Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Kendalikan Tuberkulosis Resisten Obat secara Komprehensif

M Iqbal Al Machmudi
07/11/2024 06:53
Kendalikan Tuberkulosis Resisten Obat secara Komprehensif
Tenaga kesehatan menunjukkan hasil rontgen thorax salah satu pasien di RSUD Kota Tangerang, Banten, Selasa (21/3/2023)(ANTARA/FAUZAN)

INDONESIA masih menjadi kasus tuberkulosis (Tb) nomor dua tertinggi di dunia. Oleh karena itu salah satu komitmen Presiden RI Prabowo Subianto bahwa Tb harus menjadi prioritas untuk mempercepat upaya eliminasi untuk menurunkan kasus dan beban Tb di Indonesia.

"Saat ini sudah banyak upaya yang dilakukan termasuk upaya dalam 2 tahun terakhir untuk meningkatkan jumlah kasus Tb yang berhasil ditemukan namun masih banyak PR terutama untuk memastikan selain ditemukan pasien tersebut diobati sampai selesai," kata Ketua Yayasan Stop Tuberkulosis Partnership Nurul HW Luntungan saat dihubungi, Rabu (6/11).

Salah satu isu yang masih menjadi kendala saat ini masih tinggi jumlah penemuan khusus di rumah sakit sehingga penguatan di fasilitas kesehatan tingkat primer khususnya rumah sakit swasta. 

"Juga masih perlu jadi perhatian dan juga upaya yang perlu dilakukan untuk memastikan pasien tersebut betul-betul berobat sampai selesai," ucapnya.

Ia mengatakan pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) di Indonesia saat ini masih cukup banyak kendala terutama untuk menemukan orang-orang yang mengalami RO.

Kendala lainnya adalah terkait ekonomi. Pengobatan Tb RO masih memanfaatkan banyak dana hibah luar negeri, yang ke depannya tidak akan terus ada.

"Maka Indonesia harus punya regulasi dan juga bisa memberikan perlindungan sosial bukan hanya obatnya saja yang gratis tapi bagaimana pasien dengan Tb yang kebanyakan mereka adalah pekerja harus istirahat dulu dari pekerjaannya yaitu bisa mendapat tunjangan supaya pengobatannya sampai selesai tanpa harus jatuh miskin," jelasnya.

Sekitar 83% orang dengan Tb RO akan jatuh miskin karena pengobatan yang lama dan tidak bisa bekerja.

Dihubungi terpisah Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan obat Tb saat ini ditanggung pemerintah baik SO maupun RO. Oleh karena itu tidak ada pemisahan obat mahal maupun murah.

"Pengobatan 6 bulan bahkan ada yang 4 bualn. Tidak ada pemisahan pengobatan mahal atau murah pada Tb RO ataupun SO," ujar Tjandra.

Ia berharap bahwa Presiden RI Prabowo Subianto bisa memfokuskan pengendalian Tb pada 100 hari pertama kerjanya.

"Kita ketahui bahwa pengendalian tuberkulosis merupakan salah satu prioritas kesehatan Presiden Prabowo, dan baik kalau jadi bagian dan kegiatan 100 hari pertama pemerintah," pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya