2. Partikel Bertabrakan dengan Magnetosfer Bumi

Ketika angin matahari mendekati Bumi, sebagian besar partikel ini akan terperangkap oleh magnetosfer Bumi, yaitu lapisan medan magnet yang mengelilingi Bumi.

Magnetosfer berfungsi sebagai perisai yang melindungi Bumi dari sebagian besar radiasi matahari. Namun, sebagian partikel tersebut masih dapat masuk ke atmosfer Bumi, terutama di dekat kutub magnetik.

3. Pemusatan Partikel di Kutub Magnetik

Partikel bermuatan yang berhasil memasuki atmosfer Bumi terarah ke kutub utara dan selatan karena medan magnet Bumi.

Daerah kutub magnetik adalah tempat terjadinya konsentrasi tinggi dari partikel-partikel ini, yang selanjutnya akan menabrak atmosfer Bumi.

4. Interaksi dengan Molekul Gas di Atmosfer

Ketika partikel bermuatan ini masuk ke atmosfer, mereka bertabrakan dengan molekul gas, terutama molekul oksigen dan nitrogen yang terdapat di atmosfer bagian atas (sekitar 80 hingga 300 km di atas permukaan Bumi).

Tabrakan ini menyebabkan excitation atau pergerakan energi yang meningkatkan keadaan energi molekul gas tersebut.

5. Pelepasan Energi dalam Bentuk Cahaya

Setelah molekul gas tereksitasi, mereka kembali ke keadaan energi yang lebih rendah dengan melepaskan energi dalam bentuk cahaya. Inilah yang kita lihat sebagai aurora.

Warna aurora tergantung pada jenis gas yang terlibat:

  • Oksigen menghasilkan warna hijau (warna paling umum) dan merah pada ketinggian yang lebih tinggi.
  • Nitrogen menghasilkan warna biru atau ungu muda.

6. Fenomena Cahaya yang Terlihat di Langit

Cahaya yang dilepaskan oleh molekul-molekul gas ini menciptakan pola yang bergerak atau berkelap-kelip di langit, yang kita kenal dengan nama aurora borealis (di kutub utara) atau aurora australis (di kutub selatan).

Fenomena aurora ini biasanya terjadi di sepanjang daerah kutub magnetik, meskipun terkadang aurora bisa terlihat lebih jauh dari kutub pada kondisi tertentu.

Proses terjadinya aurora melibatkan interaksi antara partikel bermuatan dari Matahari dengan atmosfer Bumi. Ketika partikel-partikel ini bertabrakan dengan gas-gas di atmosfer, energi dilepaskan dalam bentuk cahaya yang membentuk aurora. Fenomena alam ini merupakan hasil dari interaksi yang rumit antara angin matahari, medan magnet Bumi, dan atmosfer Bumi. (Z-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi
Berita Lainnya