Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Diplomasi Nabi Muhammad: Kisah Surat kepada Raja-Raja Dunia

Abriel Okta Rosetta
09/10/2024 09:53
Diplomasi Nabi Muhammad: Kisah Surat kepada Raja-Raja Dunia
Pada 628 Masehi, Nabi Muhammad SAW memulai tugas diplomatiknya dengan mengirim surat kepada para penguasa besar dunia, untuk mengajak mereka memeluk Islam. (freepik)

SEKITAR 628 Masehi atau tepatnya tahun ke-6 Hijriah, Nabi Muhammad SAW memulai tugas diplomatiknya yaitu mengirimkan surat. Nabi Muhammad mengirimkan surat kepada para penguasa dan raja-raja di berbagai wilayah, mengundang mereka untuk memeluk Islam. Tindakan ini menandai perluasan misi dakwah Islam ke luar wilayah Arabia.

Nabi Muhammad SAW memilih utusan-utusan terbaiknya untuk mengirimkan surat-surat ini. Para utusan ini dipilih berdasarkan pengetahuan mereka tentang bahasa dan adat istiadat negara tujuan. 

Para utusan dibekali dengan kemampuan diplomasi yang baik dan pemahaman mendalam tentang Islam. Surat-surat tersebut ditulis dengan indah di atas perkamen, disegel dengan cincin perak Nabi yang bertuliskan "Muhammad Rasulullah".

Baca juga : Yuk Mengetahui Sejarah Kirim Surat dan Kirim Email

Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga untuk membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan besar pada masa itu. Hal ini menunjukkan visi Nabi Muhammad yang jauh ke depan dalam membangun peradaban Islam yang global.

Kisah Raja-Raja yang Menerima Surat dari Nabi Muhammad

1. Heraclius, Kaisar Romawi Bizantium

Nabi Muhammad mengirim surat kepada Heraclius melalui Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Surat tersebut tiba di tangan Heraclius, ketika ia sedang dalam perjalanan dari Hims ke Ilya' (Yerusalem) untuk bersyukur atas kemenangannya terhadap Persia.

Heraclius menerima surat ini dengan penuh hormat. Ia bahkan melakukan penyelidikan mendalam tentang Nabi Muhammad dengan memanggil Abu Sufyan bin Harb, yang saat itu berada di Syam untuk berdagang. Heraclius menanyakan berbagai hal tentang Nabi Muhammad kepada Abu Sufyan.

Baca juga : Hari Pos Sedunia: Ini Jejak Perkembangan Jenis Surat dari Masa ke Masa

Setelah mendengar kesaksian Abu Sufyan, Heraclius berkata, "Jika apa yang engkau katakan itu benar, maka ia (Muhammad) akan menguasai tempat kedua kakiku ini berpijak." Meskipun terkesan dengan ajaran Islam, Heraclius tidak memeluk Islam karena takut kehilangan kekuasaannya.

Rincian Surat Nabi Muhammad kepada Heraclius berisi ajakan untuk memeluk Islam dan peringatan jika Heraclius menolak, ia akan menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya. Pesan ini menekankan tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya.

2. Khosrow II, Raja Persia

Surat untuk Khosrow II dikirim melalui Abdullah bin Hudhafah as-Sahmi. Berbeda dengan Heraclius, Khosrow II merespons surat Nabi Muhammad dengan kemarahan. Ia merobek surat tersebut sambil berkata, "Dia menulis namanya sebelum namaku!"

Baca juga : 5 Prangko Termahal di Dunia: Koleksi yang Bernilai Hingga Ratusan Miliar

Ketika berita ini sampai kepada Nabi Muhammad, beliau berdoa, "Ya Allah, robek-robekkanlah kerajaannya." Doa ini terkabul beberapa tahun kemudian ketika kerajaan Persia mengalami perpecahan internal dan akhirnya runtuh di tangan pasukan Muslim.

Rincian Surat kepada Khosrow II menunjukkan keberanian dan keyakinan Nabi Muhammad dalam menyampaikan pesan Islam, bahkan kepada penguasa terkuat pada zamannya. Pesan ini juga mengingatkan bahwa kesombongan dapat membawa kehancuran.

3. Muqawqis, Penguasa Mesir

Hatib bin Abi Balta'ah membawa surat Nabi ke Muqawqis. Penguasa Mesir ini menerima surat dengan baik dan menghormati utusan Nabi. Ia membaca surat tersebut dengan seksama dan bahkan menyimpannya dalam kotak gading.

Baca juga : Persaingan di Bidang Jasa Pengiriman Antara PT Pos dengan Jasa Kurir JNE, J&T, dan Si Cepat 

Meskipun tidak memeluk Islam, Muqawqis mengirimkan hadiah kepada Nabi, termasuk dua budak perempuan (Maria dan Sirin), seekor bagal bernama Duldul, dan pakaian yang terbuat dari linen Mesir. Maria al-Qibtiyya kemudian menjadi salah satu istri Nabi Muhammad dan melahirkan putra beliau, Ibrahim.

Rincian Surat kepada Muqawqis menekankan persamaan antara Islam dan Kristen dalam menyembah Tuhan Yang Esa. Pesan ini menunjukkan pendekatan inklusif Islam terhadap agama-agama Abrahamik lainnya.

4. Kaisar Ashama bin Abjar, Raja Habasyah (Ethiopia)

Amr bin Umayyah ad-Damri mengirimkan surat Nabi ke Kaisar Ashama bin Abjar atau dikenal dengan Negus Habasyah. Raja Habasyah ini sudah mengenal Islam karena sebelumnya telah menerima pengungsi Muslim dari Makkah yang melarikan diri dari penganiayaan kaum Quraisy.

Ketika menerima surat Nabi, Negus membacanya dengan penuh khidmat. Ia kemudian turun dari singgasananya, mengambil surat tersebut dan membacanya dengan seksama sebagai tanda penghormatan. Negus tidak hanya menerima ajakan Nabi, tetapi juga memeluk Islam.

Rincian Surat kepada Negus berisi penghargaan atas perlindungan yang ia berikan kepada umat Islam yang mengungsi ke Habasyah. Pesan ini menunjukkan bahwa Islam menghargai kebaikan, dari siapapun datangnya.

5. Al-Mundhir bin Sawa, Penguasa Bahrain

Surat untuk Al-Mundhir dikirim melalui Al-'Ala' bin Al-Hadrami. Al-Mundhir merespons positif terhadap ajakan Nabi dan memeluk Islam bersama sebagian besar rakyatnya.

Ia menulis surat balasan kepada Nabi Muhammad yang berbunyi, "Wahai Rasulullah, saya telah membaca suratmu kepada penduduk Bahrain. Di antara mereka ada yang menyukai Islam dan memasukinya, dan ada pula yang membencinya. Di negeriku ada orang-orang Majusi dan Yahudi. Karena itu jelaskanlah kepadaku bagaimana aku harus berbuat terhadap mereka."

Rincian  Surat kepada Al-Mundhir menekankan pentingnya keadilan dan toleransi dalam pemerintahan, terutama terhadap penganut agama lain. Ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan koeksistensi damai dalam masyarakat yang beragam.

6. Haudhah bin Ali, Penguasa Yamamah

Salit bin Amr membawa surat Nabi ke Haudhah bin Ali. Meskipun Haudhah menyambut baik utusan Nabi dan memperlakukannya dengan hormat, ia tidak memeluk Islam. Ia justru meminta sebagian kekuasaan Nabi sebagai syarat untuk memeluk Islam.

Haudhah menulis balasan, "Alangkah indahnya dan bagusnya ajaran yang engkau serukan itu. Aku adalah penyair kaumku dan juru bicaranya. Bangsa Arab sangat segan kepadaku. Oleh karena itu, serahkanlah kepadaku sebagian dari urusanmu, niscaya aku akan mengikutimu."

Tentu saja, permintaan ini ditolak oleh Nabi Muhammad. Tidak lama setelah itu, Haudhah meninggal dunia.

Rincian Surat kepada Haudhah menunjukkan bahwa Islam tidak bisa dinegosiasikan dengan kekuasaan duniawi. Pesan ini menegaskan bahwa keimanan harus didasarkan pada keyakinan, bukan pada kepentingan politik.

7. Harith bin Abi Syamir al-Ghassani, Penguasa Damaskus (Syam)

Shuja' bin Wahb al-Asadi mengirimkan surat Nabi ke Harith. Penguasa ini marah ketika menerima surat dan menolak ajakan Nabi. Ia bahkan mengancam akan menyerang Madinah.

Harith berkata, "Siapa yang dapat merampas kerajaanku dariku? Aku akan mendatanginya." Ia kemudian meminta izin kepada Kaisar Heraclius untuk menyerang Madinah, namun Heraclius menolak memberikan izin. Akhirnya, ancaman Harith tidak pernah terlaksana.

Rincian Surat kepada Harith menunjukkan dakwah Islam dilakukan dengan damai, namun tetap tegas. Pesan ini juga mengingatkan kekuasaan duniawi adalah sementara, yang abadi adalah ketaatan kepada Allah.

Inisiatif Nabi Muhammad dalam mengirimkan surat-surat ini menunjukkan visi beliau yang jauh ke depan dalam menyebarkan pesan Islam. Meskipun tidak semua penguasa menerima ajakan ini, tindakan ini membuka jalan bagi penyebaran Islam ke wilayah-wilayah di luar Arabia di kemudian hari.

Surat-surat ini juga mendemonstrasikan pendekatan diplomatik Nabi Muhammad dalam berdakwah. Beliau menghormati otoritas para penguasa, namun tetap tegas dalam menyampaikan pesan Islam. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menghargai hubungan internasional dan diplomasi, sambil tetap memegang teguh prinsip-prinsipnya.

Lebih dari itu, respons beragam yang diterima dari para penguasa ini memberikan gambaran tentang dinamika politik dan agama pada masa itu. Ini menjadi pelajaran berharga bagi generasi Muslim selanjutnya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyebaran ajaran Islam.  (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya