Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SAAT melihat senyum ceria anak-anak, pernahkah Anda berpikir bagaimana kehidupan anak-anak tersebut? Apakah benar-benar bahagia, atau justru sedang menghadapi berbagai masalah berat yang jarang disadari orang?
Hari Anak Sedunia, yang diperingati setiap 20 November, hadir sebagai pengingat pentingnya mengedepankan kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia. Hal ini mencakup berbagai aspek seperti ekonomi, pendidikan, keamanan, hingga kesehatan baik kesehatan fisik, maupun mental.
Perlu Anda ketahui, di berbagai belahan dunia, jutaan anak masih menghadapi masalah-masalah yang sering membuat mereka merasa terancam hingga menimbulkan rasa takut. Apa saja masalah yang kerap terjadi? Simak beberapa masalah yang dialami anak-anak internasional berikut ini.
Melansir dari Human Rights Careers, banyak anak di seluruh dunia menghadapi masalah besar. Padahal, di usia yang masih sangat muda, anak-anak seharusnya bisa bermain dengan teman-teman tanpa khawatir tentang masalah kehidupan.
Berikut adalah beberapa masalah yang sering dihadapi anak dan masih menjadi momok yang patut diperhatikan di seluruh dunia:
Kemiskinan adalah salah satu masalah paling serius yang dialami anak-anak di seluruh dunia saat ini. Data dari UNICEF menunjukkan pada 2022 sekitar 333 juta anak hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Meski anak-anak hanya mencakup sepertiga dari total populasi dunia, angka tersebut menyumbang setengah dari jumlah orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari US$2,15 per hari atau setara dengan dengan sekitar Rp33.000 jika kursnya Rp15.500.
Kondisi ini berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan anak-anak, mulai dari kesehatan, akses terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih dan makanan, hingga kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Selain itu, kemiskinan juga meningkatkan risiko kematian anak-anak pada usia dini. Tentu saja, masalah ini seharusnya menjadi sorotan betapa pentingnya perhatian dan tindakan untuk melindungi masa depan generasi muda.
Menurut Save the Children, sebanyak 153 juta anak di dunia mengalami kekurangan pangan.
Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak kelaparan. Bahkan, 1 dari 5 kematian anak di bawah usia lima tahun disebabkan oleh kekurangan makanan bergizi.
Meskipun sebagian anak dapat bertahan lebih lama saat kelaparan, kasus ini tetap membawa dampak buruk seperti terganggunya perkembangan fisik dan kemampuan berpikir.
Kelaparan yang menimpa anak-anak juga dipicu oleh berbagai masalah seperti kemiskinan, perubahan iklim, migrasi paksa, perang, dan konflik.
Beberapa negara yang menghadapi krisis kelaparan cukup parah antara lain Korea Utara, dengan lebih dari 53% penduduknya kekurangan gizi, Kongo dengan 35,3% anak mengalami kekurangan gizi pada 2021, dan Sudan Selatan yang diperkirakan memiliki lebih dari 1,6 juta anak balita menderita kekurangan gizi akut pada 2024.
Selain itu, negara-negara seperti Somalia, Yaman, Chad, Madagaskar, Haiti, Niger, dan Liberia juga mengalami kondisi serupa.
Pada 2021, UNICEF mencatat 5 juta anak di bawah usia lima tahun meninggal dunia, sebagian besar karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah, seperti malaria, pneumonia, dan diare.
Vaksinasi memiliki potensi untuk menyelamatkan jutaan nyawa anak di dunia. Namun, pada 2022, 20,5 juta anak tidak mendapatkan vaksin sehingga berdampak kematian.
Pendidikan adalah hak dasar setiap anak, tetapi sayangnya, banyak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar yang layak. Pada 2022, PBB melaporkan bahwa 244 juta anak usia 6-18 tahun tidak bersekolah.
Wilayah dengan masalah terbesar adalah Afrika Sub-Sahara, yang memiliki jumlah anak putus sekolah tertinggi, diikuti oleh Asia Tengah dan Selatan.
Meski begitu, kabar baiknya adalah kesenjangan gender dalam pendidikan mulai berkurang
Pekerja anak menjadi isu serius di berbagai belahan dunia. Banyak anak terpaksa bekerja di sektor pertanian, tambang, atau pekerjaan rumah tangga.
Kondisi ini melanggar hak asasi anak karena berdampak buruk pada kesehatan, kesejahteraan, dan berkurangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Menurut UNICEF, lebih dari 1 dari 5 anak usia 5-17 tahun di negara-negara termiskin terjebak dalam situasi ini.
Kemiskinan menjadi penyebab utama, mendorong keluarga untuk melibatkan seluruh anggota, termasuk anak-anak, dalam mencari penghasilan.
Semua masalah ini tentu saja akan mempengaruhi kesehatan mental anak-anak di masa depan.
Kasus-kasus seperti ini seharusnya menjadi pengingat betapa pentingnya tindakan dari masyarakat global dan pemerintah untuk memberikan perlindungan, pendidikan, dan peluang hidup yang lebih baik bagi anak-anak di seluruh dunia. (UNICEF, Human Rights Careers/Z-1)
Wulan Sari AS menyampaikan peringatan Hari Anak Sedunia kali ini dihadapkan pada realitas yang menyakitkan tentang ketidakadilan yang masih dialami perempuan dan anak-anak,
Sebagai inisiatif PBB, Hari Anak Sedunia berfokus pada pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak yang tercantum dalam Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak.
Hari Anak Sedunia memiliki sejarah panjang yang bermula pada 1925 ketika Konferensi Dunia untuk Kesejahteraan Anak diadakan di Jenewa, Swiss.
Anak bukanlah sekadar kepemilikan orangtua atau objek yang tidak berdaya. Sebagai individu, mereka memiliki hak yang harus dihormati dan dilindungi oleh semua pihak.
Kota Layak Anak adalah kabupaten atau kota yang telah mengintegrasikan prinsip-prinsip pemenuhan hak anak dan perlindungan anak dalam sistem pembangunan daerah.
Ada banyak lembaga internasional yang hadir untuk memastikan hak -hak anak dilindungi, mulai dari memberikan pendidikan hingga melawan eksploitasi.
Ia juga menyampaikan target perbaikan sistem penyaluran bantuan dalam empat bulan ke depan untuk memastikan tidak ada bantuan yang salah sasaran.
Pemerintah memastikan tidak akan mengadopsi data kemiskinan yang dirilis Bank Dunia.
Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pemerintah akan merevisi data angka kemiskinan nasional.
PRESIDEN Prabowo Subianto menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045. Prabowo mengaku optimistis dapat merealisasikan target tersebut.
Papua Tengah masih menempati urutan kedua tertinggi dalam tingkat buta huruf di Indonesia.
MEMBEKALI generasi muda dengan jiwa kepemimpinan disebut bisa menjadi langkah awal untuk memberantas kemiskinan di Indonesia di masa depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved