Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pasien Stroke Butuh Fisioterapi Rutin untuk Perbaiki Kondisi

Basuki Eka Purnama
07/11/2024 04:42
Pasien Stroke Butuh Fisioterapi Rutin untuk Perbaiki Kondisi
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis saraf RSUD Tanjung Priok Priyanka Ganesha Utami mengatakan pasien membutuhkan fisioterapi rutin untuk dapat memperbaiki kondisi kesehatannya setelah terkena stroke.

"Jadi, di dalam tubuh kita ada pembuluh darah besar dan kecil, kalau kita kenanya pembuluh darah yang kecil, mungkin bisa membaik fungsinya," kata Priyanka dalam sebuah diskusi daring, dikutip Kamis (7/11).

Priyanka menjelaskan, saat ini, penyakit stroke menempati posisi kedua sebagai penyebab kematian terbanyak di dunia dan pertama di Indonesia. 

Penderitanya terkena serangan otak (brain attack) yang menyebabkan lemas setengah badan hingga buta pada satu mata secara mendadak.

Dalam proses penyembuhannya, tenaga medis perlu melihat terlebih dahulu penyebab stroke yang diderita pasien. Apabila stroke terjadi akibat adanya pecah pembuluh darah yang kecil di otak, proses fisioterapi akan jauh lebih mudah dilakukan.

"Kalau kita kenanya di pembuluh darah yang kecil, mungkin kita bisa membaik fungsinya (dengan fisioterapi). Tapi di dalam otaknya, masih
ada bekas luka dan kita bisa reparasi itu, caranya dengan fisioterapi," ucap dia.

Ia mengatakan semakin rutin dilakukan, akan ada perubahan fungsi pada otak pasien sehingga sel-sel di dalamnya akan tumbuh secara perlahan.

"Kita katakan sebagai neuroplastisitas, jadi otak kita tumbuh, kita bisa memolding seperti plastisin," katanya.

Selain fisioterapi, tolak ukur lain yang dokter lihat dalam proses penyembuhan pasien stroke yakni tergantung pada gejala strokenya secara
fungsional.

Biasanya para dokter akan melakukan penilaian menggunakan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), yakni sebuah skala nilai yang digunakan untuk menilai keparahan stroke dan respons terhadap terapi trombolisis.

Priyanka mengatakan semakin kecil nilai yang tertera pada NIHSS, maka pasien akan lebih mudah untuk direhabilitasi.

"Sebaliknya, kalau semakin berat, dia stroke berkali-kali sampai disabilitas berat yang dia tiduran saja, itu akan lebih sulit melakukan
rehabilitasinya," pungkas Priyanka. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya