Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
RABU Wekasan adalah sebuah tradisi yang masih dipelihara di beberapa daerah di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa.
Rabu Wekasan juga dikenal sebagai Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan, merujuk pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriah.
Tradisi ini dianggap memiliki makna spiritual dan keagamaan yang mendalam bagi masyarakat yang menjalankannya.
Baca juga : Kapan Rabu Wekasan 2024? Ini Tanggal, Makna dan Tradisinya
Dalam tradisinya, Rabu Wekasan ini terdapat beberapa poin yang biasa dilakukan. Bahkan, Rabu Wekasan juga sangat kental dengan adat dan budaya.
Rabu Wekasan diyakini sebagai hari yang penuh dengan berbagai bala (bencana atau musibah), sehingga banyak orang melakukan ritual tertentu untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari Allah. Keyakinan ini berasal dari tradisi Islam yang berkembang di Jawa, di mana dikatakan bahwa pada hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah menurunkan berbagai macam musibah ke bumi.
Pada hari ini, beberapa orang melakukan berbagai bentuk ritual, seperti shalat sunah, membaca doa-doa khusus (doa tolak bala), dan bersedekah. Selain itu, beberapa komunitas mengadakan acara syukuran atau kenduri dengan tujuan untuk menolak bala dan memohon perlindungan.
Baca juga : 15 Makanan Khas Jawa Tengah yang Paling Terkenal Enak, Pecinta Kuliner Pasti Suka
Salah satu tradisi yang terkait dengan Rabu Wekasan adalah mengambil air yang dianggap memiliki khasiat khusus pada hari ini. Air tersebut biasanya diambil dari sumber mata air yang diyakini memiliki keberkahan, dan digunakan untuk memandikan diri atau diminum dengan harapan mendapat perlindungan dari bala.
Meskipun tradisi ini masih dipraktikkan oleh sebagian masyarakat, ada juga yang mengkritik atau tidak setuju dengan praktik ini karena dianggap tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Sebagian ulama menganggap bahwa keyakinan terhadap Rabu Wekasan sebagai hari yang penuh dengan bala adalah tidak berdasar dan lebih merupakan warisan kepercayaan lokal yang bercampur dengan ajaran agama.
Terlepas dari berbagai pandangan tentang keabsahan tradisi ini, Rabu Wekasan tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya dan warisan tradisi lokal yang dipelihara di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Jawa.
Baca juga : Tradisi Ruwat Agung Samin Klopoduwur Blora Resmi Diakui Negara
Rabu Wekasan adalah contoh bagaimana tradisi lokal dan keyakinan keagamaan bisa saling mempengaruhi dan menciptakan sebuah praktik yang unik di masyarakat.
Di tahun 2024 ini, Rabu Wekasan dijadwalkan jatuh pada tanggal 4 September. Rabu Wekasan memiliki makna yang mendalam dalam konteks budaya dan keagamaan, terutama di kalangan masyarakat Jawa yang masih melestarikan tradisi ini.
Rabu Wekasan sering dianggap sebagai hari yang penuh dengan potensi musibah atau bencana. Oleh karena itu, makna utama dari Rabu Wekasan adalah sebagai hari untuk melakukan ritual tolak bala. Masyarakat percaya bahwa pada hari ini, musibah-musibah besar bisa turun ke bumi, sehingga mereka melakukan berbagai ibadah dan doa untuk memohon perlindungan dari Allah.
Baca juga : Penanaman Pohon Pinang Selaraskan Pembangunan dan Alam
Hari ini dimaknai sebagai momen untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat sunah, berzikir, membaca Al-Qur'an, dan bersedekah. Rabu Wekasan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memohon keselamatan bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas.
Rabu Wekasan juga memiliki makna sebagai upaya melestarikan tradisi leluhur yang sudah turun-temurun dijalankan. Bagi masyarakat yang masih memegang teguh adat ini, melaksanakan Rabu Wekasan adalah bentuk penghormatan terhadap warisan budaya dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Tradisi ini mengingatkan masyarakat akan sifat sementara kehidupan dunia dan pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan, termasuk bencana atau musibah. Dengan menjalankan ritual pada Rabu Wekasan, diharapkan masyarakat lebih introspektif dan waspada dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dalam praktiknya, Rabu Wekasan sering diisi dengan kegiatan bersama seperti kenduri atau syukuran yang melibatkan seluruh anggota komunitas. Ini memberikan makna kebersamaan dan memperkuat solidaritas sosial di antara masyarakat. Melalui acara-acara ini, masyarakat juga saling mendoakan kebaikan dan keselamatan.
Makna lain dari Rabu Wekasan adalah sebagai simbol harapan akan perlindungan dan keselamatan. Air yang diambil pada hari ini, yang sering disebut sebagai "Air Rebo Wekasan," diyakini membawa berkah dan digunakan untuk berbagai keperluan, seperti mandi atau diminum, dengan harapan mendapatkan perlindungan dari bencana.
Meskipun praktik dan makna Rabu Wekasan bisa berbeda di tiap daerah, intinya adalah tradisi ini mencerminkan perpaduan antara kepercayaan lokal dengan ajaran agama, yang bertujuan untuk mencari keselamatan dan keberkahan dalam kehidupan.
Perlu diketahui, Rabu Wekasan jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriah. Karena kalender Hijriah adalah kalender lunar (berdasarkan siklus bulan), tanggal Rabu Wekasan berubah setiap tahunnya jika dilihat dari kalender Masehi.
Untuk mengetahui kapan tepatnya Rabu Wekasan pada tahun tertentu, Anda perlu melihat kalender Hijriah dan menemukan hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Kalender Hijriah tidak selalu sinkron dengan kalender Masehi, jadi tanggal ini bisa jatuh pada bulan yang berbeda setiap tahunnya dalam kalender Masehi.
Sebagai contoh, jika Anda ingin mengetahui kapan Rabu Wekasan jatuh pada tahun ini, Anda bisa melihat kalender Hijriah untuk bulan Safar dan mencocokkan dengan hari Rabu terakhir di bulan tersebut. (Z-12)
Ketua Umum Panitia Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947, Gede Narayana, mengatakan bahwa ritual abhiseka dan parisuda agung paripurna merupakan upaya memuliakan Candi Prambanan.
Dalam kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, Rabu Wekasan dianggap sebagai hari yang kurang baik atau penuh dengan kemalangan, sehingga perlu dilakukan beberapa amalan atau ritual
Ritual adat merupakan tradisi masyarakat Dayak untuk meminta izin kepada leluhur mereka sebelum mendirikan kampung atau bangunan di tanah mereka.
MENJELANG puncak acara prosesi Semana Santa di Larantuka, Flores Timur, NTT, sebanyak 4.136 orang telah mendaftarkan diri sebagai peziarah yang akan mengikuti ritual keagamaan itu.
Kebiasan minum kopi anda akan lebih menarik dengan ritual kopi. Apalagi melakukan ritual kopi dari koleksi Reviving Origins Nespresso.
"Cukup hati-hati mungkin dalam penulisan masalah budaya aja, lebih-lebih ke takut ke arah sana, takut ada yang melampaui batas,"
SRI Sultan Hamengku Buwono X turut hadir dalam acara resepsi pernikahan Stevi Harman dan Mario Pranda yang digelar di Gedung Tribrata, Jakarta Selatan.
Tradisi Pehcun yang identik dengan telur berdiri ini, dikemas dalam Event Pasir Padi di ikuti ratusan peserta. Pihak panitia menyediakan 3.500 butir hingga 4.000 butir telur ayam.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran teknik percetakan dalam industri batik, Aisha Nadia tetap teguh menjaga warisan budaya batik tulis tradisional.
Tradisi Rewanda di Obyek Wisata Goa Kreo Semarang itu akan awali dengan kegiatan kirab budaya sejauh 2,5 kilometer membawa gunungan buah-buahan dan makanan.
MENJELANG Idul Fitri 1446 H atau Lebaran 2025 di Kabupaten Bengkalis, Riau, kembali semarak dengan dimulainya tradisi malam 27 likur dengan Tradisi Lampu Colok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved