Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
KETUA Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan anak yang sering menggunakan gawai atau gadget secara berlebihan bisa terganggu perkembangan bicaranya.
Ia mengungkapkan, dokter biasanya bisa melihat perkembangan bicara seorang anak apakah normal atau tidak dari teriakannya. Anak yang teriakannya tidak terarah, melengking, disertai dengan sedikit hiperaktif maka bisa ada indikasi mengalami gangguan dalam perkembangan bicaranya.
"Setelah kita telusuri kembali akhir-akhir ini memang banyak sekali anak-anak yang terpapar dengan gadget secara berlebihan. Bahkan banyak yang sampai pada tahap gadget addict. Ketika adiksi terhadap gadget terjadi pada saat anak itu belum bisa bicara lancar maka berpotensi menghambat kemampuan bicaranya," kata Piprim dalam konferensi pers secara daring, Selasa (15/10).
Fenomena itu menjadi sering terlihat di era pascapandemi covid-19. Sebenarnya, terapinya sederhana yakni dengan puasa gadget satu bulan maka bisa terlihat lagi perbaikan yang sangat signifikan.
Teknologi tentu memberikan dampak positif. Namun juga harus hati-hati terhadap dampak negatif seperti paparan gadget pada anak-anak yang seharusnya masih bisa dilakukan stimulasi secara langsung oleh orangtuanya.
"Kita tahu bahwa orangtua yang mengajak bercerita, mengajak ngobrol anaknya, membetulkan suku kata kalau ada salah ucap, sangat penting bagi perkembangan bahasa dibandingkan ketika orangtuanya sibuk dengan gadget," tutur Piprim.
Sementara anaknya dibiarkan menonton film atau Youtube meskipun pada kategori anak-anak. Tapi stimulasi langsung dari orangtua yang seharusnya bisa dilakukan dua arah hilang. Padahal, imbuh Piprim, ini salah satu kunci keberhasilan stimulasi pada anak.
"Kita tahu anak butuh asih, asuh, dan asah yakni dikasihi dengan sepenuh cinta yang itu tidak bisa diberikan oleh gadget. Kemudian asuh, tentu saja diberi nutrisi yang baik, diberi imunisasi, diberi sandang pangan yang baik dan terakhir adalah asah dengan baik. Diberikan stimulasi secara langsung oleh orangtua maupun oleh caregivernya," tukasnya.
Jangan sampai anak dilimpahkan kepada gadget. Memang anak menjadi tenang dan orangtua tidak terganggu. Tetapi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangannya dan juga aspek-aspek negatif lain pada anak-anak.(M-3)
ANGGOTA Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz menilai penggunaan gawai (gadget) tak baik jika dijadikan alat utama pembalajaran untuk anak sekolah di jenjang SD, SMP maupun SMA.
Fenomena ini, menurut Kak Seto, tak lepas dari lemahnya interaksi sosial di dunia nyata, yang semakin tergeser oleh aktivitas di dunia maya.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
KEHIDUPAN masyarakat modern semakin tergantung dengan sejumlah gawai seperti telepon seluler (ponsel) tetapi juga ramah lingkungan.
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Blue light itu bisa memperparah satu, menaikkan hyperpigmentasi, yang kedua dia menekan pelindung kulit jadi lemah,.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat mengelola limbah elektronik (e-waste) dengan cara yang lebih bertanggung jawab.
Agar lebih seru, pilih tema Ramadan untuk menggambar dan mewarnai.
Gawai sekarang telah menjadi bagian dari kegiatan pendidikan dan interaksi sosial anak, sehingga penggunaannya tidak bisa sepenuhnya dihindari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved